Rekapitulasi Masih Berlangsung, Pengamat Sebut Partai Ini Berpeluang Lolos ke Parlemen
Minggu, 25 Februari 2024 - 21:27 WIB
JAKARTA - Usai pencoblosan pada 14 Februari 2024, saat ini masih berlangsung tahapan rekapitulasi hasil penghitungan suara pada tingkat kecamatan. Sebelumnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) sempat menghentikan proses rekapitulasi karena adanya ketidaksesuaian dengan hasil yang ditampilkan pada laman Sirekap.
Sejumlah partai politik banyak yang protes penggunaan Sirekap karena banyak ditemukan kejanggalan, yang terindikasi adanya penggelembungan suara hingga hilangnya suara yang diperoleh para calon anggota legislatif. Diketahu bahwa per 22 Februari 2024 pukul 23:00 WIB KPU menghentikan pemutakhiran tampilan data Sirekap.
Dari data Sirekap, posisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) baru mencapai 2,54 persen atau berada di bawah ambang batas parlemen sebesar 4 persen. Di sisi lain, hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei juga mencatat perolehan suara PSI tidak mencapai 3 persen.
Menanggapi hal tersebut, peneliti Economics & Political Insight (EPI) Center Mursalin menilai, hasil real count KPU itu belum final. "Rekapitulasi KPU masih terus berlangsung, sementara Sirekap sendiri baru mencakup 62,09 persen dari total TPS yang jumlahnya mencapai 823.236," kata Mursalin di Jakarta, Minggu (25/2/2024).
Sebagai catatan, survei yang dilakukan EPI Center pada 9-15 Januari 2024 atau sebulan sebelum pencoblosan memprediksi elektabilitas PSI mencapai 4,2 persen, dengan margin of error sekitar 2,89 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
"PSI masih memiliki peluang untuk bisa lolos ke parlemen. Seperti halnya survei sebelum pencoblosan, hasil quick count sesaat setelah pencoblosan pun memiliki margin of error, dengan kisaran paling tidak sebesar 1 persen," ucap Mursalin.
Dengan asumsi PSI meraih 3 persen pada quick count, maka masih ada peluang tipis PSI untuk bisa menembus hingga 4 persen. Di sisi lain, Mursalin menyoroti masih cukup rendahnya perolehan suara PSI meskipun telah mendapatkan dukungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Berbeda dengan hasil pilpres, di mana pasangan Prabowo-Gibran meraih hingga 58 persen, melebihi perkiraan survei, perolehan suara PSI tidak mengalami lonjakan signifikan," ungkap Mursalin.
"Jika kita runut ke belakang, elektabilitas PSI pada sejumlah lembaga survei masih berada di bawah 1 persen sebelum Kaesang Pangarep masuk," sambungnya.
Kaesang yang juga Putera kandung Presiden Jokowi itu bergabung dengan PSI dan dilantik sebagai ketua umum pada akhir September 2023, atau hanya sekitar empat bulan sebelum pencoblosan. Setelah Kaesang memimpin PSI, pelan-pelan elektabilitas PSI mulai pulih menyamai perolehan suara pada Pemilu 2019 yang mencapai hampir 2 persen.
"Artinya ada kenaikan meskipun tidak terlalu besar yang diperoleh dari dukungan Jokowi melalui bergabungnya Kaesang sebagai kader PSI," tutup Mursalin.
Sejumlah partai politik banyak yang protes penggunaan Sirekap karena banyak ditemukan kejanggalan, yang terindikasi adanya penggelembungan suara hingga hilangnya suara yang diperoleh para calon anggota legislatif. Diketahu bahwa per 22 Februari 2024 pukul 23:00 WIB KPU menghentikan pemutakhiran tampilan data Sirekap.
Dari data Sirekap, posisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) baru mencapai 2,54 persen atau berada di bawah ambang batas parlemen sebesar 4 persen. Di sisi lain, hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei juga mencatat perolehan suara PSI tidak mencapai 3 persen.
Menanggapi hal tersebut, peneliti Economics & Political Insight (EPI) Center Mursalin menilai, hasil real count KPU itu belum final. "Rekapitulasi KPU masih terus berlangsung, sementara Sirekap sendiri baru mencakup 62,09 persen dari total TPS yang jumlahnya mencapai 823.236," kata Mursalin di Jakarta, Minggu (25/2/2024).
Sebagai catatan, survei yang dilakukan EPI Center pada 9-15 Januari 2024 atau sebulan sebelum pencoblosan memprediksi elektabilitas PSI mencapai 4,2 persen, dengan margin of error sekitar 2,89 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
"PSI masih memiliki peluang untuk bisa lolos ke parlemen. Seperti halnya survei sebelum pencoblosan, hasil quick count sesaat setelah pencoblosan pun memiliki margin of error, dengan kisaran paling tidak sebesar 1 persen," ucap Mursalin.
Dengan asumsi PSI meraih 3 persen pada quick count, maka masih ada peluang tipis PSI untuk bisa menembus hingga 4 persen. Di sisi lain, Mursalin menyoroti masih cukup rendahnya perolehan suara PSI meskipun telah mendapatkan dukungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Berbeda dengan hasil pilpres, di mana pasangan Prabowo-Gibran meraih hingga 58 persen, melebihi perkiraan survei, perolehan suara PSI tidak mengalami lonjakan signifikan," ungkap Mursalin.
"Jika kita runut ke belakang, elektabilitas PSI pada sejumlah lembaga survei masih berada di bawah 1 persen sebelum Kaesang Pangarep masuk," sambungnya.
Kaesang yang juga Putera kandung Presiden Jokowi itu bergabung dengan PSI dan dilantik sebagai ketua umum pada akhir September 2023, atau hanya sekitar empat bulan sebelum pencoblosan. Setelah Kaesang memimpin PSI, pelan-pelan elektabilitas PSI mulai pulih menyamai perolehan suara pada Pemilu 2019 yang mencapai hampir 2 persen.
"Artinya ada kenaikan meskipun tidak terlalu besar yang diperoleh dari dukungan Jokowi melalui bergabungnya Kaesang sebagai kader PSI," tutup Mursalin.
(rca)
tulis komentar anda