Anti-Semit dan Islamofobia (Belajar dari Kasus Gaza)
Selasa, 14 November 2023 - 14:10 WIB
Di Jerman, Direktur Intelijen Dalam Negeri Thomas Haldenwang mengatakan, dia sangat prihatin dengan meningkatnya tindakan anti-Semit di negara itu, yang dilatarbelakangi oleh perang Hamas-Israel, yang mengingatkan kita pada "kisah paling kelam dalam dalam sejarah nasional". "Sejak serangan berdarah Hamas pada tanggal 7 Oktober awal bulan lalu sekitar 1.800 kejahatan anti-Semit telah tercatat di Jerman," tegasnya kepada majalah Spiegel pada tanggal 27 Oktober lalu.
Di tempat dan waktu yang berbeda, petugas polisi yang ditempatkan di pintu masuk sinagoga komunitas Yahudi Kahal Adass Jisroel di Berlin, pernah menjadi sasaran bom molotov tanggal 18 Oktober 2023 lalu. Peningkatan tindakan anti-Semit yang “mengkhawatirkan” juga terjadi di Amerika Serikat. Mereka menduga akan terjadi insiden anti-Semit di sekolah dan di kampus universitas. Dan benar saja - ketegangan telah terjadi di kampus paling bergengsi di Amerika - di Harvard University - saat 30-an Organaisasi kemahasiswaan membuat pernyataan "Hamas Bertanggung Jawab atas Kekerasan yang memicu kemarahan Israel".
Di New York, sama seperti di Paris dan kota-kota besar lainnya, poster-poster yang mengirimkan transmisi sandera Israel oleh Hamas juga dirobohkan. Di belahan benua yang lain massa yang sedang emosi marah menggeruduk menduduki bandara di Dagestan (Republik di Kaukasus Rusia) pada hari Minggu lalu dan meneriakkan slogan-slogan anti-Semit dan mencari penumpang Israel yang diduga baru tiba dengan penerbangan dari Tel Aviv.
Menurut pengamatan BBC, tindakan ratusan pemuda yang menduduki terminal tersebut dikoordinasikan melalui pesan-pesan pada saluran Telegram Islam. Sekitar 60 orang akhirnya ditangkap dalam insiden itu.
Insiden pemicu gerakan sebetulnya telah terjadi juga pada tanggal 14 Oktober lalu, saat seorang pria dewasa di Amerika menikam dan membunuh seorang anak Palestina yang baru berusia 6 tahun dan ibu anak tersebut juga dianiaya dan dilukai. Sampai saat ini polisi sedang menyelidiki apakah ini merupakan kejahatan atas dasar kebencian terhadap Islam (Islamofobia), rasial, atau kejahatan biasa.
Tentu kita sering mendengar - seperti diungkap penulis di atas, ancaman kebencian terhadap Yahudi benar terjadi di mana-mana. Sebaliknya, yang merasa terancam bisa juga melakukan sebaliknya. Seorang remaja berusia 21 tahun kini telah ditangkap dan didakwa menerbitkan ancaman untuk membunuh atau melukai orang lain. Pada hari Rabu dia muncul di pengadilan untuk sidang perdana dengan mengenakan jas penjara dan borgol. Dia tidak membuat pengakuan.
Kejadian berawal di Universitas Cornell, New York. Dalam sebuah forum online, seorang mahasiswa mengancam bahwa dia akan "membawa senapan serbu ke kampus" dan menembak orang-orang Yahudi. Di postingan lain, dia mengumumkan bahwa dia akan "meledakkan" kafetaria universitas yang sebagian besar makanannya adalah halal-para siswa disarankan untuk menghindari kafetaria.
Atas tuduhan tersebut, sang pelaku terancam hukuman hingga lima tahun penjara. Peristiwa tersebut adalah sangat rawan. Kenapa? Kota New York adalah rumah bagi populasi Yahudi terbesar di luar Israel. Pada posisi yang sama, kota ini juga adalah salah satu populasi muslim terbesar di negara Amerika. Menurut data FBI - pada tahun 2001, setelah serangan teroris 11 September, kejahatan anti-Muslim menduduki peringkat kedua di antara insiden yang bermotif agama lainnya. “Ini lebih buruk dibandingkan setelah 9/11,” kata Zein Rimawi, pendiri dan anggota Islamic Society of Bay Ridge di Brooklyn selatan.
Di tempat dan waktu yang berbeda, petugas polisi yang ditempatkan di pintu masuk sinagoga komunitas Yahudi Kahal Adass Jisroel di Berlin, pernah menjadi sasaran bom molotov tanggal 18 Oktober 2023 lalu. Peningkatan tindakan anti-Semit yang “mengkhawatirkan” juga terjadi di Amerika Serikat. Mereka menduga akan terjadi insiden anti-Semit di sekolah dan di kampus universitas. Dan benar saja - ketegangan telah terjadi di kampus paling bergengsi di Amerika - di Harvard University - saat 30-an Organaisasi kemahasiswaan membuat pernyataan "Hamas Bertanggung Jawab atas Kekerasan yang memicu kemarahan Israel".
Di New York, sama seperti di Paris dan kota-kota besar lainnya, poster-poster yang mengirimkan transmisi sandera Israel oleh Hamas juga dirobohkan. Di belahan benua yang lain massa yang sedang emosi marah menggeruduk menduduki bandara di Dagestan (Republik di Kaukasus Rusia) pada hari Minggu lalu dan meneriakkan slogan-slogan anti-Semit dan mencari penumpang Israel yang diduga baru tiba dengan penerbangan dari Tel Aviv.
Menurut pengamatan BBC, tindakan ratusan pemuda yang menduduki terminal tersebut dikoordinasikan melalui pesan-pesan pada saluran Telegram Islam. Sekitar 60 orang akhirnya ditangkap dalam insiden itu.
Insiden pemicu gerakan sebetulnya telah terjadi juga pada tanggal 14 Oktober lalu, saat seorang pria dewasa di Amerika menikam dan membunuh seorang anak Palestina yang baru berusia 6 tahun dan ibu anak tersebut juga dianiaya dan dilukai. Sampai saat ini polisi sedang menyelidiki apakah ini merupakan kejahatan atas dasar kebencian terhadap Islam (Islamofobia), rasial, atau kejahatan biasa.
Waspadai Bangkitnya Islamofobia
Tentu kita sering mendengar - seperti diungkap penulis di atas, ancaman kebencian terhadap Yahudi benar terjadi di mana-mana. Sebaliknya, yang merasa terancam bisa juga melakukan sebaliknya. Seorang remaja berusia 21 tahun kini telah ditangkap dan didakwa menerbitkan ancaman untuk membunuh atau melukai orang lain. Pada hari Rabu dia muncul di pengadilan untuk sidang perdana dengan mengenakan jas penjara dan borgol. Dia tidak membuat pengakuan.
Kejadian berawal di Universitas Cornell, New York. Dalam sebuah forum online, seorang mahasiswa mengancam bahwa dia akan "membawa senapan serbu ke kampus" dan menembak orang-orang Yahudi. Di postingan lain, dia mengumumkan bahwa dia akan "meledakkan" kafetaria universitas yang sebagian besar makanannya adalah halal-para siswa disarankan untuk menghindari kafetaria.
Atas tuduhan tersebut, sang pelaku terancam hukuman hingga lima tahun penjara. Peristiwa tersebut adalah sangat rawan. Kenapa? Kota New York adalah rumah bagi populasi Yahudi terbesar di luar Israel. Pada posisi yang sama, kota ini juga adalah salah satu populasi muslim terbesar di negara Amerika. Menurut data FBI - pada tahun 2001, setelah serangan teroris 11 September, kejahatan anti-Muslim menduduki peringkat kedua di antara insiden yang bermotif agama lainnya. “Ini lebih buruk dibandingkan setelah 9/11,” kata Zein Rimawi, pendiri dan anggota Islamic Society of Bay Ridge di Brooklyn selatan.
tulis komentar anda