Mudik dan Rest Area Moderasi
Rabu, 12 April 2023 - 10:36 WIB
Masjid Rest Area
Tak sedikit pemudik dan traveler yang memilih berhenti di satu titik rest area karena keberadaan masjidnya. Keindahan dan kenyamanan masjid di rest area telah menjadi daya tarik masyarakat untuk singgah beribadah dan memenuhi kebutuhan mereka. Umumnya keindahan dan kenyamanan masjid rest area juga ditopang dengan fasilitas lain seperti restoran, toilet, toko oleh-oleh.
Kriteria semacam ini tidak hanya terdapat pada deretan masjid ikonik di rest area tol trans-Jawa, tetapi juga masjid-masjid pada umumnya di deretan jalur mudik non-tol. Di jalur mudik non-tol antara Subang dan Cirebon terdapat beberapa masjid rest area yang favorit disinggahi oleh pemudik pengendara sepeda motor seperti Masjid Al-Mukhlisin Pamanukan karena dianggap nyaman.
Mereka diizinkan beristirahat sembari tiduran di teras masjid tanpa ditegur keras oleh petugas masjid. Mereka juga dapat menyantap bekal makanan yang bekasnya setiap saat dibersihkan oleh petugas yang sigap. Fasilitas lain seperti warung makan, warung oleh-oleh, toilet, dsb juga tersedia di halaman luas depan masjid yang telah ditata menjadi semacam pasar rakyat.
Keberadaan masjid rest area, baik di jalur jalan tol maupun non-tol, memegang peran penting dalam ekosistem mudik. Masyarakat pada umumnya lebih memilih masjid dan SPBU yang menyediakan fasilitas toilet dan tempat ibadah daripada posko yang disediakan oleh instansi pemerintah atau swasta. Dengan kata lain, posko yang dirikan jauh dari masjid dan SPBU kurang menarik perhatian pemudik.
Dengan pertimbangan itu, masjid rest area layak terus dikembangkan menjadi muslim friendly desnation berwawasan moderasi, yang manfaatnya tidak hanya untuk muslim, tapi juga nonmuslim.
Untuk mewujudkannya diperlukan keterbukaan pengelola/pengurus masjid untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak lain. Masjid rest area seyogianya dibuka luas supaya dapat diakses oleh segenap lapisan masyarakat. Paling tidak selama masa mudik, pembagian ruang sakral dan profan diperlonggar supaya para musafir dapat beristirahat dengan nyaman dan aman di lingkungan masjid rest area.
Begitu pun sebaliknya, masyarakat, ormas, pemerintah, dan swasta juga memberikan kontribusi kepada pengelola/pengurus masjid rest area supaya terjamin kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan di kawasan masjid.
Sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya muslim, kita terkejar oleh bangsa lain yang jumlah penduduknya minoritas dalam mengeksplorasi muslim friendly destination. Di Jepang, Taiwan, Singapura, Barcelona (Spanyol), dan lain-lain gerakan muslim friendly destination secara konsisten telah memadukan antara layanan masjid dengan layanan halal-food. Ada panduan yang dibuat oleh pengelola maupun komunitas peziarah masjid di negara-negara itu. Kiranya cara itu dapat diterapkan dan dimulai dari pilot project pengembangan mesjid rest area selama masa mudik Lebaran tahun ini.
Tak sedikit pemudik dan traveler yang memilih berhenti di satu titik rest area karena keberadaan masjidnya. Keindahan dan kenyamanan masjid di rest area telah menjadi daya tarik masyarakat untuk singgah beribadah dan memenuhi kebutuhan mereka. Umumnya keindahan dan kenyamanan masjid rest area juga ditopang dengan fasilitas lain seperti restoran, toilet, toko oleh-oleh.
Kriteria semacam ini tidak hanya terdapat pada deretan masjid ikonik di rest area tol trans-Jawa, tetapi juga masjid-masjid pada umumnya di deretan jalur mudik non-tol. Di jalur mudik non-tol antara Subang dan Cirebon terdapat beberapa masjid rest area yang favorit disinggahi oleh pemudik pengendara sepeda motor seperti Masjid Al-Mukhlisin Pamanukan karena dianggap nyaman.
Mereka diizinkan beristirahat sembari tiduran di teras masjid tanpa ditegur keras oleh petugas masjid. Mereka juga dapat menyantap bekal makanan yang bekasnya setiap saat dibersihkan oleh petugas yang sigap. Fasilitas lain seperti warung makan, warung oleh-oleh, toilet, dsb juga tersedia di halaman luas depan masjid yang telah ditata menjadi semacam pasar rakyat.
Keberadaan masjid rest area, baik di jalur jalan tol maupun non-tol, memegang peran penting dalam ekosistem mudik. Masyarakat pada umumnya lebih memilih masjid dan SPBU yang menyediakan fasilitas toilet dan tempat ibadah daripada posko yang disediakan oleh instansi pemerintah atau swasta. Dengan kata lain, posko yang dirikan jauh dari masjid dan SPBU kurang menarik perhatian pemudik.
Dengan pertimbangan itu, masjid rest area layak terus dikembangkan menjadi muslim friendly desnation berwawasan moderasi, yang manfaatnya tidak hanya untuk muslim, tapi juga nonmuslim.
Untuk mewujudkannya diperlukan keterbukaan pengelola/pengurus masjid untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak lain. Masjid rest area seyogianya dibuka luas supaya dapat diakses oleh segenap lapisan masyarakat. Paling tidak selama masa mudik, pembagian ruang sakral dan profan diperlonggar supaya para musafir dapat beristirahat dengan nyaman dan aman di lingkungan masjid rest area.
Begitu pun sebaliknya, masyarakat, ormas, pemerintah, dan swasta juga memberikan kontribusi kepada pengelola/pengurus masjid rest area supaya terjamin kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan di kawasan masjid.
Sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya muslim, kita terkejar oleh bangsa lain yang jumlah penduduknya minoritas dalam mengeksplorasi muslim friendly destination. Di Jepang, Taiwan, Singapura, Barcelona (Spanyol), dan lain-lain gerakan muslim friendly destination secara konsisten telah memadukan antara layanan masjid dengan layanan halal-food. Ada panduan yang dibuat oleh pengelola maupun komunitas peziarah masjid di negara-negara itu. Kiranya cara itu dapat diterapkan dan dimulai dari pilot project pengembangan mesjid rest area selama masa mudik Lebaran tahun ini.
Lihat Juga :
tulis komentar anda