Pemerataan Infrastruktur Internet Tanpa Campur Tangan Asing

Senin, 10 Agustus 2020 - 06:10 WIB
Starlink adalah perusahaan yang diproyeksikan menjadi provider di seluruh dunia. SpaceX sudah meluncurkan 422 satelit dengan Falcon 9-nya. Diperkirakan sampai akhir tahun akan ada total 720 sampai 800 satelit yang mengorbit dan menjadi modal uji coba internet di Kanada dan AS bagian utara. Sampai saat ini, SpaceX telah mendapatkan izin untuk mengorbitkan 12.000 satelit dari FCC (Federal Communication Commision). Elon Musk sendiri menargetkan 30.000 izin satelit untuk mewujudkan impiannya menyediakan internet murah ke seluruh dunia. Elon Musk sudah mengajukan izin tersebut ke FCC beberapa waktu yang lalu.

Kita tahu bersama, dengan keberadaan teknologi dan internet, banyak kejadian luar biasa di dunia dalam 10 tahun terakhir. Arab Spring yang dimulai dengan konten martir di internet. Kemenangan para politisi yang populer lewat media sosial. Adanya shifting pasar luar biasa dari luring ke daring yang juga didorong oleh aplikasi yang tumbuh pesat. Tentu yang paling menghebohkan adalah kemenangan Trump di pilpres AS 2016 dan Brexit di Inggris, keduanya menang dengan memanfaatkan Facebook untuk memengaruhi opini publik.

Bila kita lihat daftar harga internet yang disodorkan Elon Musk via Starlink, benar-benar mengagetkan, ratusan kali lebih murah dan lebih cepat dari provider di Tanah Air saat ini. Tentu bagi konsumen sangat menyenangkan, namun apakah artinya bagi negara dan industri telekomunikasi.

Bayangkan saja, kita telah membangun backbone jejaring telekomunikasi lewat Palapa Ring, bahkan sudah menjangkau Indonesia bagian timur. Dengan adanya internet murah dan cepat dari Starlink, apa yang akan terjadi. Apakah kita bisa menolak kedatangannya, tampaknya akan sangat sulit apalagi jika ada tekanan politik. Tentu ini datang sebagai ancaman, sekaligus peluang bagi industri di Tanah Air. Mungkin hal ini perlu segera dipikirkan oleh Kominfo serta DPR. Elon Musk merencanakan menyelesaikan proyek internet untuk Kanada dan AS akhir 2020 dan memulai Starlink secara global pada 2021.

Lalu untuk masyarakat dunia dan dunia industri, ini akan sangat revolusioner. Bahwa kecepatan berinternet secara mobil pada akhirnya nanti bisa lebih dari 1.000 GBps, iya kecepatan 1.000 GB per detik. Apa yang bisa dicapai dan dihasilkan oleh dunia dan individu dengan kecepatan ini. Streaming tak lagi mengenal bumper, seluruh tayangan streaming akan berformat minimal 4K. Industri hiburan dan informasi akan berevolusi dengan sangat radikal dan semakin terdesentralisasi sesuai pasar, wilayah, budaya bahkan afiliasi masing-masing.

Penyedia pusat data dan komputasi cloud juga pastinya harus menyesuaikan diri. Dengan akses internet cepat dan murah, pastinya ukuran file yang disimpan dan didistribusikan juga ikut besar. Ini jelas akan merevolusi industri teknologi, terutama penyimpanan data.

Sebenarnya bekerja sama dengan pihak asing terkait pembangunan infrastruktur internet bukan masalah utama. Yang menjadi masalah utama dan cukup serius adalah, kita tidak punya UU pengelolaan dan perlindungan data. Berbeda dengan AS yang memanfaatkan raksasa teknologi untuk kepentingan nasional mereka lewat Foreign Surveillance Act.

Di AS, lewat Foreign Surveillance Act, raksasa teknologi dipaksa memberikan akses kepada negara dan diawasi dengan ketat untuk tidak menyalahgunakan data. Dengan kondisi seperti itu pun, masih terjadi penyalahgunaan data seperti dalam kasus cambridge analytica.

Membangun infrastruktur sendiri pun bukan tanpa risiko, karena teknologi dan alat-alat juga masih banyak memakai milik asing. Contohnya BTS, sudah pasti memakai buatan asing, dan kita punya kewajiban memeriksa secara terus-menerus bahwa data tidak ada yang disalahgunakan. Internet akan semakin dibutuhkan oleh manusia untuk bertahan hidup dan melakukan akselerasi teknologi. Misalnya di Papua dengan daerah yang bergunung-gunung, internet bisa menjadi solusi dengan model telemedicine. Sebuah langkah maju agar tenaga kesehatan bisa diakses dengan cepat lewat internet.

Dengan pemerataan internet sampai daerah terluar Tanah Air, ini jelas membantu implementasi work from home (WFH) maupun school from home (SFH). Model WFH dan SFH ini juga kemungkinan bisa dipertahankan di wilayah dengan infrastruktur transportasi dan jalan yang sangat sulit. Pada akhirnya internet menjadi jalan mudah untuk mewujudkan pemerataan pendidikan, ekonomi, bahkan perbaikan birokrasi. Namun, membangun infrastruktur internet tetap harus mempertimbangkan faktor pertahanan dan keamanan. Untuk menjamin kedaulatan data, seharusnya menggunakan resource dari dalam negeri. Kalau di level aplikasi, kita sudah menggunakan solusi asing dan infrastruktur pun menggunakan solusi asing, jelas ini meletakkan kedaulatan informasi dalam keadaan bahaya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More