Jadi Rujukan Akhir, Media Cetak Diyakini Tetap Bertahan di Era Digital
Sabtu, 04 Februari 2023 - 22:00 WIB
JAKARTA - Ketua Harian Serikat Perusahaan Pers Januar P. Ruswita optimistis media cetak akan tetap bertahan di era digital. Dia mengatakan, tantangan industri pers, khususnya media cetak, semakin meningkat terutama dengan adanya persaingan media sosial dan media daring yang mudah digandrungi, khususnya bagi generasi muda.
"Saya masih optimis dengan media cetak karena pembaca menjadikan media online atau media sosial sebagai rujukan awal, dan media cetak sebagai rujukan akhir," kata Januar dalam diskusi Polemik MNC Trijaya yang bertajuk “Mau Dibawa ke Mana Industri Pers Kita?” secara daring, Sabtu (4/2/2023).
Kendati demikian, dia menuturkan bahwa media cetak juga perlu merubah strategi menyampaikan pemberitaan. Ia melihat aspek kecepatan berita, sudah dapat dipastikan media cetak akan kalah dengan platform media digital, sehingga kualitas pemberitaan menjadi senjata utama dari media cetak.
"Memang media cetak harus melakukan perubahan model medianya, termasuk perubahan strategi konten medianya. Tidak lagi bisa mengedepankan hard news, misalkan, karena sudah diambil oleh teman-teman media online, radio atau televisi bahkan medsos, meski pun belum terverifikasi," jelas Januar.
"Jadi kita (media cetak), merubah strategi kontennya dengan memperdalam dan memperluas keragaman dari isi, hal-hal yang memang ada di media online, radio atau televisi," sambungnya.
Dia membeberkan, sebanyak 593 media cetak yang terdata di Serikat Perusahaan Pers (SPS) pada 2021. Sedangkan pada 2022, Januar mengakui, media cetak yang terdaftar menjadi 399.
Januar pun menjelaskan dari sisi jumlah media cetak yang diterbitkan, pada 2021 terdapat 7,5 juta eksemplar per terbit. Lalu pada tahun berikutnya, Januar mengatakan terjadi penurunan menjadi lima juta eksemplar.
"Tidak bisa dipungkiri bahwa memang kemajuan inivasi digital sangat berdampak pada media cetak. Jadi memang yang dibutuhkan kita adalah bagaimana kita melakukan transformasi dengan benar dan tepat," katanya.
"Saya masih optimis dengan media cetak karena pembaca menjadikan media online atau media sosial sebagai rujukan awal, dan media cetak sebagai rujukan akhir," kata Januar dalam diskusi Polemik MNC Trijaya yang bertajuk “Mau Dibawa ke Mana Industri Pers Kita?” secara daring, Sabtu (4/2/2023).
Kendati demikian, dia menuturkan bahwa media cetak juga perlu merubah strategi menyampaikan pemberitaan. Ia melihat aspek kecepatan berita, sudah dapat dipastikan media cetak akan kalah dengan platform media digital, sehingga kualitas pemberitaan menjadi senjata utama dari media cetak.
"Memang media cetak harus melakukan perubahan model medianya, termasuk perubahan strategi konten medianya. Tidak lagi bisa mengedepankan hard news, misalkan, karena sudah diambil oleh teman-teman media online, radio atau televisi bahkan medsos, meski pun belum terverifikasi," jelas Januar.
"Jadi kita (media cetak), merubah strategi kontennya dengan memperdalam dan memperluas keragaman dari isi, hal-hal yang memang ada di media online, radio atau televisi," sambungnya.
Dia membeberkan, sebanyak 593 media cetak yang terdata di Serikat Perusahaan Pers (SPS) pada 2021. Sedangkan pada 2022, Januar mengakui, media cetak yang terdaftar menjadi 399.
Januar pun menjelaskan dari sisi jumlah media cetak yang diterbitkan, pada 2021 terdapat 7,5 juta eksemplar per terbit. Lalu pada tahun berikutnya, Januar mengatakan terjadi penurunan menjadi lima juta eksemplar.
"Tidak bisa dipungkiri bahwa memang kemajuan inivasi digital sangat berdampak pada media cetak. Jadi memang yang dibutuhkan kita adalah bagaimana kita melakukan transformasi dengan benar dan tepat," katanya.
(rca)
tulis komentar anda