Haedar Nashir Ajak Jadikan Ramadan Momentum Perkuat Persaudaraan dan Persatuan
Kamis, 23 Maret 2023 - 14:33 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak umat muslim menjadikan Ramadan sebagai momentum untuk memperkuat persaudaraan dan persatuan. Menurutnya, orang yang berpuasa akan senantiasa cinta damai dan persaudaraan sekalipun terdapat perbedaan paham yang begitu hebat.
Orang berpuasa pandai mengendalikan diri terutama dari kebencian dan emosi amarah. Segala bentuk permusuhan dan pertengkaran akan dijauhi.
Haedar menuturkan, setiap orang berpuasa pasti tidak ada tempat untuk amarah. Pasalnya, puasa mengajarkan hidup damai, rukun, bersaudara, dan bersatu.
"Puasa harus melahirkan gerakan sosial kebangsaan yang membuat kita kaum Muslim sebagai kekuatan perekat bangsa, dan pembawa perdamaian yang mencegah konflik," kata Haedar, dikutip pada Kamis (23/3/2023).
Dia mengatakan, puasa juga momentum untuk hidup penuh toleran. Perbedaan penentuan tanggal untuk hari-hari besar umat Islam misalnya, tidak perlu menjadi bahan saling ejek.
"Puasa seharusnya menjadikan diri kita insan yang tasamuh, toleran, membawa pada ukhuwah. Dengan toleran, kita hidup saling menghormati. Maka, para ilmuwan, ulama, mubaligh, dan semuanya, ketika menemui perbedaan, kita harusnya semakin dewasa dan tasamuh," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, Ramadan adalah momentum untuk membiasakan akhlak mulia. Dia melanjutkan, orang yang berpuasa sungguh-sungguh, seluruh jiwanya akan tunduk dan pasrah kepada Allah SWT.
Dia menambahkan, tiap-tiap pribadi umat Islam yang berpuasa akan terus menyebarkan pesan-pesan kebaikan disertai perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral.
"Puasa dijadikan sarana untuk menundukkan diri agar kita tidak menjadi orang-orang yang berlebihan, karena puasa mengajarkan kita untuk belajar untuk tidak berlebihan. Sikap hidup mewah bertentangan dengan kebiasaan dan kebaikan puasa maupun ajaran agama secara keseluruhan," pungkasnya.
Orang berpuasa pandai mengendalikan diri terutama dari kebencian dan emosi amarah. Segala bentuk permusuhan dan pertengkaran akan dijauhi.
Haedar menuturkan, setiap orang berpuasa pasti tidak ada tempat untuk amarah. Pasalnya, puasa mengajarkan hidup damai, rukun, bersaudara, dan bersatu.
"Puasa harus melahirkan gerakan sosial kebangsaan yang membuat kita kaum Muslim sebagai kekuatan perekat bangsa, dan pembawa perdamaian yang mencegah konflik," kata Haedar, dikutip pada Kamis (23/3/2023).
Dia mengatakan, puasa juga momentum untuk hidup penuh toleran. Perbedaan penentuan tanggal untuk hari-hari besar umat Islam misalnya, tidak perlu menjadi bahan saling ejek.
"Puasa seharusnya menjadikan diri kita insan yang tasamuh, toleran, membawa pada ukhuwah. Dengan toleran, kita hidup saling menghormati. Maka, para ilmuwan, ulama, mubaligh, dan semuanya, ketika menemui perbedaan, kita harusnya semakin dewasa dan tasamuh," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, Ramadan adalah momentum untuk membiasakan akhlak mulia. Dia melanjutkan, orang yang berpuasa sungguh-sungguh, seluruh jiwanya akan tunduk dan pasrah kepada Allah SWT.
Dia menambahkan, tiap-tiap pribadi umat Islam yang berpuasa akan terus menyebarkan pesan-pesan kebaikan disertai perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral.
"Puasa dijadikan sarana untuk menundukkan diri agar kita tidak menjadi orang-orang yang berlebihan, karena puasa mengajarkan kita untuk belajar untuk tidak berlebihan. Sikap hidup mewah bertentangan dengan kebiasaan dan kebaikan puasa maupun ajaran agama secara keseluruhan," pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda