Benih Perpecahan PPP Sejak Mukernas Lirboyo
A
A
A
JAKARTA - Konflik internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mulai muncul sejak Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) di Lirboyo, Jawa Timur dalam pemetaan Calon Presiden 2014 lalu.
M Qoyum selaku Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PPP kubu Romahurmuziy atau biasa disapa Romi mengatakan, dalam pembahasan itu muncul nama Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK).
"Jadi apa yang meletup pada akhir tahun kemarin adalah bagian dan proses dinamika parpol yang ada," ucap Qoyum di Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (12/4/2015).
Dia menyampaikan, setelah melalui perdebatan panjang akhirnya mengerucut pada nama Prabowo Subianto dan Jokowi. Menurutnya, dari dua nama itulah mulai terjadi perbedaan pandangan di internal.
"Ini menjadi lebih intens ketika SDA (Suryadharma Ali) dan pak Djan Faridz menghadiri kampanye Gerindra untuk Prabowo sebagai capres. ini gejolak luar biasa sehigga menghadirkan rapimnas," jelasnya.
Dia menyampaikan, dinamika internal PPP semakin tinggi saat SDA dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus dugaan korupsi pelaksanaan ibadah haji di Kementerian Agama (Kemenag).
Lanjutnya, situasi ini menimbulkan keresahan di internal partai hingga ada usulan dari sejumlah kader PPP agar SDA mundur dari posisi ketua umum partai. Namun, sikap SDA tidak mengundurkan diri dari posisinya itu lahirlah dua Muktamar yang berbeda dari kubu PPP.
Lanjutnya, Muktamar Surabaya diprakarsai Romi dan Muktamar Jakarta diprakarsai SDA bersama Djan Faridz. "Pada Muktamar di Surabaya dihadiri oleh 72 persen," terangnya.
M Qoyum selaku Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PPP kubu Romahurmuziy atau biasa disapa Romi mengatakan, dalam pembahasan itu muncul nama Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK).
"Jadi apa yang meletup pada akhir tahun kemarin adalah bagian dan proses dinamika parpol yang ada," ucap Qoyum di Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (12/4/2015).
Dia menyampaikan, setelah melalui perdebatan panjang akhirnya mengerucut pada nama Prabowo Subianto dan Jokowi. Menurutnya, dari dua nama itulah mulai terjadi perbedaan pandangan di internal.
"Ini menjadi lebih intens ketika SDA (Suryadharma Ali) dan pak Djan Faridz menghadiri kampanye Gerindra untuk Prabowo sebagai capres. ini gejolak luar biasa sehigga menghadirkan rapimnas," jelasnya.
Dia menyampaikan, dinamika internal PPP semakin tinggi saat SDA dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus dugaan korupsi pelaksanaan ibadah haji di Kementerian Agama (Kemenag).
Lanjutnya, situasi ini menimbulkan keresahan di internal partai hingga ada usulan dari sejumlah kader PPP agar SDA mundur dari posisi ketua umum partai. Namun, sikap SDA tidak mengundurkan diri dari posisinya itu lahirlah dua Muktamar yang berbeda dari kubu PPP.
Lanjutnya, Muktamar Surabaya diprakarsai Romi dan Muktamar Jakarta diprakarsai SDA bersama Djan Faridz. "Pada Muktamar di Surabaya dihadiri oleh 72 persen," terangnya.
(kur)