Formasi Indonesia Moeda Ajak Gen Z dan Milenial Melek Politik di Pemilu 2024
Jum'at, 17 November 2023 - 21:54 WIB
JAKARTA - Formasi Indonesia Moeda menggelar diskusi publik bertema Demokrasi di Mata Anak Muda Menghadapi Pilpres 2024 di Aula IASTH, Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta, Jumat (17/11/2023). Kegiatan tersebut mengajak Gen Z dan milenial melek politik karena suara mereka bakal mendominasi pemilih Pemilu 2024 .
Koordinator Nasional Formasi Indonesia Moeda Syifak Muhammad Yus mengaku tidak ingin anak muda yang menjadi pemilih mayoritas sekadar menjadi objek, tetapi aktif dalam pesta 5 tahunan tersebut.
"Dari data KPU penetapan DPT caleg DPR yang diusung 18 partai politik (parpol) sebanyak 67% lebih dari 41 tahun, 12% lebih dari 61 tahun, dan di bawah 41 tahun hanya 33%. Melihat dari data tersebut anak muda masih berada di posisi pinggir, belum mengambil posisi yang strategis," kata Syifak dalam keterangannya, Jumat (17/11/2023).
Minimnya anak muda dalam kontestasi, Syifak menduga karena masih banyak yang apolitis atau menganggap politik itu sesuatu yang kotor, sehingga mereka enggan untuk terjun ke dunia politik.
"Negara demokratis tidak lepas dari partai politik, namun generasi muda masih antipati, maka harus ada pemahaman atau sesuatu yang diluruskan," ujarnya.
Syifak menuturkan, pemilu yang diharapkan menjadi momentum konsolidasi demokrasi dan mempererat kesatuan bangsa, jangan hanya dimaknai sebagai jargon-jargon pemanis kampanye. Namun demokrasi harus dimaknai dan digunakan untuk usaha yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kemajuan bangsa Indonesia.
"Di mata anak muda demokrasi harus termanifestasi dalam bentuk pemerataan pembangunan, hilirisasi industri, kesempatan memimpin bagi semua anak bangsa tanpa ada pembatasan pembatasan, dan selalu menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan lain," kata Syifak.
Posisi generasi muda tahun politik juga sangat rawan terpapar hoax yang dapat menimbulkan kegaduhan, adu domba dan perpecahan. Karena itu ia mendorong agar para politisi dan elite parpol lebih mengarah ke kampanye politik positif daripada kampanye negatif, apalagi hoaks.
Koordinator Nasional Formasi Indonesia Moeda Syifak Muhammad Yus mengaku tidak ingin anak muda yang menjadi pemilih mayoritas sekadar menjadi objek, tetapi aktif dalam pesta 5 tahunan tersebut.
"Dari data KPU penetapan DPT caleg DPR yang diusung 18 partai politik (parpol) sebanyak 67% lebih dari 41 tahun, 12% lebih dari 61 tahun, dan di bawah 41 tahun hanya 33%. Melihat dari data tersebut anak muda masih berada di posisi pinggir, belum mengambil posisi yang strategis," kata Syifak dalam keterangannya, Jumat (17/11/2023).
Minimnya anak muda dalam kontestasi, Syifak menduga karena masih banyak yang apolitis atau menganggap politik itu sesuatu yang kotor, sehingga mereka enggan untuk terjun ke dunia politik.
"Negara demokratis tidak lepas dari partai politik, namun generasi muda masih antipati, maka harus ada pemahaman atau sesuatu yang diluruskan," ujarnya.
Syifak menuturkan, pemilu yang diharapkan menjadi momentum konsolidasi demokrasi dan mempererat kesatuan bangsa, jangan hanya dimaknai sebagai jargon-jargon pemanis kampanye. Namun demokrasi harus dimaknai dan digunakan untuk usaha yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kemajuan bangsa Indonesia.
"Di mata anak muda demokrasi harus termanifestasi dalam bentuk pemerataan pembangunan, hilirisasi industri, kesempatan memimpin bagi semua anak bangsa tanpa ada pembatasan pembatasan, dan selalu menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan lain," kata Syifak.
Posisi generasi muda tahun politik juga sangat rawan terpapar hoax yang dapat menimbulkan kegaduhan, adu domba dan perpecahan. Karena itu ia mendorong agar para politisi dan elite parpol lebih mengarah ke kampanye politik positif daripada kampanye negatif, apalagi hoaks.
tulis komentar anda