Pemerintah Diminta Lakukan Inovasi Bantuan Pangan
Jum'at, 22 Desember 2023 - 11:50 WIB
JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency (NFA) mendorong pemerintah untuk melakukan inovasi bantuan pangan. Hal itu penting agar hasil pertanian dapat terserap.
Kepala BapanasArief Prasetyo Adi mengatakan bantuan pangan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terbukti mampu menekan inflasi. Untuk tahun ini, secara year on year (YoY) inflasi tetap terjaga dengan baik dalam kisaran 2,8%.
Hal tersebut dinilai Arief sangat baik untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2023 berada dalam kisaran 4,4-5,3%.
“Terbukti inflasi kita sangat baik 2,8%, yang itu nggak banyak dicapai negara-negara lain di dunia dan pertumbuhan ekonomi kita di atasnya (infasi). Pak Presiden selalu menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi harus di atas inflasi,” ujar Arief saat diskusi di Media Center Indonesia Maju dengan tema ‘Indonesia Menuju Kedaulatan Pangan’, Jumat (22/12/2023).
Arief menjelaskan program bantuan pangan juga diterapkan oleh negara lain di dunia, tidak hanya Indonesia saja. Dia pun menceritakan sejumlah kendala yang dihadapi. Dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, maka jauh lebih sulit untuk mendistribusikan bantuan pangan tersebut. Kondisi ini dikatakan Arief sangat berbeda dengan negara lain.
“Di Indonesia lebih unik lagi karena negara kepulauan. Lebih dari 17.000 pulau ini kita sudah lakukan bantuan pangan di lebih dari 1,5 juta titik GPM (Gerakan Pangan Murah) dan ini memang satu-satunya di dunia karena negara lain nggak bisa serentak kaya di kita,” jelas Arief.
Mantan Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) ini juga menjelaskan pemerintah terus melakukan inovasi terkait bantuan pangan agar bisa memberikan efek berganda. Adapun lewat bantuan pangan ini, kata Arief, Presiden Jokowi ingin menyerap hasil panen petani dan peternak lokal untuk dibeli oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pangan.
“Jadi ini bukan uang habis pakai, uang hilang. Dibeli dengan harga yang baik kemudian disimpan menjadi CPP atau Cadangan Pangan Pemerintah,” ungkapnya.
“Jadi teman-teman petani hari ini sangat happy setiap ke sawah dengan Pak Presiden membeli di atas Rp7.000 harganya gabah kering siap panen, sehingga bisa dilihat NTP (Nilai Tukar Pertanian) tinggi di atas 113 persen. Dulu 95,28%, sekarang 113-114%,” sambungnya.
Lebih jauh, Arief menambahkan program bantuan pangan ini bertujuan untuk pengentasan kemiskinan, penurunan stunting hingga gizi buruk. Bapanas sendiri telah memetakan 74 kabupaten/kota se Indonesia untuk menyasar ke masyarakat rentan tersebut by name by address.
“Ini bentuk perhatian pemerintah kepada masyarakat kelas bawah atau desil satu yang merupakan keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah,” pungkasnya.
Kepala BapanasArief Prasetyo Adi mengatakan bantuan pangan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terbukti mampu menekan inflasi. Untuk tahun ini, secara year on year (YoY) inflasi tetap terjaga dengan baik dalam kisaran 2,8%.
Hal tersebut dinilai Arief sangat baik untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2023 berada dalam kisaran 4,4-5,3%.
“Terbukti inflasi kita sangat baik 2,8%, yang itu nggak banyak dicapai negara-negara lain di dunia dan pertumbuhan ekonomi kita di atasnya (infasi). Pak Presiden selalu menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi harus di atas inflasi,” ujar Arief saat diskusi di Media Center Indonesia Maju dengan tema ‘Indonesia Menuju Kedaulatan Pangan’, Jumat (22/12/2023).
Arief menjelaskan program bantuan pangan juga diterapkan oleh negara lain di dunia, tidak hanya Indonesia saja. Dia pun menceritakan sejumlah kendala yang dihadapi. Dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, maka jauh lebih sulit untuk mendistribusikan bantuan pangan tersebut. Kondisi ini dikatakan Arief sangat berbeda dengan negara lain.
“Di Indonesia lebih unik lagi karena negara kepulauan. Lebih dari 17.000 pulau ini kita sudah lakukan bantuan pangan di lebih dari 1,5 juta titik GPM (Gerakan Pangan Murah) dan ini memang satu-satunya di dunia karena negara lain nggak bisa serentak kaya di kita,” jelas Arief.
Mantan Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) ini juga menjelaskan pemerintah terus melakukan inovasi terkait bantuan pangan agar bisa memberikan efek berganda. Adapun lewat bantuan pangan ini, kata Arief, Presiden Jokowi ingin menyerap hasil panen petani dan peternak lokal untuk dibeli oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pangan.
“Jadi ini bukan uang habis pakai, uang hilang. Dibeli dengan harga yang baik kemudian disimpan menjadi CPP atau Cadangan Pangan Pemerintah,” ungkapnya.
“Jadi teman-teman petani hari ini sangat happy setiap ke sawah dengan Pak Presiden membeli di atas Rp7.000 harganya gabah kering siap panen, sehingga bisa dilihat NTP (Nilai Tukar Pertanian) tinggi di atas 113 persen. Dulu 95,28%, sekarang 113-114%,” sambungnya.
Lebih jauh, Arief menambahkan program bantuan pangan ini bertujuan untuk pengentasan kemiskinan, penurunan stunting hingga gizi buruk. Bapanas sendiri telah memetakan 74 kabupaten/kota se Indonesia untuk menyasar ke masyarakat rentan tersebut by name by address.
Baca Juga
“Ini bentuk perhatian pemerintah kepada masyarakat kelas bawah atau desil satu yang merupakan keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah,” pungkasnya.
(kri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda