Deretan KSAD yang Pernah Jabat Pangdam V/Brawijaya, Nomor 1 Jenderal Pemrakarsa NRP Prajurit TNI
Minggu, 12 November 2023 - 06:02 WIB
KSAD yang pernah duduk sebagai Pangdam V/Brawijaya salah satunya adalah Letjen TNI (Purn) Bambang Soegeng. Serdadu kelahiran Megelang, Jawa Tengah, 31 Oktober 1913 itu mulai mengemban jabatan tersebut ketika masih bernama TNI Divisi I Jawa Timur hingga berubah menjadi Tentara Teritorium (TT) V/Brawijaya.
Bambang Soegeng adalah sulung dari 6 bersaudara, anak pasangan Slamet dan Zahro. Bambang termasuk beruntung karena bisa mengenyam bangku pendidikan di masa pendudukan Belanda. Ia menempuh pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Tegalrejo, Magelang, kemudian lanjut ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Purwokerto, serta Algemeene Middelbare School (AMS) bagian A di Yogyakarta. Bambang sempat menempuh pendidikan tinggi di Rechtshoogeschool te Batavia (RHS) Jakarta tapi tidak selesai karena ditutup oleh Jepang ketika berkuasa di Indonesia.
Sempat bekerja sebagai pegawai negeri di pemerintahan Kabupaten Temanggung sebagai juru tulis, pada 1943 Bambang akhirnya memilih melanjutkan pendidikan perwira PETA di Bogor. Setelah lulus, ia ditempatkan di Magelang sebagai Komandan Kompi. Bambang kemudian dipromosikan sebagai Komandan Peleton di Gombong, Kebumen.
Bambang diangkat menjadi Komandan Resimen TKR di Wonosobo setelah Proklamasi Kemerdekaan RI. Tiga tahun kemudian diangkat menjadi Komandan Divisi III TKR yang meliputi Banyumas, Pekalongan, Kedu, dan Yogyakarta. Sebagai penguasa teritori, ia terlibat dalam perencanaan Serangan Umum 1 Maret 1949. Salah satunya adalah Perintah Siasat dan Instruksi Rahasia soal perang propaganda terhadap Belanda.
Melihat pengalaman yang mumpuni, pemerintah kemudian menunjuk Bambang Soegeng sebagai Panglima Divisi I Jawa Timur pada Juni 1950. Ia mengemban jabatan itu hingga Desember 1952 atau ketika sudah berganti nama Divisi I TT V/Brawijaya.
Presiden Soekarno kemudian mengangkat Bambang Soegeng menjadi KSAD pada Desember 1952 setelah mencopot AH Nasution. Jabatan KSAD diemban Bambang hingga 1955 sebelum akhirnya ia mengundurkan diri militer.
Saat menjabat KSAD, Bambang memprakarsai pencatatan setiap prajurit TNI atau yang kini dikenal dengan Nomor Registrasi Pusat (NRP). Pencatatan ini kemudian ditiru oleh organisasi sipil dengan Nomor Induk Pegawai (NIP).
Setelah mundur dari militer, Bambang ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Duta Besar Indonesia untuk Vatikan (1956-1960), Dubes RI untuk Jepang (1960-1964), dan Dubes RI untuk Brasil (1964-1966).
Bambang meninggal dunia pada 22 Juni 1977 dan dimakamkan di Kranggan, Temanggung, Jawa Tengah. Atas didedikasinya, pada 1997 Presiden Soeharto memberikan kenaikan paangkat kehormatan satu tingkat lebih tinggi kepada Bambang Soegeng, menjadi Letjen TNI Kehormatan.
Bambang Soegeng adalah sulung dari 6 bersaudara, anak pasangan Slamet dan Zahro. Bambang termasuk beruntung karena bisa mengenyam bangku pendidikan di masa pendudukan Belanda. Ia menempuh pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Tegalrejo, Magelang, kemudian lanjut ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Purwokerto, serta Algemeene Middelbare School (AMS) bagian A di Yogyakarta. Bambang sempat menempuh pendidikan tinggi di Rechtshoogeschool te Batavia (RHS) Jakarta tapi tidak selesai karena ditutup oleh Jepang ketika berkuasa di Indonesia.
Sempat bekerja sebagai pegawai negeri di pemerintahan Kabupaten Temanggung sebagai juru tulis, pada 1943 Bambang akhirnya memilih melanjutkan pendidikan perwira PETA di Bogor. Setelah lulus, ia ditempatkan di Magelang sebagai Komandan Kompi. Bambang kemudian dipromosikan sebagai Komandan Peleton di Gombong, Kebumen.
Bambang diangkat menjadi Komandan Resimen TKR di Wonosobo setelah Proklamasi Kemerdekaan RI. Tiga tahun kemudian diangkat menjadi Komandan Divisi III TKR yang meliputi Banyumas, Pekalongan, Kedu, dan Yogyakarta. Sebagai penguasa teritori, ia terlibat dalam perencanaan Serangan Umum 1 Maret 1949. Salah satunya adalah Perintah Siasat dan Instruksi Rahasia soal perang propaganda terhadap Belanda.
Melihat pengalaman yang mumpuni, pemerintah kemudian menunjuk Bambang Soegeng sebagai Panglima Divisi I Jawa Timur pada Juni 1950. Ia mengemban jabatan itu hingga Desember 1952 atau ketika sudah berganti nama Divisi I TT V/Brawijaya.
Presiden Soekarno kemudian mengangkat Bambang Soegeng menjadi KSAD pada Desember 1952 setelah mencopot AH Nasution. Jabatan KSAD diemban Bambang hingga 1955 sebelum akhirnya ia mengundurkan diri militer.
Saat menjabat KSAD, Bambang memprakarsai pencatatan setiap prajurit TNI atau yang kini dikenal dengan Nomor Registrasi Pusat (NRP). Pencatatan ini kemudian ditiru oleh organisasi sipil dengan Nomor Induk Pegawai (NIP).
Setelah mundur dari militer, Bambang ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Duta Besar Indonesia untuk Vatikan (1956-1960), Dubes RI untuk Jepang (1960-1964), dan Dubes RI untuk Brasil (1964-1966).
Bambang meninggal dunia pada 22 Juni 1977 dan dimakamkan di Kranggan, Temanggung, Jawa Tengah. Atas didedikasinya, pada 1997 Presiden Soeharto memberikan kenaikan paangkat kehormatan satu tingkat lebih tinggi kepada Bambang Soegeng, menjadi Letjen TNI Kehormatan.
2. Jenderal TNI (Purn) R Hartono
tulis komentar anda