Dulu Jualan Kue Cucur di Tebet, Siapa Sangka Sosok Ini Jadi Lulusan Terbaik Akmil, Seskoad, dan Sesko TNI
Minggu, 26 Februari 2023 - 08:38 WIB
JAKARTA - Lahir dan besar dari keluarga sangat sederhana mewarnai perjalanan hidup Jenderal TNI (Purn) Budiman . Keprihatinan semasa bocah itu telah menempanya menjadi sosok dengan tekad kuat dan pantang menyerah.
Banyak orang mengenal Budiman sebagai jenderal TNI AD bintang empat. Portofolio militernya juga dihiasi dengan catatan mentereng. Lulusan terbaik Akademi Militer 1978 ini pernah dipercaya sebagai KSAD. Namun tak banyak orang tahu dia pernah mengisi hari-harinya dengan berjualan kue cucur di Tebet, Jakarta Selatan.
Budiman lahir pada Selasa Pon, 25 September 1956. Ayahnya, Sadeli Sunyoto, seorang guru SD yang kemudian kariernya meningkat jadi Kepala SDN Kebon Manggis 01 Matraman, Jakarta Timur. Ibunya, Titin Sumartini, ibu rumah tangga. Keluarga Sadeli hidup dalam kesederhanaan. Ekonomi mereka pas-pasan.
Selain mengajar, sang ayah juga berjualan soto untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Adapun sang ibu membantu dengan berjualan aneka panganan mulai bubur kacang hijau, kue cucur, comro, singkong goreng, dan lainnya. Budi merasakan betul hari-hari dalam suasana sulit itu. Namun dia tak berpangku tangan. Budi turut membantu dengan berjualan cucur keluar masuk kampung di Tebet, tempat mereka tinggal.
“Sejak kelas 1-4 SD, saya bagian yang menjual mulai jam 05.00-06.00 WIB. Kalau nggak laku, saya jual di sekolah,” ujar Budiman dalam buku biografi berjudul ‘Jenderal TNI Budiman, Kasad Peduli Kesejahteraan Prajurit’ yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat, dikutip Minggu (26/2/2023).
Perjuangan hidup tak hanya dari sisi ekonomi keluarga. Tempat tinggal mereka juga terbilang sangat sederhana. Semula rumah Sadeli-Titin awalnya di tengah perkampungan padat penduduk di Kampung Bali Matraman. Pada 1968 ketika Budi lulus SD, orang tuanya menempati ‘rumah baru’ di Jalan Slamet Riyadi II/7B.
Rumah itu sebetulnya bekas bangunan WC sekolah. Setelah dirobohkan dibangun bangunan baru. Karena dibikin dengan bahan seadanya dan terburu-buru, ada bagian-bagian yang sekadar ditempel triplek bekas. Ketika panas menyengat, triplek itu ada yang melengkung sehingga membuat celah di dinding.
“Jika malam hari, angin dari luar masuk sehingga Budi dan saudara-saudaranya kedinginan,” tulis Disjarahad.
Banyak orang mengenal Budiman sebagai jenderal TNI AD bintang empat. Portofolio militernya juga dihiasi dengan catatan mentereng. Lulusan terbaik Akademi Militer 1978 ini pernah dipercaya sebagai KSAD. Namun tak banyak orang tahu dia pernah mengisi hari-harinya dengan berjualan kue cucur di Tebet, Jakarta Selatan.
Baca Juga
Budiman lahir pada Selasa Pon, 25 September 1956. Ayahnya, Sadeli Sunyoto, seorang guru SD yang kemudian kariernya meningkat jadi Kepala SDN Kebon Manggis 01 Matraman, Jakarta Timur. Ibunya, Titin Sumartini, ibu rumah tangga. Keluarga Sadeli hidup dalam kesederhanaan. Ekonomi mereka pas-pasan.
Selain mengajar, sang ayah juga berjualan soto untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Adapun sang ibu membantu dengan berjualan aneka panganan mulai bubur kacang hijau, kue cucur, comro, singkong goreng, dan lainnya. Budi merasakan betul hari-hari dalam suasana sulit itu. Namun dia tak berpangku tangan. Budi turut membantu dengan berjualan cucur keluar masuk kampung di Tebet, tempat mereka tinggal.
“Sejak kelas 1-4 SD, saya bagian yang menjual mulai jam 05.00-06.00 WIB. Kalau nggak laku, saya jual di sekolah,” ujar Budiman dalam buku biografi berjudul ‘Jenderal TNI Budiman, Kasad Peduli Kesejahteraan Prajurit’ yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat, dikutip Minggu (26/2/2023).
Perjuangan hidup tak hanya dari sisi ekonomi keluarga. Tempat tinggal mereka juga terbilang sangat sederhana. Semula rumah Sadeli-Titin awalnya di tengah perkampungan padat penduduk di Kampung Bali Matraman. Pada 1968 ketika Budi lulus SD, orang tuanya menempati ‘rumah baru’ di Jalan Slamet Riyadi II/7B.
Rumah itu sebetulnya bekas bangunan WC sekolah. Setelah dirobohkan dibangun bangunan baru. Karena dibikin dengan bahan seadanya dan terburu-buru, ada bagian-bagian yang sekadar ditempel triplek bekas. Ketika panas menyengat, triplek itu ada yang melengkung sehingga membuat celah di dinding.
“Jika malam hari, angin dari luar masuk sehingga Budi dan saudara-saudaranya kedinginan,” tulis Disjarahad.
tulis komentar anda