Jadi Kapolri, Polisi Jujur Legendaris Ini Melarang Anaknya Ikuti Jejak Profesinya
Selasa, 13 Juni 2023 - 15:03 WIB
Beberapa hari berselang, ajudan Hoegeng memberitahu Adit kalau dirinya sudah ditunggu di Mabes Polri. Sampai di sana, Hoegeng menanyakan kemantapan hati putranya yang menyebut ingin masuk militer.
Uniknya, pada momen tersebut Hoegeng berpesan agar Aditya tidak masuk polisi. Terkait alasannya, dia mengatakan tidak ingin ada Hoegeng lainnya di kepolisian.
“Mendengar ucapan itu, saya mau ketawa tapi takut” ucap Adit.
Setelah perbincangan ringan, Adit menanyakan soal surat izin yang dimintanya. Namun, Hoegeng tidak memberi dan justru menyuruhnya pergi.
Dalam pikirannya, Adit mengira ayahnya hanya perlu mengirim radiogram dari Mabes Polri untuk syarat pendaftaran Akabri. Setelahnya, dia baru sadar bahwa pendaftaran sudah tutup dua hari yang lalu.
Rasa kecewa dan marah menyelimuti Adit. Impiannya masuk Akabri tidak gagal terwujud hanya karena ayahnya tidak memberikan surat izin orang tua. Saat emosi, dia melampiaskannya dengan menggunduli kuas-kuas milik Hoegeng yang digunakan untuk melukis.
Saat Hoegeng pulang bekerja, dia meminta pembantu untuk memanggil Adit. Namun, dia menolak bertemu dengan bapaknya karena terlanjur marah.
Pada akhirnya, Hoegeng sendiri menghampirinya dan mengajak anaknya berbicara. Sebelum masuk perbincangan utama, Hoegeng lebih dulu mengatakan kepada anaknya tersebut jangan berkomentar atau menyanggah sebelum ia selesai bicara.
"Dalam hati ku yang paling dalam, jangan ada lagi yang mengikuti jejak saya di angkatan. Cukup saya saja yang merasakan itu semua," ucap Hoegeng seperti yang diceritakan ulang oleh anaknya.
Uniknya, pada momen tersebut Hoegeng berpesan agar Aditya tidak masuk polisi. Terkait alasannya, dia mengatakan tidak ingin ada Hoegeng lainnya di kepolisian.
“Mendengar ucapan itu, saya mau ketawa tapi takut” ucap Adit.
Setelah perbincangan ringan, Adit menanyakan soal surat izin yang dimintanya. Namun, Hoegeng tidak memberi dan justru menyuruhnya pergi.
Dalam pikirannya, Adit mengira ayahnya hanya perlu mengirim radiogram dari Mabes Polri untuk syarat pendaftaran Akabri. Setelahnya, dia baru sadar bahwa pendaftaran sudah tutup dua hari yang lalu.
Rasa kecewa dan marah menyelimuti Adit. Impiannya masuk Akabri tidak gagal terwujud hanya karena ayahnya tidak memberikan surat izin orang tua. Saat emosi, dia melampiaskannya dengan menggunduli kuas-kuas milik Hoegeng yang digunakan untuk melukis.
Saat Hoegeng pulang bekerja, dia meminta pembantu untuk memanggil Adit. Namun, dia menolak bertemu dengan bapaknya karena terlanjur marah.
Pada akhirnya, Hoegeng sendiri menghampirinya dan mengajak anaknya berbicara. Sebelum masuk perbincangan utama, Hoegeng lebih dulu mengatakan kepada anaknya tersebut jangan berkomentar atau menyanggah sebelum ia selesai bicara.
"Dalam hati ku yang paling dalam, jangan ada lagi yang mengikuti jejak saya di angkatan. Cukup saya saja yang merasakan itu semua," ucap Hoegeng seperti yang diceritakan ulang oleh anaknya.
tulis komentar anda