Artis, Prostitusi, dan Narkoba

Kamis, 30 Juli 2020 - 19:17 WIB
"Menjemput Rezeki" adalah istilah yang santer beredar di masyarakat pada tahun lalu. Istilah ini kala itu dituliskan salah satu selebritas yang terlibat kasus prostitusi. Mulai persidangan kasus Roby Abas (mucikari puluhan artis) hingga kasus terakhir yang melibatkan oknum artis VS dan HH, masyarakat disuguhi dengan tarif prostitusi (oknum) artis yang terbilang tinggi. Lantas mengapa tetap ada demand dari pengguna dan jawabannya adalah ‘sensasi artis’. Pertanyaan berikutnya adalah tentu tarif yang tinggi hanya dapat dibayarkan oleh bukan sembarang masyarakat, lantas dengan berkali-kali terjadi penggerebekan mengapa tetap ada demand? Jawabannya sederhana, proses hukum yang terjadi selama ini hanya menjerat selebritas dan mucikarinya saja. Setidaknya dalam 10 tahun tidak pernah terungkap sosok ‘pengguna’ prostitusi (oknum) selebritas. Itulah sebabnya demand tetap tinggi dan tidak ada efek jera.

Narkoba (Oknum) Artis

Jika pertanyaannya adalah apa yang membuat banyak (oknum) selebritas terlibat dalam kasus narkoba, maka jawabannya adalah sama dengan apa latar belakang prostitusi yang melibatkan oknum artis, jawabannya adalah faktor eksistensi diri. Lobe Tucker (2015), kolumnis lifestyle yang berfokus pada kehidupan selebritas Hollywood menjelaskan bahwa pengertian eksistensi dalam hal ini adalah eksistensi dalam karyanya ataupun eksistensi sebagai selebritas.

Selebritas yang terlibat kasus narkoba tidak saja mereka yang kurang terkenal atau kerap disebut sekuter (selebritis kurang terkenal), tetapi baik di Hollywood maupun di Indonesia, kasus narkoba yang melibatkan selebritas bisa saja melibatkan artis yang terkenal. Mengapa kondisi tersebut bisa terjadi? Jawabannya, karena masyarakat menaruh ekspektasi tinggi pada performa dan karya selebritas tersebut sehingga menyebabkan tekanan bagi selebritas tersebut dan berakhir pada keterlibatannya dalam penggunaan narkoba.

Penggunaan narkoba berikutnya disebabkan tekanan eksistensi sebagai selebritas yang harus tetap mempertahankan kehidupan mewah dan glamor demi tetap mempertahankan eksistensi sebagai selebritas. Jadi, ketika terjadi persoalan ekonomi seperti sepi pekerjaan karena pandemi dan tidak memiliki sumber pemasukan lainnya, maka narkoba kerap kali dipergunakan sebagai bentuk pelarian. Baik pada persoalan keterlibatan oknum selebritas pada narkoba maupun prostitusi, disebabkan oleh adanya pandangan bahwa kehidupan selebritas erat kaitannya dengan hedonisme.

Artinya, dalam hal ini baik masyarakat sebagai ‘penikmat’ kehidupan para selebritas maupun selebritas itu sendiri harus mengubah paradigma bahwa artis atau selebritas adalah insan pekerja seni yang dihargai berdasarkan karyanya dan bukan pada kehidupan mewah dan glamornya belaka. Terjadinya hedonisme pada kehidupan sebagian besar artis juga turut disebabkan oleh sudut pandang yang keliru dari masyarakat yang memandang bahwa seorang artis dinilai dari kehidupan mewahnya. Saat ini, baik masyarakat maupun kalangan artis perlu mengembalikan makna ‘artis’ itu sendiri yang berorientasi pada pencapaian karya. Sebaliknya, masyarakat perlu menggeser paradigma dalam hal ini adalah penikmat dari karya artis, bukan sebagai penikmat kehidupan pribadi artis yang kerap dikomersialkan.
(ras)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More