KBRI Yaman Hancur Kena Bom
A
A
A
SANAA - Gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Sanaa, Yaman kemarin rusak parah terkena serangan bom. Insiden ini sebagai buntut konflik bersenjata antara pemberontak Houthi dan koalisi negara-negara pimpinan Arab Saudi.
Akibat kejadian ini, tiga warga negara Indonesia (WNI) mengalami luka-luka. Untuk mengantisipasi ancaman serupa, belasan WNI dan staf KBRI yang masih bertahan akhirnya dievakuasi ke lokasi yang lebih aman. Bom yang diluncurkan pesawat tempur koalisi kemarin tercatat yang terbesar dalam tiga pekan terakhir. Sasaran serangan udara koalisi adalah menghancurkan gudang misil milik kelompok Houthi di wilayah Fajj Attan, Sanaa yang lokasinya tidak jauh dari gedung KBRI.
Sedikitnya 15 orang dilaporkan tewas dalam serangan ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keprihatinannya atas kejadian ini. Menurut Presiden, KBRI seharusnya bukan menjadi sasaran serangan dalam konflik bersenjata. Dalam keterangan tertulisnya, Presiden telah menginstruksikan kepada Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi agar semua pihak yang terimbas kejadian ini mendapatkan penanganan yang baik.
Menlu Retno mengecam keras serangan koalisi yang membuat gedung KBRI hancur. ”Sekali lagi saya tekankan, KBRI bukan target pengeboman, tapi terkena imbas, sebab sasaran letaknya tidak begitu jauh dari KBRI,” ujar Retno seusai Pertemuan Tingkat Menteri Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta kemarin. Serangan tersebut menyebabkan gedung KBRI dan jalanan di sekitar KBRI rusak parah.
Selain itu, beberapa kendaraan milik staf KBRI juga rusak atau hancur. Serangan terjadi pukul 10.45 waktu setempat. Menurut Retno, pengeboman itu menjadi bukti kekerasan hanya akan menimbulkan korban dan kerugian infrastruktur. ”Karena itu, kami mendukung penyelesaian konflik di Yaman melalui mekanisme diplomasi dan perundingan damai. Konflik di Yaman akan dibahas dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dan anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam),” tandas Retno.
Indonesia mendesak semua pihak yang terlibat perang di Yaman untuk melakukan gencatansenjatadanmenghentikan kekerasan. Tujuannya agar warga sipil, baik lokal maupun asing, yang terjebak dalam konflik di Yaman bisa melakukan evakuasi. Pasalnya, sampai saat ini selain bantuan kemanusiaan sulit masuk, warga yang terjebak juga sulit keluar.
Indonesia juga meminta agar semua pihak yang bertikai menghormati aturan dan hukum internasional khususnya terkait perlindungan warga sipil, termasuk berbagai resolusi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) yang terkait. Retno menginstruksikan staf KBRI dan tim evakuasi di Sanaa untuk segera mengambil langkah yang diperlukan. Sebelumnya di KBRI Sanaa terdapat 17 WNI yang terdiri atas staf KBRI, anggota tim evakuasi dari Jakarta, dan WNI yang akan mengungsi.
Ledakan Besar
Sejumlah penduduk Sanaa mengungkapkan, sedikitnya 15 orang tewas dan puluhan orang terluka akibat serangan militer Saudi ke basis pertahanan pemberontak Yaman kemarin. Dua serangan udara menghancurkan gudang misil diwilayah Fajj Attan, Sanaa, yang mengakibatkan ledakan besar dan meratakan perumahan. Serangan itu juga mengakibatkan kerusakan di perkampungan warga di sekitar gudang senjata. Awan hitam tampak membubung tinggi ke angkasa.
AFP melaporkan gedung senjata yang dihancurkan itu milik brigade misil Garda Republik yang loyal terhadap mantan Presiden Ali Abdullah Saleh. Baku tembak dilakukan kelompok propemberontak di pangkalan dan stasiun pengisian bahan bakar di sekitar lokasi ledakan dengan kelompok propemerintah. Reuters mengungkapkan, serangan udara ke pangkalan misil Scud di Sanaa menyebabkan ledakan besar dan memecahkan jendela rumah penduduk.
Pengeboman itu mengakibatkan puluhan orang tewas dan ratusan terluka. Adel Mansour, penduduk lokal, mengungkapkan ledakan itu paling besar dalam serangan udara selama tiga pekan terakhir. ”Untuk pertama kalinya, sejak dimulainya serangan yang dipimpin Arab, serangan (kemarin) menghancurkan jendela rumah saya,” ujarMansour.
Diamengatakan bahwa anak-anak sangat takut akibat pengeboman itu. Koalisi negara-negara teluk yang dipimpin Arab Saudi meluncurkan serangan udara terhadap pemberontak Houthi sejak bulan lalu. Saudi melancarkan 2.000 serangan udara. Mereka berjanji memulihkan kekuasaan otoritas Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi yang kini melarikan diri ke Riyadh, Arab Saudi.
Riyadh menuding Iran memberikan dukungan terhadap pemberontak. PBB mengungkapkan, pertempuran dan serangan udara telah menewaskan ratusan orang dan ribuan orang terluka. Krisis kemanusiaan menjadi ancaman terbesar di Yaman. Seruan perundingan damai untuk mengakhiri konflik ditolak pemerintah Yaman.
”Segala upaya mediasi yang berasal dari Iran tidak dapat diterima karena Teheran terlibat dalam konflik Yaman,” ujar Menteri Luar Negeri Yaman Riyadh Yassin di selasela pertemuan ekonomi di Kuwait kemarin. Setelah gerilyawan Houthi meletakkan senjata, menurut Riyadh, semua pihak dapat memulai dialog dan mencari solusi politik. ”Namun, saat initidakada ruang untuk negosiasi,” katanya.
Pemerintahan Yaman di pengasingan mengatakan bahwa banyak komandan militer distrik menyatakan loyalitasnya kepada pemerintahan Hadi. Komando militer di Hadramaut, Yaman beranggotakan 25.000 pasukan menyatakan mendukung Presiden Hadi. Namun demikian, pemimpin pemberontak Houthi, Abdulmalik al-Huthi berjanji pasukannya tidak akan menyerah.
”Rakyat Yaman tidak akan menyerah. Kita akan bertahan menghadapi agresi,” kata Huthi dalam pernyataan pada stasiun televisi. Dia berjanji akan berperang untuk menggunakan segala senjata dan opsi.
Muh shamil/ andika hendra m/ rarasati syarief
Akibat kejadian ini, tiga warga negara Indonesia (WNI) mengalami luka-luka. Untuk mengantisipasi ancaman serupa, belasan WNI dan staf KBRI yang masih bertahan akhirnya dievakuasi ke lokasi yang lebih aman. Bom yang diluncurkan pesawat tempur koalisi kemarin tercatat yang terbesar dalam tiga pekan terakhir. Sasaran serangan udara koalisi adalah menghancurkan gudang misil milik kelompok Houthi di wilayah Fajj Attan, Sanaa yang lokasinya tidak jauh dari gedung KBRI.
Sedikitnya 15 orang dilaporkan tewas dalam serangan ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keprihatinannya atas kejadian ini. Menurut Presiden, KBRI seharusnya bukan menjadi sasaran serangan dalam konflik bersenjata. Dalam keterangan tertulisnya, Presiden telah menginstruksikan kepada Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi agar semua pihak yang terimbas kejadian ini mendapatkan penanganan yang baik.
Menlu Retno mengecam keras serangan koalisi yang membuat gedung KBRI hancur. ”Sekali lagi saya tekankan, KBRI bukan target pengeboman, tapi terkena imbas, sebab sasaran letaknya tidak begitu jauh dari KBRI,” ujar Retno seusai Pertemuan Tingkat Menteri Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta kemarin. Serangan tersebut menyebabkan gedung KBRI dan jalanan di sekitar KBRI rusak parah.
Selain itu, beberapa kendaraan milik staf KBRI juga rusak atau hancur. Serangan terjadi pukul 10.45 waktu setempat. Menurut Retno, pengeboman itu menjadi bukti kekerasan hanya akan menimbulkan korban dan kerugian infrastruktur. ”Karena itu, kami mendukung penyelesaian konflik di Yaman melalui mekanisme diplomasi dan perundingan damai. Konflik di Yaman akan dibahas dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dan anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam),” tandas Retno.
Indonesia mendesak semua pihak yang terlibat perang di Yaman untuk melakukan gencatansenjatadanmenghentikan kekerasan. Tujuannya agar warga sipil, baik lokal maupun asing, yang terjebak dalam konflik di Yaman bisa melakukan evakuasi. Pasalnya, sampai saat ini selain bantuan kemanusiaan sulit masuk, warga yang terjebak juga sulit keluar.
Indonesia juga meminta agar semua pihak yang bertikai menghormati aturan dan hukum internasional khususnya terkait perlindungan warga sipil, termasuk berbagai resolusi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) yang terkait. Retno menginstruksikan staf KBRI dan tim evakuasi di Sanaa untuk segera mengambil langkah yang diperlukan. Sebelumnya di KBRI Sanaa terdapat 17 WNI yang terdiri atas staf KBRI, anggota tim evakuasi dari Jakarta, dan WNI yang akan mengungsi.
Ledakan Besar
Sejumlah penduduk Sanaa mengungkapkan, sedikitnya 15 orang tewas dan puluhan orang terluka akibat serangan militer Saudi ke basis pertahanan pemberontak Yaman kemarin. Dua serangan udara menghancurkan gudang misil diwilayah Fajj Attan, Sanaa, yang mengakibatkan ledakan besar dan meratakan perumahan. Serangan itu juga mengakibatkan kerusakan di perkampungan warga di sekitar gudang senjata. Awan hitam tampak membubung tinggi ke angkasa.
AFP melaporkan gedung senjata yang dihancurkan itu milik brigade misil Garda Republik yang loyal terhadap mantan Presiden Ali Abdullah Saleh. Baku tembak dilakukan kelompok propemberontak di pangkalan dan stasiun pengisian bahan bakar di sekitar lokasi ledakan dengan kelompok propemerintah. Reuters mengungkapkan, serangan udara ke pangkalan misil Scud di Sanaa menyebabkan ledakan besar dan memecahkan jendela rumah penduduk.
Pengeboman itu mengakibatkan puluhan orang tewas dan ratusan terluka. Adel Mansour, penduduk lokal, mengungkapkan ledakan itu paling besar dalam serangan udara selama tiga pekan terakhir. ”Untuk pertama kalinya, sejak dimulainya serangan yang dipimpin Arab, serangan (kemarin) menghancurkan jendela rumah saya,” ujarMansour.
Diamengatakan bahwa anak-anak sangat takut akibat pengeboman itu. Koalisi negara-negara teluk yang dipimpin Arab Saudi meluncurkan serangan udara terhadap pemberontak Houthi sejak bulan lalu. Saudi melancarkan 2.000 serangan udara. Mereka berjanji memulihkan kekuasaan otoritas Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi yang kini melarikan diri ke Riyadh, Arab Saudi.
Riyadh menuding Iran memberikan dukungan terhadap pemberontak. PBB mengungkapkan, pertempuran dan serangan udara telah menewaskan ratusan orang dan ribuan orang terluka. Krisis kemanusiaan menjadi ancaman terbesar di Yaman. Seruan perundingan damai untuk mengakhiri konflik ditolak pemerintah Yaman.
”Segala upaya mediasi yang berasal dari Iran tidak dapat diterima karena Teheran terlibat dalam konflik Yaman,” ujar Menteri Luar Negeri Yaman Riyadh Yassin di selasela pertemuan ekonomi di Kuwait kemarin. Setelah gerilyawan Houthi meletakkan senjata, menurut Riyadh, semua pihak dapat memulai dialog dan mencari solusi politik. ”Namun, saat initidakada ruang untuk negosiasi,” katanya.
Pemerintahan Yaman di pengasingan mengatakan bahwa banyak komandan militer distrik menyatakan loyalitasnya kepada pemerintahan Hadi. Komando militer di Hadramaut, Yaman beranggotakan 25.000 pasukan menyatakan mendukung Presiden Hadi. Namun demikian, pemimpin pemberontak Houthi, Abdulmalik al-Huthi berjanji pasukannya tidak akan menyerah.
”Rakyat Yaman tidak akan menyerah. Kita akan bertahan menghadapi agresi,” kata Huthi dalam pernyataan pada stasiun televisi. Dia berjanji akan berperang untuk menggunakan segala senjata dan opsi.
Muh shamil/ andika hendra m/ rarasati syarief
(bbg)