Soal Penganiayaan Definus Kogoya, Analis: Kita Harus Melihatnya Secara Lebih Utuh
Selasa, 26 Maret 2024 - 13:40 WIB
JAKARTA - Belakangan ini beredar sebuah video dinarasikan oknum prajurit TNI diduga menganiaya seorang pria di Papua yang diduga anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial. Pihak TNI menyelidiki video tersebut.
Analis intelijen, pertahanan, dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro meminta agar masyarakat dapat menunggu hasil penyelidikan TNI. Lebih lanjut, pria yang akrab dipanggil Simon ini menjelaskan bahwa salah satu dilema dalam menghadapi non-state actor seperti KKB ini adalah ketidakjelasan pertanggungjawaban dalam sebuah insiden.
"Sebagai masyarakat kita tidak bisa melihat peristiwa di atas secara mandiri. Ada rentetan insiden yang terjadi sebelumnya. Kita harus melihatnya secara lebih utuh," kata Simon dalam keterangan tertulis, Selasa (26/3/2024).
Di satu sisi, TNI melaporkan bahwa pada tahun 2023, korban yang meninggal oleh aksi KKB sebanyak 61 orang, terdiri dari TNI 26 orang, Polri 3 orang, dan masyarakat sipil 32 orang. Tak hanya itu, kelompok KKB menyasar fasilitas umum seperti sekolah dan puskesmas yang menjadi tempat pelayanan publik. Terdapat juga sejumlah kasus pemerkosaan.
"Jika sudah terjadi seperti ini, siapa yang dimintai pertanggungjawaban?" ujar Rektor Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal itu.
Simon melihat bahwa yang terjadi di Papua adalah situasi konflik yang terkadang menggunakan senjata, antara state actor dan non-state actor. "Dalam situasi ini seharusnya keselamatan sipil merupakan tanggung jawab semua pihak. Tidak bisa kemudian penyerangan masyarakat sipil dijadikan sebagai strategi. Itu merupakan bentuk pelanggaran."
Simon berharap bahwa TNI mengedepankan sikap yang bertanggung jawab dalam mengatasi insiden di atas, sesuai prosedur dan proporsional. "Saya yakin TNI akan melakukan tindakan yang proposional jika memang terbukti ada pelanggaran di sana," kata Simon.
Sebelumnya, Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Izak Pangemanan menyesali tindakan kekerasan terhadap warga Papua anggota KKB Definus Kogoya yang viral videonya di media sosial. Dia menegaskan pihaknya selalu mengedepankan cara-cara humanis dalam menyelesaikan permasalah di Papua.
Analis intelijen, pertahanan, dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro meminta agar masyarakat dapat menunggu hasil penyelidikan TNI. Lebih lanjut, pria yang akrab dipanggil Simon ini menjelaskan bahwa salah satu dilema dalam menghadapi non-state actor seperti KKB ini adalah ketidakjelasan pertanggungjawaban dalam sebuah insiden.
"Sebagai masyarakat kita tidak bisa melihat peristiwa di atas secara mandiri. Ada rentetan insiden yang terjadi sebelumnya. Kita harus melihatnya secara lebih utuh," kata Simon dalam keterangan tertulis, Selasa (26/3/2024).
Di satu sisi, TNI melaporkan bahwa pada tahun 2023, korban yang meninggal oleh aksi KKB sebanyak 61 orang, terdiri dari TNI 26 orang, Polri 3 orang, dan masyarakat sipil 32 orang. Tak hanya itu, kelompok KKB menyasar fasilitas umum seperti sekolah dan puskesmas yang menjadi tempat pelayanan publik. Terdapat juga sejumlah kasus pemerkosaan.
"Jika sudah terjadi seperti ini, siapa yang dimintai pertanggungjawaban?" ujar Rektor Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal itu.
Baca Juga
Simon melihat bahwa yang terjadi di Papua adalah situasi konflik yang terkadang menggunakan senjata, antara state actor dan non-state actor. "Dalam situasi ini seharusnya keselamatan sipil merupakan tanggung jawab semua pihak. Tidak bisa kemudian penyerangan masyarakat sipil dijadikan sebagai strategi. Itu merupakan bentuk pelanggaran."
Simon berharap bahwa TNI mengedepankan sikap yang bertanggung jawab dalam mengatasi insiden di atas, sesuai prosedur dan proporsional. "Saya yakin TNI akan melakukan tindakan yang proposional jika memang terbukti ada pelanggaran di sana," kata Simon.
Sebelumnya, Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Izak Pangemanan menyesali tindakan kekerasan terhadap warga Papua anggota KKB Definus Kogoya yang viral videonya di media sosial. Dia menegaskan pihaknya selalu mengedepankan cara-cara humanis dalam menyelesaikan permasalah di Papua.
tulis komentar anda