Ganjar Tampil di Azan TV, Pengamat: Bukan Politik Identitas
Senin, 11 September 2023 - 14:18 WIB
JAKARTA - Pengamat politik Adi Prayitno menanggapi munculnya bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo dalam tayangan azan di televisi. Menurutnya, hal itu tidak tergolong dalam politik identitas.
"Jelas bukan politik identitas. Politik identitas tak sederhana begitu definisinya," kata Adi Prayitno saat dimintai keterangan, Senin (11/9/2023).
Ia menilai kemunculan Ganjar hanya mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan. Adi menilai perbuatan Ganjar sama seperti jika politikus atau elite negara mengucapkan ‘selamat berbuka puasa’ pada bulan suci Ramadan.
"Itu hanya tayangan orang salat. Mengajak kebaikan. Lumrah dan perkara biasa. Dulu, banyak sekali elite negara yang tampil jelang dan saat buka puasa bilang maryaban ya Ramadan dan mengucapkan selamat berpuasa, dituding politik identitas. Padahal bukan politik identitas," katanya.
Adi lantas menjelaskan politik identitas adalah aktivitas mengajak orang lain memilih calon dalam pemilu berdasarkan sentimen agama, suku maupun ras. Aktivitas beribadah bukanlah sebuah politik identitas.
"Jadi, jika ada calon terlihat salat, ikut pengajian, dan seterusnya, itu bukan politik identitas. Tapi bagian sisi relijiusitas," katanya.
Adi mengingatkan agar pelaku politik atau elite politik mengerti keadaan serupa. Menurutnya, tidak semua aktvitas atau simbol keagamaan termasuk dalam politik identitas.
"Repot kalau orang pakai kopiah dituding politik identitas. Repot kalau orang salat, ngaji, sedekah, dan lain-lain dituding politik identitas," ujarnya.
Lihat Juga: Menteri Rosan Harap Investasi ke Indonesia Meningkat usai Donald Trump Menangi Pilpres AS 2024
"Jelas bukan politik identitas. Politik identitas tak sederhana begitu definisinya," kata Adi Prayitno saat dimintai keterangan, Senin (11/9/2023).
Ia menilai kemunculan Ganjar hanya mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan. Adi menilai perbuatan Ganjar sama seperti jika politikus atau elite negara mengucapkan ‘selamat berbuka puasa’ pada bulan suci Ramadan.
"Itu hanya tayangan orang salat. Mengajak kebaikan. Lumrah dan perkara biasa. Dulu, banyak sekali elite negara yang tampil jelang dan saat buka puasa bilang maryaban ya Ramadan dan mengucapkan selamat berpuasa, dituding politik identitas. Padahal bukan politik identitas," katanya.
Adi lantas menjelaskan politik identitas adalah aktivitas mengajak orang lain memilih calon dalam pemilu berdasarkan sentimen agama, suku maupun ras. Aktivitas beribadah bukanlah sebuah politik identitas.
"Jadi, jika ada calon terlihat salat, ikut pengajian, dan seterusnya, itu bukan politik identitas. Tapi bagian sisi relijiusitas," katanya.
Adi mengingatkan agar pelaku politik atau elite politik mengerti keadaan serupa. Menurutnya, tidak semua aktvitas atau simbol keagamaan termasuk dalam politik identitas.
"Repot kalau orang pakai kopiah dituding politik identitas. Repot kalau orang salat, ngaji, sedekah, dan lain-lain dituding politik identitas," ujarnya.
Lihat Juga: Menteri Rosan Harap Investasi ke Indonesia Meningkat usai Donald Trump Menangi Pilpres AS 2024
(abd)
tulis komentar anda