Menjadi Motivator untuk Sebarkan Kebaikan

Minggu, 19 April 2015 - 10:21 WIB
Menjadi Motivator untuk Sebarkan Kebaikan
Menjadi Motivator untuk Sebarkan Kebaikan
A A A
Gamal Albinsaid menjadi tokoh muda social entrepreneur melalui berbagai produk inovatif yang dia usung bersama temantemannya di Indonesia Medika.

Sederet penghargaan nasional dan internasional menjadi bukti nyata kiprah pria kelahiran Malang, 8 September 1989 ini. Gamal juga baru saja menerima anugerah People of The Year 2014 dari KORAN SINDO. Selain aktif melakukan penelitian, Gamal pun kerap diundang sebagai motivator pengembangan diri. “Saya menikmati semua aktivitas tersebut mulai dari peneliti, dokter, dan motivator,” ujar peraih Penghargaan Indonesia MDG Awards 2013 dari Utusan Khusus Presiden RI ini.

Gamal menyebutkan, kiini dia lebih menikmati mengisi ceramah motivasi. Meski demikian, dia sadar untuk tetap menyeimbangkan diri dengan aktivitas yang lain. Kelak setelah berprofesi sebagai dokter, untuk sementara waktu dia tidak akan membuka praktik agar bisa fokus dengan segala kegiatan yang dijalaninya saat ini. Keinginan menjadi motivator muncul saat dia terpukau melihat seorang dosennya yang juga trainer dan motivator ulung sedang mengisi acara.

“Saya ke ruangan beliau dan menyatakan keinginan menjadi motivator. Saya pun diajak setiap beliau mengisi acara dan perlahan sambil berlatih saya mulai tampil sebagai motivator,” tutur peraih Penghargaan Ashoka YoungChangeMaker 2012 ini.

Menurut pria yang berpredikat cum laude (lulus dengan IPK 3,69) dari Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang ini, hikmah menjadi motivator adalah saat mengingatkan orang lain sekaligus mengingatkan diri sendiri. Dia ingin terus berupaya memperbaiki dan mematangkan diri baik dari sisi finansial sekaligus amal ibadah. Untuk itu, Gamal membentengi diri dengan prinsip-prinsip kehidupan.

Gamal juga berpandangan, banyak orang memulai pekerjaan dengan niat ikhlas tapi tidak bertahan dengan keikhlasannya. ”Padahal, ikhlas tidak ikhlas, kita tetap bekerja dan tetap lelah. Jika berbuat kebaikan maka bersabarlah karena kebaikan adalah napas, yang menentukan kebaikan bisa bertahan,” pungkas Gamal.

Energi dari Kata-Kata Positif

Sementara itu, sosiolog Sigit Rochadi menilai, setiap masa memunculkan anakanak muda yang menonjol dalam mengembangkan aktivitas dan bakatnya. “Sekarang, sarana dan fasilitas untuk mendukung aktualisasi diri semakin terbuka. Ini antara lain yang membuat motivator muda seolah menjadi tren,” kata Sigit.

Dia menyebutkan, kebutuhan untuk berprestasi di kalangan anak-anak muda dimulai pada usia 15 tahun. Inilah masa ketika anak muda mulai mencari jati dirinya. Menurut Sigit, kehadiran motivator muda terlebih yang populer memberikan gairah bagi anak-anak muda seusianya. Mereka memiliki kemampuan menggerakkan. Ini lantaran sosok inspirator dan motivator ini tak hanya pionir tapi juga menjadi semacam simbol yang mewakili geliat mereka dalam berkarya dan menunjukkan jati diri.

Menurut pengamat sosial dan budaya dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rachmawati, fenomena dahaga mendapat motivasi ini biasanya terjadi di kota-kota besar. Kota yang penuh persaingan ketat, mobilitas tinggi, dan individualistis. Mereka yang tidak mampu bersaing tentunya akan mengalami tekanan batin yang mengarah pada depresi. Agar potensi depresi itu dapat diminimalisasi dan mampu bertahan, orang mencari referensi yang bisa dijadikan sumber energi motivasi.

Umumnya energi itu didapatkan dari kata-kata positif, dari tuturan orang-orang yang dapat meyakinkan dirinya. “Ini formula baru dalam membangunkeyakinanuntukbisabangkit atau maju,” ungkap Devie.

Dia menambahkan, perkembangan zaman dan teknologi membuat tingkat kepakaran dan ketokohan tak lagi menentukan kelayakan seseorang menjadi motivator. Yang penting, si motivator mampu berkomunikasi dengan baik di hadapan publik.

Dina angelina/ ilham safutra
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8764 seconds (0.1#10.140)