Humas Kemenkumham Harus Menguasai Teknologi, Bukan Dikuasai Teknologi
Rabu, 13 Maret 2024 - 11:07 WIB
JAKARTA - Kehadiran teknologi telah mengubah cara kerja di berbagai bidang, termasuk kehumasan. Namun, humas tidak boleh ketergantungan terhadap teknologi. Humas sudah seharusnya menguasai teknologi, dan bukan dikuasai teknologi.
Founder MarkPlus, Hermawan Kartajaya dalam keynote session-nya pada acara ‘What’s Up’ Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) mengatakan memang benar bahwa transformasi digital mengandalkan teknologi, namun public relation (PR) harus mampu mengendalikannya.
“Manusia itu harus lebih pintar daripada teknologinya. Seorang pilot itu harus lebih pintar daripada pesawatnya,” kata Hermawan dalam presentasinya ‘Be an Incredible Government Public Relation (GPR) for Creating Positive Image’ dengan tema ‘GPR in the Turbulent Time’, Selasa (27/2/2024) sore.
“PR sekarang ini kalau ndak pakai teknologi, ya salah. Anda mesti memakai SEO (search engine optimization), melakukan apapun untuk menghimpun informasi sebanyak mungkin, memakai ChatGPT (Generative Pre-training Transformer). Tetapi akhirnya manusia yang menentukan, pilot itu menentukan daripada pesawatnya,” tuturnya.
GPR ini, lanjut Hermawan, wajib memanfaatkan teknologi informasi supaya tidak kalah dengan media. Sebagai GPR, teknologi bisa meningkatkan nilai, kecepatan, produktivitas, dan improvement.
“Anda kelihatan profesional kalau anda pakai teknologi. Tapi, unsur manusianya juga jalan. Begitu juga humas, (informasi dari teknologi) jangan ditelan (begitu) saja. Teknologi ngasih begini. Jangan (langsung) dituruti, jadi Anda mesti mengolah lagi nih,”kata Hermawan di Double Tree by Hilton Hotel, Cikini, Jakarta.
Selaras dengan Hermawan, Kepala Biro Humas, Hukum dan Kerja Sama Kemenkumham, Hantor Situmorang mengatakan kehadiran teknologi ini juga bisa menghadirkan peluang jika dimanfaatkan dengan benar. Tidak hanya mempermudah, tapi juga bisa memberi inovasi-inovasi baru di dunia kehumasan.
“Namun, teknologi terus berkembang dan para praktisi humas harus siap dengan perkembangan itu sendiri. Kehumasan di era digital semakin canggih, cepat dan praktis. Perkembangan ini melahirkan berbagai tantangan,” ujarnya saat membuka kegiatan ‘What’s Up’.
‘What’s Up’ yang merupakan akronim dari ‘Waktunya Humas Meet Up’ merupakan kegiatan koordinasi dan penguatan kehumasan Kemenkumham yang melibatkan pranata humas dan pemangku kehumasan unit utama maupun kantor wilayah seluruh Indonesia.
Tak kurang dari 800 orang peserta ikut andil dalam perhelatan ini, baik secara daring maupun luring melalui media zoom dan live streaming YouTube. Kegiatan ini diselenggarakan selama empat hari, sejak Selasa 27 Februari hingga Jumat 1 Maret 2024.
Selain menghadirkan Hermawan Kartajaya, forum ini juga menghadirkan sejumlah pembicara andal seperti Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Widiarsi Agustina yang akan memberikan materi cara membuat strategi kehumasan pemerintah, dan public figure Melanie Putria dengan materi public speakingnya.
Kemudian masih ada Arianne Santoso dari Google Indonesia, Niko Atmadja dari Meta Indonesia, Rofi Uddarojat dari TikTok Indonesia, serta perwakilan pembicara dari Dewan Pers, merdeka.com, Pertamina, GoTo, dan Telkomsel.
Founder MarkPlus, Hermawan Kartajaya dalam keynote session-nya pada acara ‘What’s Up’ Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) mengatakan memang benar bahwa transformasi digital mengandalkan teknologi, namun public relation (PR) harus mampu mengendalikannya.
“Manusia itu harus lebih pintar daripada teknologinya. Seorang pilot itu harus lebih pintar daripada pesawatnya,” kata Hermawan dalam presentasinya ‘Be an Incredible Government Public Relation (GPR) for Creating Positive Image’ dengan tema ‘GPR in the Turbulent Time’, Selasa (27/2/2024) sore.
“PR sekarang ini kalau ndak pakai teknologi, ya salah. Anda mesti memakai SEO (search engine optimization), melakukan apapun untuk menghimpun informasi sebanyak mungkin, memakai ChatGPT (Generative Pre-training Transformer). Tetapi akhirnya manusia yang menentukan, pilot itu menentukan daripada pesawatnya,” tuturnya.
GPR ini, lanjut Hermawan, wajib memanfaatkan teknologi informasi supaya tidak kalah dengan media. Sebagai GPR, teknologi bisa meningkatkan nilai, kecepatan, produktivitas, dan improvement.
“Anda kelihatan profesional kalau anda pakai teknologi. Tapi, unsur manusianya juga jalan. Begitu juga humas, (informasi dari teknologi) jangan ditelan (begitu) saja. Teknologi ngasih begini. Jangan (langsung) dituruti, jadi Anda mesti mengolah lagi nih,”kata Hermawan di Double Tree by Hilton Hotel, Cikini, Jakarta.
Selaras dengan Hermawan, Kepala Biro Humas, Hukum dan Kerja Sama Kemenkumham, Hantor Situmorang mengatakan kehadiran teknologi ini juga bisa menghadirkan peluang jika dimanfaatkan dengan benar. Tidak hanya mempermudah, tapi juga bisa memberi inovasi-inovasi baru di dunia kehumasan.
“Namun, teknologi terus berkembang dan para praktisi humas harus siap dengan perkembangan itu sendiri. Kehumasan di era digital semakin canggih, cepat dan praktis. Perkembangan ini melahirkan berbagai tantangan,” ujarnya saat membuka kegiatan ‘What’s Up’.
‘What’s Up’ yang merupakan akronim dari ‘Waktunya Humas Meet Up’ merupakan kegiatan koordinasi dan penguatan kehumasan Kemenkumham yang melibatkan pranata humas dan pemangku kehumasan unit utama maupun kantor wilayah seluruh Indonesia.
Tak kurang dari 800 orang peserta ikut andil dalam perhelatan ini, baik secara daring maupun luring melalui media zoom dan live streaming YouTube. Kegiatan ini diselenggarakan selama empat hari, sejak Selasa 27 Februari hingga Jumat 1 Maret 2024.
Selain menghadirkan Hermawan Kartajaya, forum ini juga menghadirkan sejumlah pembicara andal seperti Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Widiarsi Agustina yang akan memberikan materi cara membuat strategi kehumasan pemerintah, dan public figure Melanie Putria dengan materi public speakingnya.
Kemudian masih ada Arianne Santoso dari Google Indonesia, Niko Atmadja dari Meta Indonesia, Rofi Uddarojat dari TikTok Indonesia, serta perwakilan pembicara dari Dewan Pers, merdeka.com, Pertamina, GoTo, dan Telkomsel.
(ars)
Lihat Juga :
tulis komentar anda