Wakil Ketua MPR Dorong Pemberdayaan Ekonomi dari Pedesaan
Rabu, 29 Juli 2020 - 23:40 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mendorong adanya pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang dimulai dari pinggiran di desa-desa. Termasuk mengembangkan kreativitas anak muda pedesaan melalui pembinaan khusus sehingga mereka lebih berdaya.
"Tugas ini tidak cukup hanya dilakukan Kemendes, tapi juga Kementerian UMKM," kata Gus Jazil saat mengunjungi kedai kopi milik Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Detusoko Barat, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Kepulauan Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (29/7/2020).
Gus Jazil mencontohkan BUMDes Au Wula di Desa Detusoko Barat yang memproduksi kopi sebagai salah satu komoditi desa. Sayangnya, hingga saat ini, BUMDes ini belum memiliki teknologi penggilingan kopi dan juga alat pengemasannya. "Alat untuk penggilingan kopi tidak ada, alat untuk mengemas juga tidak ada padahal pemudanya semangat. Seperti itu kan pemerintah sudah siapkan, tapi belum sampai di NTT ini," katanya.(Baca Juga: Menkop dan UKM Jaga Ketahanan Ekonomi Kerakyatan di Papua)
Karena itu, dirinya segera mengusulkan supaya pemerintah pusat dan daerah bisa saling koordinasi untuk meneliti BUMDes-BUMDes sejenis yang memang punya potensi untuk dikembangkan. "Ini (Kepala Desa Detusoko Barat Ferdinandus Watu) lulusan Amerika, rela ngurus BUMDes. Itu artinya masih banyak anak-anak muda kita yang cinta kepada desa, kemudian ingin mengelola potensi desanya," katanya.
Dikatakan Wakil Ketua Umum DPP PKB ini, sangat disayangkan ketika potensi ada, begitu pula pasarnya, sementara perhatian dari pemerintah belum cukup terlihat. "Padahal pasar juga terbuka karena ini lalu lintas ke Kelimutu. Padahal kalau wisatawan ke Kelimutu bisa ke kampung adat, bisa ke BUMDes yang itu menjadi tujuan dari destinasinya seperti di desa ini," katanya.
Menurutnya, di era pandemi ini, secepatnya pemerintah mengkonsolidasi kemampuan dan potensi desa untuk dikembangkan sehingga akan membuat daya pertumbuhan di desa itu. "Sekarang ini demand-nya kurang, produksi kurang, tenaga kerja pasti akan jadi pengangguran. Kasihan masyarakat desa. BUMDes itu salah satu jalan untuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat desa dengan segenap potensinya," tuturnya.(Baca Juga: Panglima TNI: Ekonomi Kerakyatan Kekuatan Besar Bangsa Indonesia)
Gus Jazil pun mengakui rasa kopi hasil olahan BUMDes Au Wula yang memiliki kekhasan sendiri. "Rasa kopinya ini beda. Kopi khas Ende, beda dengan yang ada di kafe Jakarta. Kalau di Starbuck gitu bisa dibandingkan. Saya pikir orang yang jalan ke Kelimutu bisa mampir ke BUMDes ini. Ini warung yang kecil harus jadi percontohan kopi di daerah Kelimutu," katanya.
Dirinya berharap BUMDes ini menjadi titik awal pengembangan BUMDes lainnya di Kelimutu dengan mengembangkan potensi lainnya. "Di sini ada kopi, rosela, minyak urut, tapi sayang masih belum dikemas. Makanya harusnya dikemas profesional sehingga hasilnya bisa diolah jadi bahan jadi atau dikirim ke pabrik," katanya.
"Tugas ini tidak cukup hanya dilakukan Kemendes, tapi juga Kementerian UMKM," kata Gus Jazil saat mengunjungi kedai kopi milik Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Detusoko Barat, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Kepulauan Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (29/7/2020).
Gus Jazil mencontohkan BUMDes Au Wula di Desa Detusoko Barat yang memproduksi kopi sebagai salah satu komoditi desa. Sayangnya, hingga saat ini, BUMDes ini belum memiliki teknologi penggilingan kopi dan juga alat pengemasannya. "Alat untuk penggilingan kopi tidak ada, alat untuk mengemas juga tidak ada padahal pemudanya semangat. Seperti itu kan pemerintah sudah siapkan, tapi belum sampai di NTT ini," katanya.(Baca Juga: Menkop dan UKM Jaga Ketahanan Ekonomi Kerakyatan di Papua)
Karena itu, dirinya segera mengusulkan supaya pemerintah pusat dan daerah bisa saling koordinasi untuk meneliti BUMDes-BUMDes sejenis yang memang punya potensi untuk dikembangkan. "Ini (Kepala Desa Detusoko Barat Ferdinandus Watu) lulusan Amerika, rela ngurus BUMDes. Itu artinya masih banyak anak-anak muda kita yang cinta kepada desa, kemudian ingin mengelola potensi desanya," katanya.
Dikatakan Wakil Ketua Umum DPP PKB ini, sangat disayangkan ketika potensi ada, begitu pula pasarnya, sementara perhatian dari pemerintah belum cukup terlihat. "Padahal pasar juga terbuka karena ini lalu lintas ke Kelimutu. Padahal kalau wisatawan ke Kelimutu bisa ke kampung adat, bisa ke BUMDes yang itu menjadi tujuan dari destinasinya seperti di desa ini," katanya.
Menurutnya, di era pandemi ini, secepatnya pemerintah mengkonsolidasi kemampuan dan potensi desa untuk dikembangkan sehingga akan membuat daya pertumbuhan di desa itu. "Sekarang ini demand-nya kurang, produksi kurang, tenaga kerja pasti akan jadi pengangguran. Kasihan masyarakat desa. BUMDes itu salah satu jalan untuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat desa dengan segenap potensinya," tuturnya.(Baca Juga: Panglima TNI: Ekonomi Kerakyatan Kekuatan Besar Bangsa Indonesia)
Gus Jazil pun mengakui rasa kopi hasil olahan BUMDes Au Wula yang memiliki kekhasan sendiri. "Rasa kopinya ini beda. Kopi khas Ende, beda dengan yang ada di kafe Jakarta. Kalau di Starbuck gitu bisa dibandingkan. Saya pikir orang yang jalan ke Kelimutu bisa mampir ke BUMDes ini. Ini warung yang kecil harus jadi percontohan kopi di daerah Kelimutu," katanya.
Dirinya berharap BUMDes ini menjadi titik awal pengembangan BUMDes lainnya di Kelimutu dengan mengembangkan potensi lainnya. "Di sini ada kopi, rosela, minyak urut, tapi sayang masih belum dikemas. Makanya harusnya dikemas profesional sehingga hasilnya bisa diolah jadi bahan jadi atau dikirim ke pabrik," katanya.
(abd)
tulis komentar anda