Reshuffle Jalan Terbaik bagi Menteri Berkinerja 'Memble' dan 'Mbalelo'
Kamis, 06 Agustus 2020 - 16:44 WIB
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tiga kali marah-marah karena kecewa terhadap kinerja menterinya. Namun, perombakan atau reshuffle kabinet belum juga terjadi hingga kini.
Menurut pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, Presiden jangan hanya menyentil kinerja menteri terus menerus. "Bagus-bagus saja jika sifatnya mengingatkan menterinya untuk bekerja lebih keras, hingga gigi lima," tutur Ujang Komarudin kepada SINDOnews, Kamis (6/8/2020).( )
Namun, menurut dia, sentilan Presiden tidak akan menyelesaikan masalah jika para menterinya "mbalelo", "low prestasi", dan tak tahu apa yang harus dilakukankanya di tengah-tengah Pandemi Covid-19 ini.
"Yang paling bagus me-reshuffle menteri-menteri yang kinerjanya memble dan tak responsif terhadap kegelisahan rakyat. Reshuffle adalah jalan terbaik," katanya.
Ujang menambahkan, jika tak ada reshuffle, maka Presiden Jokowi hanya akan bisa menyentil dan menyentil lagi, tanpa bisa menyelesaikan akar masalahnya.
"Akar masalahnya menteri-menterinya banyak yang berkinerja buruk, ya ganti saja. Saat ini bukan lagi waktunya menyentil atau menegur. Waktunya untuk action mengganti menteri-menteri yang tak berprestasi atau berkinerja buruk," katanya.( !)
Ujang berpendapat, marah-marah hingga tiga kali tak akan menyelesaikan persoalan. "Jika menterinya enggak becus bekerja ya realisasikan reshuffle," ujarnya.
Menurut Ujang, reshuffle adalah suatu keniscayaan untuk mengganti menteri-menteri yang miskin prestasi. Ujang mengingatkan bukan saatnya marah-marah lagi.
"Apalagi marah-marahnya sampai tiga kali. Harusnya Jokowi tak ada beban untuk bisa me-reshuffle menterinya kapan pun. Marah-marah terus juga tak baik. Karena nanti rakyat akan menilai, bahwa Presiden bisanya marah-marah pada menterinya tapi tak bisa mengeksekusi reshuffle," pungkasnya.
Menurut pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, Presiden jangan hanya menyentil kinerja menteri terus menerus. "Bagus-bagus saja jika sifatnya mengingatkan menterinya untuk bekerja lebih keras, hingga gigi lima," tutur Ujang Komarudin kepada SINDOnews, Kamis (6/8/2020).( )
Namun, menurut dia, sentilan Presiden tidak akan menyelesaikan masalah jika para menterinya "mbalelo", "low prestasi", dan tak tahu apa yang harus dilakukankanya di tengah-tengah Pandemi Covid-19 ini.
"Yang paling bagus me-reshuffle menteri-menteri yang kinerjanya memble dan tak responsif terhadap kegelisahan rakyat. Reshuffle adalah jalan terbaik," katanya.
Ujang menambahkan, jika tak ada reshuffle, maka Presiden Jokowi hanya akan bisa menyentil dan menyentil lagi, tanpa bisa menyelesaikan akar masalahnya.
"Akar masalahnya menteri-menterinya banyak yang berkinerja buruk, ya ganti saja. Saat ini bukan lagi waktunya menyentil atau menegur. Waktunya untuk action mengganti menteri-menteri yang tak berprestasi atau berkinerja buruk," katanya.( !)
Ujang berpendapat, marah-marah hingga tiga kali tak akan menyelesaikan persoalan. "Jika menterinya enggak becus bekerja ya realisasikan reshuffle," ujarnya.
Menurut Ujang, reshuffle adalah suatu keniscayaan untuk mengganti menteri-menteri yang miskin prestasi. Ujang mengingatkan bukan saatnya marah-marah lagi.
"Apalagi marah-marahnya sampai tiga kali. Harusnya Jokowi tak ada beban untuk bisa me-reshuffle menterinya kapan pun. Marah-marah terus juga tak baik. Karena nanti rakyat akan menilai, bahwa Presiden bisanya marah-marah pada menterinya tapi tak bisa mengeksekusi reshuffle," pungkasnya.
(dam)
tulis komentar anda