Jelang Ramadan, Ketua PP Muhammadiyah: 4 Nilai Spiritual Ibadah Puasa

Rabu, 22 Maret 2023 - 04:21 WIB
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan empat nilai utama dalam ibada puasa Ramadan. Foto: SINDOnews/Dok
JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan empat nilai utama dalam ibada puasa Ramadan . Hal ini disampaikannya mengingat warga Persyarikatan Muhammadiyah akan memulai ibadah puasa lebih dulu dari imbauan pemerintah.

Haedar menyampaikan, puasa kali ini tidak hanya menjadi ibadah rutinas tahunan, tetapi mesti ada signifikansi peningkatan kualitas diri setiap umat Islam. Untuk itu dia menyebutkan, empat poin penting terkait nilai-nilai spiritualitas ibadah puasa.

"Pertama, puasa momentum untuk semakin dekat dengan Allah. Puasa sebagai bagian dari ibadah mahdlah merupakan aktivitas yang hanya boleh dilakukan karena Allah," ujar Haedar dikutip dalam keterangan resminya, Rabu 22 Maret 2023.



Kedua, Haedar menekankan ibadah puasa sebagai momentum untuk membiasakan akhlak mulia. Ia mengatakan, Orang yang berpuasa secara sungguh-sungguh, seluruh jiwanya akan tunduk dengan penuh kepasrahan kepada Allah.

“Puasa dijadikan sarana untuk menundukkan diri agar kita tidak menjadi orang-orang yang berlebihan, karena puasa mengajarkan kita untuk belajar untuk tidak berlebihan. Sikap hidup mewah bertentangan dengan kebiasaan dan kebaikan puasa maupun ajaran agama secara keseluruhan,” ucap Haedar.

Pada poin ketiga, Haedar menjelaskan puasa sebagai momentum menjaga persatuan dan persaudaraan.

“Puasa mengajarkan hidup damai, rukun, dan diajarkan untuk hidup bersatu dan bersaudara. Puasa harus melahirkan gerakan sosial kebangsaan yang membuat kita kaum muslim sebagai kekuatan perekat bangsa, dan pembawa perdamaian yang mencegah konflik,” katanya.

Terakhir, Haedar pun berpesan puasa juga harus digunakan untuk hidup penuh toleran. Baginya, perbedaan penentuan tanggal untuk hari-hari besar umat Islam, misalnya, tidak perlu menjadi bahan olok-olokan.

“Puasa seharusnya menjadikan diri kita insan yang tasamuh, toleran, membawa pada ukhuwah. Dengan toleran, kita hidup saling menghormati. Maka, para ilmuwan, ulama, mubaligh, dan semuanya, ketika menemui perbedaan, kita harusnya semakin dewasa dan tasamuh,” pungkas Haedar.
(mhd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More