SBY Beberkan Mitos yang Membelenggu Manusia Indonesia, Apa Saja?
Jum'at, 25 Agustus 2023 - 00:39 WIB
JAKARTA - Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) menyampaikan pidato dalam acara bertajuk Merajut Persatuan: Pesan dalam 78 Tahun Kemerdekaan, Kamis (24/8/2023) malam. Dalam pidatonya, SBY menyinggung soal mitos-mitos yang telah membelenggu manusia Indonesia.
SBY menuturkan, mitos-mitos tersebut termuat pada tiga buku terkenal yang pernah dia baca. Ketiga buku itu adalah Manusia Indonesiakarya Muchtar Lubis; Mitos Pribumi Malas karya Syed Hussein Alatas; dan Asian Drama karya Gunnar Karl Myrdal.
"Dari tiga pemikiran besar dari tiga buku itu paling tidak tiga mitos yang selama ini membelenggu seolah-olah mematok, sehingga kehilangan untuk bergerak jadi bangsa maju," kata SBY di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu menjabarkan satu per satu mitos yang termuat dalam buku-buku tersebut. Pertama, dalam buku Manusia Indonesiakarya Muchtar Lubis tertuang di dalamnya memiliki ciri-ciri munafik, tidak bertanggung jawab, berjiwa feodal, berwatak lemah, percaya takhayul, dan berjiwa seni. SBY menilai enam ciri manusia Indonesia oleh Muchtar Lubis itu dari lima konotasinya negatif, sementara hanya satu yang positif, yakni artistik.
"Kalau ada yang keberatan rumusan beliau, paling tidak ini 46 tahun lalu. Republik sudah terjadi pergeseran dan transformasi," ujarnya.
Kemudian, SBY juga mengutip buku Mitos Pribumi Malaskarya Syed Hussein Alatas. Buku itu, berisikan bahwa ada mitos di Asia Tenggara sebagai pribadi yang malas, terbelakang, dan intelektualitas rendah.
Kemudian, SBY menyinggung buku berjudul Asian Dramayang memotret watak, karakter, kultur manusia di Asia yang sulit untuk maju.
Tak hanya bersumber dari tiga buku tersebut, SBY mengatakan ada dua mitos lagi yang membayangi Indonesia. Salah satunya, soal mitos bila negara ingin sejahtera, maka harus berfokus pada pembangunan ekonomi dan melupakan demokrasi. Kemudian, terdapat mitos lainnya yang menyatakan bahwa negara harus mengurangi kebebasan bila keamanan ingin stabil.
"Seolah kita harus milih stabilitas dan keamanan yang baik atau kebebasan yang rusak keamanan. Ini mitos yang berlangsung di masyarakat berlangsung berpuluh-puluh tahun seolah kita tak bisa memilih keduanya," katanya.
SBY menuturkan, mitos-mitos tersebut termuat pada tiga buku terkenal yang pernah dia baca. Ketiga buku itu adalah Manusia Indonesiakarya Muchtar Lubis; Mitos Pribumi Malas karya Syed Hussein Alatas; dan Asian Drama karya Gunnar Karl Myrdal.
"Dari tiga pemikiran besar dari tiga buku itu paling tidak tiga mitos yang selama ini membelenggu seolah-olah mematok, sehingga kehilangan untuk bergerak jadi bangsa maju," kata SBY di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu menjabarkan satu per satu mitos yang termuat dalam buku-buku tersebut. Pertama, dalam buku Manusia Indonesiakarya Muchtar Lubis tertuang di dalamnya memiliki ciri-ciri munafik, tidak bertanggung jawab, berjiwa feodal, berwatak lemah, percaya takhayul, dan berjiwa seni. SBY menilai enam ciri manusia Indonesia oleh Muchtar Lubis itu dari lima konotasinya negatif, sementara hanya satu yang positif, yakni artistik.
"Kalau ada yang keberatan rumusan beliau, paling tidak ini 46 tahun lalu. Republik sudah terjadi pergeseran dan transformasi," ujarnya.
Kemudian, SBY juga mengutip buku Mitos Pribumi Malaskarya Syed Hussein Alatas. Buku itu, berisikan bahwa ada mitos di Asia Tenggara sebagai pribadi yang malas, terbelakang, dan intelektualitas rendah.
Kemudian, SBY menyinggung buku berjudul Asian Dramayang memotret watak, karakter, kultur manusia di Asia yang sulit untuk maju.
Tak hanya bersumber dari tiga buku tersebut, SBY mengatakan ada dua mitos lagi yang membayangi Indonesia. Salah satunya, soal mitos bila negara ingin sejahtera, maka harus berfokus pada pembangunan ekonomi dan melupakan demokrasi. Kemudian, terdapat mitos lainnya yang menyatakan bahwa negara harus mengurangi kebebasan bila keamanan ingin stabil.
"Seolah kita harus milih stabilitas dan keamanan yang baik atau kebebasan yang rusak keamanan. Ini mitos yang berlangsung di masyarakat berlangsung berpuluh-puluh tahun seolah kita tak bisa memilih keduanya," katanya.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda