Plt Ketum PPP Blak-blakan Bicara Peluang Penundaan Pemilu 2024: Fifty-fifty
Jum'at, 03 Februari 2023 - 15:31 WIB
JAKARTA - Plt Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) Muhammad Mardiono bicara blak-blakan soal wacana penundaan Pemilu 2024 . Menurutnya, ada kemungkinan wacana tersebut benar-benar terjadi.
Wacana penundaan Pemilu 2024 sebelumnya disampaikan oleh sejumlah elite partai politik dan tokoh pemerintahan. Mereka mengklaim wacana tersebut merupakan aspirasi rakyat karena kondisi perekonomian nasional belum stabil akibat pandemi Covid-19. Meski banyak ditolak tapi nyatanya wacana penundaan Pemilu 2024 masih bergulir hingga saat ini.
"Saya melihat bisa fifty-fifty (penundaan Pemilu 2024 terjadi)," kata Mardiono dalam wawancara khusus bersama MNC Portal Indonesia, Kamis (2/2/2023).
Baca juga: Strategi PPP Hadapi Pemilu 2024, Bedah Kekuatan di Setiap Dapil
Ia menjelaskan, jika pemulihan ekonomi pasca Covid-19 bisa dilakukan lebih cepat, ditambah tahapan Pemilu berjalan dengan baik dan aman, Mardiono mengira Pemilu 2024 benar-benar terlaksana sesuai jadwal. Namun sebaliknya, jika dalam tahapan Pemilu proses pemulihan pasca Covid-19 belum terjadi, ditambah ancaman Indonesia atas resesi dunia kian nyata, maka hal ini harus benar-benar diwaspadai.
"Jangan sampai ancaman krisis resesi ini meningkat, kemudian kita masuk pada tahun politik ini, ini kemudian mengganggu, kita akan lebih cepat lagi masuk ke jurang, kita akan terlibat krisis dunia ini, ini juga tidak boleh terjadi untuk perjalanan bangsa ini," ujar mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini.
Mardiono mengira wacana penundaan Pemilu 2024 ada kaitannya dengan ancaman resesi yang terjadi bersamaan saat tahun politik. Apalagi saat ini sudah ada belasan negara yang sudah menjadi pasien International Monetary Fund (IMF) lantaran kesulitan menghidupi negaranya. Belum lagi, masih ada puluhan negara yang mengantre untuk menjadi pasien dari IMF.
Ia tak bisa membayangkan jika ancaman resesi ini benar-benar terjadi. Pasalnya, krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998, rakyat Indonesia benar-benar menderita. Sulit mendapatkan pekerjaan, harga pangan mahal, hingga terjadinya kelangkaan di mana-mana.
"Kalau ini dunia sampai ada 30% mengalami krisis, itu berbahaya untuk Indonesia. Karena jika negara itu sudah mengalami krisis, apalagi 30%, dulu baru 5-6 negara yang menghadapi krisis, Indonesia sudah masuk pada perangkap krisis itu, krisis ekonomi, dan ini sungguh menakutkan. Kita semua tentu rakyat Indonesia berdoa, berjuang agar ini tidak terjadi," tuturnya.
Wacana penundaan Pemilu 2024 sebelumnya disampaikan oleh sejumlah elite partai politik dan tokoh pemerintahan. Mereka mengklaim wacana tersebut merupakan aspirasi rakyat karena kondisi perekonomian nasional belum stabil akibat pandemi Covid-19. Meski banyak ditolak tapi nyatanya wacana penundaan Pemilu 2024 masih bergulir hingga saat ini.
"Saya melihat bisa fifty-fifty (penundaan Pemilu 2024 terjadi)," kata Mardiono dalam wawancara khusus bersama MNC Portal Indonesia, Kamis (2/2/2023).
Baca juga: Strategi PPP Hadapi Pemilu 2024, Bedah Kekuatan di Setiap Dapil
Ia menjelaskan, jika pemulihan ekonomi pasca Covid-19 bisa dilakukan lebih cepat, ditambah tahapan Pemilu berjalan dengan baik dan aman, Mardiono mengira Pemilu 2024 benar-benar terlaksana sesuai jadwal. Namun sebaliknya, jika dalam tahapan Pemilu proses pemulihan pasca Covid-19 belum terjadi, ditambah ancaman Indonesia atas resesi dunia kian nyata, maka hal ini harus benar-benar diwaspadai.
"Jangan sampai ancaman krisis resesi ini meningkat, kemudian kita masuk pada tahun politik ini, ini kemudian mengganggu, kita akan lebih cepat lagi masuk ke jurang, kita akan terlibat krisis dunia ini, ini juga tidak boleh terjadi untuk perjalanan bangsa ini," ujar mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini.
Mardiono mengira wacana penundaan Pemilu 2024 ada kaitannya dengan ancaman resesi yang terjadi bersamaan saat tahun politik. Apalagi saat ini sudah ada belasan negara yang sudah menjadi pasien International Monetary Fund (IMF) lantaran kesulitan menghidupi negaranya. Belum lagi, masih ada puluhan negara yang mengantre untuk menjadi pasien dari IMF.
Ia tak bisa membayangkan jika ancaman resesi ini benar-benar terjadi. Pasalnya, krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998, rakyat Indonesia benar-benar menderita. Sulit mendapatkan pekerjaan, harga pangan mahal, hingga terjadinya kelangkaan di mana-mana.
"Kalau ini dunia sampai ada 30% mengalami krisis, itu berbahaya untuk Indonesia. Karena jika negara itu sudah mengalami krisis, apalagi 30%, dulu baru 5-6 negara yang menghadapi krisis, Indonesia sudah masuk pada perangkap krisis itu, krisis ekonomi, dan ini sungguh menakutkan. Kita semua tentu rakyat Indonesia berdoa, berjuang agar ini tidak terjadi," tuturnya.
tulis komentar anda