Pengamat Sebut Pilpres 2024 Ujian Terberat bagi Lembaga Survei
Senin, 11 Desember 2023 - 20:38 WIB
JAKARTA - Pengamat politik Universitas Trunojoyo Surokim Abdussalam menilai lembaga survei mengalami ujian terberat pascareformasi pada Pilpres 2024. Sebab, lembaga survei dalam waktu bersamaan juga merangkap sebagai konsultan politik bagi calon tertentu.
"Ujian paling berat lembaga survei sepanjang pemilu pascareformasi menurut saya ya kali ini, Pemilu 2024," kata Surokim, Senin (11/12/2023).
Menurutnya, lembaga survei terjebak ke dalam perangkap sebagai konsultan politik. Padahal keduanya memiliki tugas pokok yang berbeda.
Sebelumnya, LSI, sebuah lembaga survei ternama dan memiliki pengalaman panjang, merilis hasil survei terkini. Disebutkan 50,2% publik menilai pemilu berpeluang terjadi kecurangan. Yang mencengangkan, paslon yang dianggap paling mungkin berlaku curang adalah paslon Ganjar Pranowo-Mahfud MD 20,6%; Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka 14,4%; dan Anis-Muhaimin 5,4%.
"Situasi yang sungguh patut diwaspadai dan dijaga khususnya oleh para penyelenggara pemilu agar trust publik bisa pulih. Sebab bagaimana pun esensi demokrasi elektoral itu legitimasi dan trust, dan ini wajib dijaga semua pihak jika kita ingin pemilu kita meningkat kualitasnya secara substantif," kata Surokim.
Untuk membuktikan apakah hasil survei tersebut didapatkan dengan cara-cara yang benar, menurut Surokim, perlu ada survei lain.
"Sebenarnya saya berharap akan muncul lembaga survei pembanding yang lain agar kita bisa membandingkan dan menemukan intersubjectivity itu, sehingga akan lebih mudah memberi penilaian," katanya.
Jika lembaga survei terbatas, maka absolutisme dan hegemonik data bisa terjadi. Meski begitu, Surokim tetap yakin bahwa Lembaga Survei bisa memainkan perannya pada pesta demokrasi ini.
"Saya masih meyakini bahwa lembaga survei di Indonesia bisa menjadi oksigen demokrasi elektoral kita dan masih punya masa depan untuk menjadi bahan referensi dan edukasi publik. Karena itu lembaga survei yang muncul dari banyak pihak sungguh diharapkan," kata Surokim.
"Ujian paling berat lembaga survei sepanjang pemilu pascareformasi menurut saya ya kali ini, Pemilu 2024," kata Surokim, Senin (11/12/2023).
Menurutnya, lembaga survei terjebak ke dalam perangkap sebagai konsultan politik. Padahal keduanya memiliki tugas pokok yang berbeda.
Sebelumnya, LSI, sebuah lembaga survei ternama dan memiliki pengalaman panjang, merilis hasil survei terkini. Disebutkan 50,2% publik menilai pemilu berpeluang terjadi kecurangan. Yang mencengangkan, paslon yang dianggap paling mungkin berlaku curang adalah paslon Ganjar Pranowo-Mahfud MD 20,6%; Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka 14,4%; dan Anis-Muhaimin 5,4%.
"Situasi yang sungguh patut diwaspadai dan dijaga khususnya oleh para penyelenggara pemilu agar trust publik bisa pulih. Sebab bagaimana pun esensi demokrasi elektoral itu legitimasi dan trust, dan ini wajib dijaga semua pihak jika kita ingin pemilu kita meningkat kualitasnya secara substantif," kata Surokim.
Untuk membuktikan apakah hasil survei tersebut didapatkan dengan cara-cara yang benar, menurut Surokim, perlu ada survei lain.
"Sebenarnya saya berharap akan muncul lembaga survei pembanding yang lain agar kita bisa membandingkan dan menemukan intersubjectivity itu, sehingga akan lebih mudah memberi penilaian," katanya.
Jika lembaga survei terbatas, maka absolutisme dan hegemonik data bisa terjadi. Meski begitu, Surokim tetap yakin bahwa Lembaga Survei bisa memainkan perannya pada pesta demokrasi ini.
"Saya masih meyakini bahwa lembaga survei di Indonesia bisa menjadi oksigen demokrasi elektoral kita dan masih punya masa depan untuk menjadi bahan referensi dan edukasi publik. Karena itu lembaga survei yang muncul dari banyak pihak sungguh diharapkan," kata Surokim.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda