Wiji Thukul, Sosok Aktivis yang Menghilang Misterius Lebih dari Dua Dekade
Kamis, 14 September 2023 - 14:36 WIB
Wiji telah aktif dalam menulis puisi sejak dekade awal 1980-an. Dia sering menyajikan karyanya di Taman Budaya Jawa Tengah di Solo.
Pada tahun 1994, sebuah buku yang berisi kumpulan puisinya yang berjudul 'Mencari Tanah Lapang' diterbitkan. Dengan kata pengantar yang ditulis oleh Arief Budiman, seorang sosiolog yang sebelumnya pernah menjadi aktivis tahun 1966.
Wiji Thukul menjadi sasaran pemerintah Orde Baru di Jakarta karena keterlibatannya dalam aktivitas politik praktis, khususnya dalam Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jaker), yang berada di bawah naungan Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Melalui karya-karya puisinya, ia menciptakan slogan-slogan perlawanan yang sangat terkenal, seperti ‘satu mimpi, satu barisan' dan 'hanya ada satu kata: lawan!'.
Pada tahun 1998, ketika reformasi sudah mulai bergerak maju, Wiji Thukul tiba-tiba menghilang secara misterius.
Misteri mengenai keberadaan Wiji Thukul memicu banyak spekulasi. Beberapa orang berpendapat bahwa dia menjadi target rezim Orde Baru yang masih memiliki kekuatan yang kuat dan ingin menjatuhkan para pemimpin reformasi.
Meskipun Wiji Thukul menghilang secara misterius, warisan dan pengaruhnya dalam dunia aktivisme tetap hidup.
Puisi-puisinya terus menginspirasi banyak orang untuk berjuang demi perubahan dan keadilan sosial. Perannya dalam gerakan mahasiswa dan reformasi juga tidak akan terlupakan.
Pada tahun 1994, sebuah buku yang berisi kumpulan puisinya yang berjudul 'Mencari Tanah Lapang' diterbitkan. Dengan kata pengantar yang ditulis oleh Arief Budiman, seorang sosiolog yang sebelumnya pernah menjadi aktivis tahun 1966.
Wiji Thukul menjadi sasaran pemerintah Orde Baru di Jakarta karena keterlibatannya dalam aktivitas politik praktis, khususnya dalam Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jaker), yang berada di bawah naungan Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Baca Juga
Melalui karya-karya puisinya, ia menciptakan slogan-slogan perlawanan yang sangat terkenal, seperti ‘satu mimpi, satu barisan' dan 'hanya ada satu kata: lawan!'.
Pada tahun 1998, ketika reformasi sudah mulai bergerak maju, Wiji Thukul tiba-tiba menghilang secara misterius.
Misteri mengenai keberadaan Wiji Thukul memicu banyak spekulasi. Beberapa orang berpendapat bahwa dia menjadi target rezim Orde Baru yang masih memiliki kekuatan yang kuat dan ingin menjatuhkan para pemimpin reformasi.
Meskipun Wiji Thukul menghilang secara misterius, warisan dan pengaruhnya dalam dunia aktivisme tetap hidup.
Puisi-puisinya terus menginspirasi banyak orang untuk berjuang demi perubahan dan keadilan sosial. Perannya dalam gerakan mahasiswa dan reformasi juga tidak akan terlupakan.
(okt)
Lihat Juga :
tulis komentar anda