Inspeksi Riset Teknologi Green Fuel Synthetic, Waka BRIN: Terbukti Bisa Gantikan BBM
Kamis, 28 Maret 2024 - 19:20 WIB
JAKARTA - Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Waka BRIN) Prof. Amarulla Octavian melaksanakan inspeksi hasil riset teknologi baru pilot plant untuk menghasilkan gas dari air laut di Serang, Banten.
Dalam inspeksinya, Waka BRIN Prof. Amarulla Octavian didampingi Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur Haznan Abimanyu, Kepala Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur Hens Saputra beserta 12 periset.
Kedatangan Prof Amarulla Octavian disambut langsung jajaran direksi dan komisaris PT. Teknologi Alam Semesta. Termasuk Direktur Utama PT. Pindad, PT. PLN Indonesia Power dan para staf. "Inovasi ini merupakan hasil riset kolaborasi BRIN dengan PT. PLN Indonesia Power dan PT. Teknologi Alam Semesta," ujar Prof Amarulla Octavian, Kamis, (28/3/2024).
Teknologi baru yang dikembangkan berupa proses produksi pemanasan air laut di dalam boiler, dan selanjutnya uap air laut dipanaskan di reaktor plasma. Hasilnya berupa gas dengan komposisi isotop hidrogen sesuai bukti analisis gas kromatografi. "Karena sifat kimiawinya berbeda dengan hidrogen biasa, maka disebut gas sintetik atau Green Fuel Synthetic," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Amarulla Octavian menyaksikan langsung uji coba penggunaan Green Fuel Synthetic yang terbukti bisa menggantikan BBM pada kendaraan roda empat, truk, dan generator. "Penggunaan Green Fuel Synthetic tidak perlu mengganti combustion engine, hanya modifikasi sistem injeksi dan tangki bahan bakar," katanya.
Prof. Amarulla Octavian memberikan apresiasi tinggi atas keberhasilan kolaborasi riset tersebut dan memberikan arahan dalam rangka menyiapkan uji coba penggunaan Green Fuel Synthetic selanjutnya untuk skala yang lebih besar pada pembangkit listrik kapasitas besar.
"Teknologi Green Fuel Synthetic merupakan terobosan dalam mewujudkan Ketahanan Energi (Energy Security) sekaligus memenuhi target pengurangan emisi karbon yang signifikan," ucapnya.
Prof. Amarulla Octavian menilai massa air laut yang berlimpah di dunia akibat pencairan es di kutub harus bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan Bangsa Indonesia.
"Teknologi yang dikuasai Bangsa Indonesia harus mampu merubah bencana pemanasan global menjadi peluang meningkatkan kesejahteraan umat manusia," ucapnya.
Dalam inspeksinya, Waka BRIN Prof. Amarulla Octavian didampingi Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur Haznan Abimanyu, Kepala Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur Hens Saputra beserta 12 periset.
Kedatangan Prof Amarulla Octavian disambut langsung jajaran direksi dan komisaris PT. Teknologi Alam Semesta. Termasuk Direktur Utama PT. Pindad, PT. PLN Indonesia Power dan para staf. "Inovasi ini merupakan hasil riset kolaborasi BRIN dengan PT. PLN Indonesia Power dan PT. Teknologi Alam Semesta," ujar Prof Amarulla Octavian, Kamis, (28/3/2024).
Teknologi baru yang dikembangkan berupa proses produksi pemanasan air laut di dalam boiler, dan selanjutnya uap air laut dipanaskan di reaktor plasma. Hasilnya berupa gas dengan komposisi isotop hidrogen sesuai bukti analisis gas kromatografi. "Karena sifat kimiawinya berbeda dengan hidrogen biasa, maka disebut gas sintetik atau Green Fuel Synthetic," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Amarulla Octavian menyaksikan langsung uji coba penggunaan Green Fuel Synthetic yang terbukti bisa menggantikan BBM pada kendaraan roda empat, truk, dan generator. "Penggunaan Green Fuel Synthetic tidak perlu mengganti combustion engine, hanya modifikasi sistem injeksi dan tangki bahan bakar," katanya.
Prof. Amarulla Octavian memberikan apresiasi tinggi atas keberhasilan kolaborasi riset tersebut dan memberikan arahan dalam rangka menyiapkan uji coba penggunaan Green Fuel Synthetic selanjutnya untuk skala yang lebih besar pada pembangkit listrik kapasitas besar.
"Teknologi Green Fuel Synthetic merupakan terobosan dalam mewujudkan Ketahanan Energi (Energy Security) sekaligus memenuhi target pengurangan emisi karbon yang signifikan," ucapnya.
Prof. Amarulla Octavian menilai massa air laut yang berlimpah di dunia akibat pencairan es di kutub harus bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan Bangsa Indonesia.
"Teknologi yang dikuasai Bangsa Indonesia harus mampu merubah bencana pemanasan global menjadi peluang meningkatkan kesejahteraan umat manusia," ucapnya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda