Hari Ibu Momentum Meningkatkan Partisipasi Perempuan di Kancah Politik
Jum'at, 22 Desember 2023 - 05:05 WIB
Dilihat dari komposisi penduduk, jumlah penduduk perempuan di Indonesia mencapai 49,5% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 273 juta. Namun masalahnya, saat ini tingkat partisipasi perempuan di tempat kerja begitu jomplang dengan laki-laki.
Partisipasi perempuan di tempat kerja baru mencapai 54%, sedangkan laki-laki sudah 82%. Padahal, studi yang dilakukan McKinsey Global menyebutkan, jika bisa menaikkan partisipasi angkatan kerja perempuan sebesar 3% saja, maka PDB Indonesia bisa bertambah USD135 miliar di 2025.
Jadi sebenarnya dengan hanya memberdayakan kaum ibu sesuai dengan potensi yang dimilikinya, bisa membawa ekonomi Indonesia menjadi jauh lebih baik. Pemberdayaan kaum ibu pun diyakini menjadi kunci penting agar Indonesia segera pulih dari pandemi.
Di bidang politik, peran seorang ibu juga cukup besar. Ia mampu memengaruhi atau bahkan ikut menentukan arah politik dari seluruh anggota keluarganya. Tak heran di ajang Pemilu 2024, sosok ibu punya peran yang amat besar dalam mendulang suara.
Sesuai amanah dari UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu, keterwakilan perempuan di lembaga legislatif minimal 30%. Keterwakilan suara perempuan di legislatif memang belum mencerminkan komposisi jumlah populasinya. Idealnya, melihat begitu banyaknya perempuan di negeri ini, keterwakilan suara kaum Hawa ini mencapai 50%. Setara dengan jumlah keterwakilan kaum laki-laki.
baca juga: Diperingati Setiap 12 November, Kenapa Hari Ayah Tidak Sepopuler Hari Ibu?
Demi mewujudkan proses pembangunan yang lebih baik, partisipasi perempuan dalam politik perlu ditingkatkan. Upaya ini tidak semudah yang dipikirkan, karena memerlukan dukungan semua pihak. Merealisasikan lebih banyak partisipasi perempuan dalam setiap pengambilan kebijakan publik harus konsisten diupayakan. Tidak bisa hanya saat pemilu saja tiba-tiba suara perempuan atau ibu dianggap penting.
Hasil riset State of The World’s Girls Report (SOTWG) yang dipublikasikan awal 2023 mengungkapkan, sebanyak 9 dari 10 perempuan percaya bahwa partisipasi politik itu penting. Namun para perempuan itu juga mengakui masih banyak kendala yang menghambat mereka untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia politik.
Hambatan itu bersifat interseksional dan struktural karena usia dan gender yang dianggap belum dewasa serta berbagai stereotipe yang berkembang di masyarakat. Sangat kompleksnya tantangan yang dihadapi, membuat upaya melibatkan perempuan untuk berpartisipasi dalam proses politik membutuhkan dukungan dari banyak pihak dan strategi yang tepat.
Tidak mudah mengikis anggapan atau persepsi masyarakat yang berkembang terkait bagaimana seharusnya perempuan berkegiatan di masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan peran perempuan dalam politik adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan. Melalui pendidikan inilah upaya agar kiprah perempuan di bidang politik makin meningkat, dapat diwujudkan.
Partisipasi perempuan di tempat kerja baru mencapai 54%, sedangkan laki-laki sudah 82%. Padahal, studi yang dilakukan McKinsey Global menyebutkan, jika bisa menaikkan partisipasi angkatan kerja perempuan sebesar 3% saja, maka PDB Indonesia bisa bertambah USD135 miliar di 2025.
Jadi sebenarnya dengan hanya memberdayakan kaum ibu sesuai dengan potensi yang dimilikinya, bisa membawa ekonomi Indonesia menjadi jauh lebih baik. Pemberdayaan kaum ibu pun diyakini menjadi kunci penting agar Indonesia segera pulih dari pandemi.
Di bidang politik, peran seorang ibu juga cukup besar. Ia mampu memengaruhi atau bahkan ikut menentukan arah politik dari seluruh anggota keluarganya. Tak heran di ajang Pemilu 2024, sosok ibu punya peran yang amat besar dalam mendulang suara.
Sesuai amanah dari UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu, keterwakilan perempuan di lembaga legislatif minimal 30%. Keterwakilan suara perempuan di legislatif memang belum mencerminkan komposisi jumlah populasinya. Idealnya, melihat begitu banyaknya perempuan di negeri ini, keterwakilan suara kaum Hawa ini mencapai 50%. Setara dengan jumlah keterwakilan kaum laki-laki.
baca juga: Diperingati Setiap 12 November, Kenapa Hari Ayah Tidak Sepopuler Hari Ibu?
Demi mewujudkan proses pembangunan yang lebih baik, partisipasi perempuan dalam politik perlu ditingkatkan. Upaya ini tidak semudah yang dipikirkan, karena memerlukan dukungan semua pihak. Merealisasikan lebih banyak partisipasi perempuan dalam setiap pengambilan kebijakan publik harus konsisten diupayakan. Tidak bisa hanya saat pemilu saja tiba-tiba suara perempuan atau ibu dianggap penting.
Hasil riset State of The World’s Girls Report (SOTWG) yang dipublikasikan awal 2023 mengungkapkan, sebanyak 9 dari 10 perempuan percaya bahwa partisipasi politik itu penting. Namun para perempuan itu juga mengakui masih banyak kendala yang menghambat mereka untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia politik.
Hambatan itu bersifat interseksional dan struktural karena usia dan gender yang dianggap belum dewasa serta berbagai stereotipe yang berkembang di masyarakat. Sangat kompleksnya tantangan yang dihadapi, membuat upaya melibatkan perempuan untuk berpartisipasi dalam proses politik membutuhkan dukungan dari banyak pihak dan strategi yang tepat.
Tidak mudah mengikis anggapan atau persepsi masyarakat yang berkembang terkait bagaimana seharusnya perempuan berkegiatan di masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan peran perempuan dalam politik adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan. Melalui pendidikan inilah upaya agar kiprah perempuan di bidang politik makin meningkat, dapat diwujudkan.
tulis komentar anda