KSAD Berdarah Batak, Nomor 1 Jenderal Bintang 5 Penyandang Gelar Pahlawan Nasional

Minggu, 14 Januari 2024 - 06:09 WIB
Ia juga membentuk Penyelidikan Militer Chusus (PMC) yang bertanggung jawab langsung ke Presiden Soekarno. Namun PMC kemudian dibubarkan karena Mabes TKR karena dianggap melakukan penangkapan dan penyitaan semena-mena.

Konflik internal di TNI AD membawa Zulkifli ke jajaran elite tentara. Ia ditunjuk menjadi Wakil KSAD oleh Menteri Pertahanan Iwa Kusumasumantri pada Desember 1953. Ia kemudian diangkat menjadi penjabat (Pj) KSAD pada Mei 1955 menggantikan Bambang Sugeng yang mengundurkan diri. Namun satu setengah bulan kemudian, ia digantikan Bambang Utoyo karena dinilai lebih intelijen dibanding militer dan pro-Barat.

Zulkifli Lubis meninggal dunia di Jakarta pada 23 Juni 1993 dan dimakamkan di Pusaka Makam Pahlawan Dreded, Kota Bogor, Jawa Barat.

3. Jenderal TNI (Purn) Maraden Saur Halomoan Panggabean



FOTO/BUKU Irian Barat dari Masa ke Masa

Ada juga nama Maraden Saur Halomoan Panggaeban dalam daftar KSAD berdarah Batak. Tentara kelahiran Pansur Napitu, Tarutung, Keresidenan Tapanuli, Hindia Belanda, 29 Juni 1922 itu menjabat KSAD pada periode 1 Mei 1967-25 November 1969.

Panggabean di akhir namanya merupakan marga dari kelompok Batak Toba. Marga-marga ternama lainnya dari kelompok Batak Toba adalah Panjaitan, Batubara, dan Simanjuntak.

Maraden Panggabean mengawali karier militernya dengan bergabung Organisasi Kelaskaran Pemuda Sosialis Indonesia sebagai Komandan Pasukan. Setelah itu, ia diangkat menjadi Kepala Staf Batalyon I Resimen IV Tentara Republik Indonesia (TRI) Divisi X, Kepala Staf Resimen I TRI Divisi VI Komandemen Sumatera, dan Komandan Resimen I TNI Divisi VI Komandemen Sumatera.

Pada 1957, ia dimutasi menjadi Pamen diperbantukan Itjen Pendidikan Umum Angkatan Darat. Lalu dipindah menjadi Asisten Inspektur Jenderal Pendidikan Umum AD Bidang Diklat, Komandan RTP III Kodam Sulawesi Selatan dan Tenggara (Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin), Kepala Staf Komando Antar Daerah Indonesia Timur.

Pada 1966, Maraden Panggabean diangkat menjadi Wakil Panglima Angkatan Darat. Setahun kemudian dipromosikan menjadi Panglima Angkatan Darat, lalu Panglima Kopkamtib.

Nama Maraden masuk dalam Kebinet Pembangunan I Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi Menteri Negara Urusan Pertahanan dan Keamanan/Wakil Panglima ABRI. Selanjutnya di Kabinet Pembangunan II menjadi

Menteri Pertahanan dan Keamaman/Panglima ABRI. Lalu Pelaksana Harian Panglima Kopkamtib. Ia pensiun dari militer pada 1978.

Setelah pensiun, Maraden ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan pada Kabinet Pembangunan III. Kemudian pada periode selanjutnya menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Agung.

Maraden Panggabena terjun di dunia politik sejak masih aktif di TNI. Ia menjabat Anggota Dewan Pembina Partai Golkar (1973), Ketua Dewan Pembina Golkar (1974-1978), dan Wakil Ketua Dewan Pembina/Ketua Presidium Harian Dewan Pembina Golkar (1979-1988).

Jenderal bintang empat itu meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta akibat stroke pada 28 Mei 2000. Maraden Panggabena dimakamkan di TMP Kalibata.

4. Jenderal TNI Maruli Simanjuntak



FOTO/TNI AD

KSAD berdarah Batak selanjutnya adalah Maruli Simanjuntak. Tentara kelahiran Bandung, Jawa Barat, 27 Februari 1970 itu menempati kursi KSAD sejak 29 November 2023 hingga saat ini.

Simanjuntak merupakan marga dari kelompok Batak Toba. Maruli merupakan menantu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

Maruli yang sebelumnya menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis (Pangkostrad) dilantik berdasarkan Keppres Nomor 103/TNI/2023 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Staf Angkatan Darat.

Mantan Danpaspampres ini lahir pada 27 Februari 1970. Penunjukannya sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad TNI AD) oleh Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa pada 2022 lalu. Maruli Simanjuntak merupakan jenderal bintang 3 Pangkostrad, dalam kariernya, dia merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) 1992 dan berpengalaman di bidang Infanteri (Kopassus) dan Detasemen Tempur Cakra.

Sepanjang kariernya di militer, dia telah mencicipi beberapa jabatan penting seperti Komandan Detasemen Tempur Cakra (2002), Danseko Pusdikpassus (2009—2010), hingga Asops Danjen Kopassus (2014). Pada tahun 2014 hingga 2016 dirinya masuk dalam jajaran Pasukan Pengamanan Presiden dan menjadi Komandan Grup A.

Sebelum akhirnya dia dipercaya menjadi Wakil Komandan Paspampres pada 2017 hingga 2018. Kemudian pada tahun 2018 dirinya diangkat menjadi Komandan Paspampres masa Presiden Joko Widodo. Jabatannya ini berakhir pada tahun 2020 yang kemudian kariernya melejit setelah itu. Dimulai dari diberi kepercayaan untuk mengemban amanah sebagai Pangdam IX/Udayana hingga 2022 dan dipercaya sebagai Pangkostrad setelah meraih pangkat Jenderal Bintang 3 nya atau Letnan Jenderal.

Menantu Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan tersebut memang dikenal sebagai sosok yang cerdas, akademik, rendah hati dan memiliki kemampuan intelijen yang baik. Sebagai seorang Pangkostrad dia telah mengoleksi beberapa brevet dan penghargaan mentereng. Di antaranya yaitu brevet militer dalam negeri seperti Brevet Kualifikasi Komando Kopassus, Brevet Kualifikasi Cakra Kostrad, Brevet Para Utama, dan Brevet Kualifikasi Intai Tempur (Taipur).

Tak kalah mentereng, pria asal Bandung, Jawa Barat ini juga memiliki beberapa brevet dari militer asing, di antaranya Special Forces Distinctive Unit Insignia (US Army), Master Parachutist Badge (Royal Thai Army), Master Parachutist Badge (Singapore Army), dan Advanced Military Free Fall Parachutist Badge (Singapore Army).
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More