Kemlu Usung Bandung Spirit Dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia
Sabtu, 06 Januari 2024 - 20:13 WIB
Langkah lain dari kebijakan diplomasi ekonomi Indonesia juga terlihat pada penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali 2022. Pada KTT G20 Bali, Kemlu melakukan langkah out of the box dengan membuat daftar proyek yang dikerjasamakan.
Langkah serupa juga dilakukan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN, di mana melalui ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) Indonesia berhasil memperoleh 93 proyek dengan nilai USD38,2 miliar.
"Gebrakan diplomasi ekonomi lain yang dilakukan Kemlu adalah melalui perundingan demi mengurangi hambatan-hambatan perdagangan Indonesia," ujarnya.
Salah satunya perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) terkait diskriminasi produk-produk Indonesia, seperti kelapa sawit dan juga terkait hilirisasi industri.
"Indonesia sendiri terus memperjuangkan hilirisasi untuk seluruh produk berbahan minyak sawit yang ditentang Eropa karena dianggap merusak lingkungan. Faktanya minyak sawit lebih ramah dari sisi lingkungan dibanding Bunga Matahari dan kanola yang banyak ditanam negara Eropa untuk pembuatan minyak goreng," ujarnya.
Adapun pohon sawit bisa bertahan hidup selama 25 tahun, bahkan 30 tahun. Sementara Bunga Matahari, setiap enam bulan harus dipanen. Saat itu, tanaman Bunga Matahari atau kanola harus ditebang habis dan ditanam ulang.
Kebijakan Indonesia yang membuat geram Eropa adalah ketika Indonesia menghentikan ekspor bijih nikel sejak 2020. Kebijakan itu diambil Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan nilai tambah untuk negara.
Retno menilai tambah nikel Indonesia telah melonjak menjadi sekitar USD30-33 miliar atau sekitar Rp450 triliun pada 2022 dari sebelumnya saat masih mengekspor bijih nikel hanya sekitar USD1,1 miliar atau sekitar Rp17 triliun.
"Kita masih mencoba negosisasi dengan Uni Eropa untuk Indonesia terkait perundingan IEU CEPA. Sementara perundingan yang lain juga sudah dilakukan dengan beberapa negara Afrika," ujar Retno
Langkah serupa juga dilakukan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN, di mana melalui ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) Indonesia berhasil memperoleh 93 proyek dengan nilai USD38,2 miliar.
"Gebrakan diplomasi ekonomi lain yang dilakukan Kemlu adalah melalui perundingan demi mengurangi hambatan-hambatan perdagangan Indonesia," ujarnya.
Salah satunya perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) terkait diskriminasi produk-produk Indonesia, seperti kelapa sawit dan juga terkait hilirisasi industri.
"Indonesia sendiri terus memperjuangkan hilirisasi untuk seluruh produk berbahan minyak sawit yang ditentang Eropa karena dianggap merusak lingkungan. Faktanya minyak sawit lebih ramah dari sisi lingkungan dibanding Bunga Matahari dan kanola yang banyak ditanam negara Eropa untuk pembuatan minyak goreng," ujarnya.
Adapun pohon sawit bisa bertahan hidup selama 25 tahun, bahkan 30 tahun. Sementara Bunga Matahari, setiap enam bulan harus dipanen. Saat itu, tanaman Bunga Matahari atau kanola harus ditebang habis dan ditanam ulang.
Kebijakan Indonesia yang membuat geram Eropa adalah ketika Indonesia menghentikan ekspor bijih nikel sejak 2020. Kebijakan itu diambil Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan nilai tambah untuk negara.
Retno menilai tambah nikel Indonesia telah melonjak menjadi sekitar USD30-33 miliar atau sekitar Rp450 triliun pada 2022 dari sebelumnya saat masih mengekspor bijih nikel hanya sekitar USD1,1 miliar atau sekitar Rp17 triliun.
"Kita masih mencoba negosisasi dengan Uni Eropa untuk Indonesia terkait perundingan IEU CEPA. Sementara perundingan yang lain juga sudah dilakukan dengan beberapa negara Afrika," ujar Retno
(cip)
tulis komentar anda