Longsor di Temanggung, Puluhan Rumah Rusak

Sabtu, 25 April 2015 - 12:29 WIB
Longsor di Temanggung, Puluhan Rumah Rusak
Longsor di Temanggung, Puluhan Rumah Rusak
A A A
TEMANGGUNG - Akibat hujan deras yang mengguyur Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (23/4), salah satu kawasan di Kecamatan Kaloran, longsor. Akibatnya, puluhan rumah rusak tertimpa material tanah dan batu.

Kasi Penanganan Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung Eko Suprapto mengatakan, selain mengakibatkan jalur Temanggung- Semarang tertutup longsor, sedikitnya 23 rumah warga di Kecamatan Kaloran rusak terkena longsoran tanah yaitu 10 rumah di Desa Kalimanggis dan 13 rumah di Desa Getas.

Sedangkan jalur Temanggung-Semarang yang sempat tertutup longsor di Dusun lamuk, Desa Kalimanggis, telah dibuka pada Kamis malam. Eko mengatakan, rumah yang terkena longsor tersebut berada di dekat tebing dengan ketinggian 5 meter lebih. Akibat kondisi tanah labil, ketika terkena hujan langsung longsor.

Sebagian korban yang rumahnya terkena longsor terpaksa mengungsi di rumah tetangga atau kerabatnya karena khawatir terjadi longsor susulan. Camat Kaloran Supriyanto mengatakan, wilayah Kaloran termasuk daerah rawan longsor karena jenis tanah yang rapuh. Dari 14 desa di Kaloran, enam di antaranya masuk kategori rawan longsor.

”Topografi wilayah yang berbukit dan bertebing berpotensi mengakibatkan longsor karena terdapat rekahan-rekahan di sepanjang dinding tebing,” kata Supriyanto. Dari Solo, Jawa Tengah, potensi banjir susulan masih mengancam kawasan kota itu setelah ribuan rumah warga terendam pada Kamis (23/4) dini hari. Hujan dengan intensitas ekstrem diperkirakan masih berpotensi hingga sepekan ke depan.

Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jateng Septima mengatakan, sebenarnya April ini sudah memasuki musim pancaroba. Namun, sejak tiga hari lalu ada angin tekanan rendah dari Nusa Tenggara Timur yang pola anginnya ke Jawa dan Sumatera.

”Umur tekanan rendahnya selama 10 hari. Jadi, selama seminggu ke depan masih berpotensi hujan,” kata Septima kepada KORAN SINDO di Semarang kemarin. Menurut dia, hujan ekstrem itu berpotensi di daerah-daerah di sekitar pegunungan yang ada di Jateng baik di sekitar Gunung Slamet, Dieng, Merapi, Merbabu, Lawu, maupun Muria.

”Namun, potensi yang lebih besar ada di pegunungan daerah selatan, termasuk di daerah Solo,” imbuhnya. Selain berpotensi banjir, Jateng juga masih berpotensi angin kencang dengan kecepatan 25 knot atau 45 km per jam. Menurutnya, kecepatan itu tergolong ekstrem karena normalnya di bawah 30 knot. Karena itu, para warga perlu mengantisipasi bencana banjir, longsor, maupun angin puting beliung.

Amin fauzi/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4361 seconds (0.1#10.140)