Memoles Kemampuan Bertransaksi

Minggu, 12 April 2015 - 11:01 WIB
Memoles Kemampuan Bertransaksi
Memoles Kemampuan Bertransaksi
A A A
Ketua Umum BPP Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Thamrin Bustami mengungkapkan, menjelang pemberlakuan zona perdagangan bebas di kawasan ASEAN pada akhir 2015 ini, sangat penting bagi pengusaha dan eksportir kerajinan untuk semakin mengasah kemampuan bertransaksi.

Menurut Thamrin, kecakapan dalam bertransaksi terutama dengan mitra dari mancanegara akan dapat meningkatkan nilai kontak dagang. Misalnya, dengan memanfaatkan secara maksimal peranan buying agent sebagai perpanjangan tangan produsen untuk mencapai target pasar luar negeri. ”Selain itu tentu perlu mengoptimalkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih dalam upaya menarik manfaat bisnis. Apalagi saat ini semua bisa dikendalikan hanya dari satu genggaman,” katanya.

Terkait memaksimalkan pemasaran secara online, Asephi telah menyediakan marketplace khusus produk kerajinan, fashion dan lifestyle (Inacraft Mall). Marketplace ini merupakan salah satu upaya mendorong pengusaha agar juga dapat memanfaatkan situs belanja resmi dalam meningkatkan jumlah konsumen di mana dan siapa saja tanpa batasan waktu dan tempat.

”Era digital membuat transaksi dagang semakin mudah dan sederhana. Transaksi bisnis bisa dilakukan kapan saja di mana saja sepanjang waktu. Itulah yang disediakan Asephi, layanan transaksi online dalam format marketplace,” jelas Thamrin. Dia menambahkan, para pelaku usaha kecil menengah (UKM) tidak perlu khawatir dengan gempuran produk asing dalam era MEA.

”Kita unggul dalam hal seninya. Kekayaan etnis kita sangat banyak. Barang boleh sama dengan negaranegara ASEAN lainnya, tapi unsur seninya kita jauh lebih unggul,” tegasnya. Menurut dia, selain terus meningkatkan kualitas produk, kalangan pengrajin dan pengusaha perlu melampirkan deskripsi tentang barang yang dijualnya mencakup antara lain sisi filosofi dan bahan baku. Hal ini dapat meningkatkan nilai jual.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak memandang, industri kerajinan di Indonesia merupakan industri yang berpotensi memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Terlebih, keberadaannya didukung oleh kekayaan seni budaya dan sumber daya alam yang seolah tak ada habisnya.

”Inacraft ini merupakan ajang bagi para pengrajin, pengusaha, dan eksportir industri kreatif untuk menggencarkan promosi kepada masyarakat yang lebih luas serta langkah awal untuk melakukan ekspor bagi pengusaha pemula,” terangnya.

Dia mengingatkan, kunci untuk mampu berkompetisi dan unggul di pasar domestik maupun pasar ekspor adalah tak berhenti melakukan promosi dalam segala bentuk, keterampilan bertransaksi, terus membuka peluang pasar dan mengembangkan jaringan, terus meningkatkan kualitas produk, serta mempercantik kemasan sesuai kebutuhan dan selera pasar. Menurut Nus, pihaknya terus melakukan peningkatan daya saing melalui pengembangan produk dan pemasaran.

Dia menjelaskan, pasar ASEAN begitu menggiurkan. ”Ekspor produk kerajinan ke ASEAN selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan 14,11% dengan nilai USD27,8 juta pada 2014,” sebutnya. Dia juga mengungkapkan, ekspor kerajinan Indonesia pada tahun lalu tumbuh sebesar 3,76% dengan nilai USD694,34 juta dan tren positif sebesar 2,63%. ”Data per Januari 2015, ekspor kerajinan ke Malaysia meningkat lebih dari 1.400% atau senilai USD4 juta dibandingkan setahun sebelumnya.

Nilai ini dipicu peningkatan permintaan produk rambut palsu, bulu mata palsu, atau sejenisnya yang terbuat dari rambut manusia senilai USD3,5 juta,” jelas Nus. Mathias Muchus, aktor senior nasional yang juga pecinta kerajinan tangan Nusantara, memandang Inacraft sebagai media untuk mengukur perkembangan dan kualitas kerajinan Nusantara dan mengevaluasinya.

”Jadi bukan sekadar untuk berdagang dan promosi. Kita kan ingin produkproduk Indonesia mampu ‘bermain’ di level global dan bertahan,” kata Muchus yang ditemui KORAN SINDO di arena Inacraft 2015. Dia berharap, para pengrajin daerah mendapat perhatian lebih besar lagi dari pemerintah dan mendapat akses permodalan lebih mudah dari kalangan perbankan.

Muchus mengingatkan, ekonomi kerakyatan mampu mengangkat tingkat perekonomian masyarakat menengah-bawah sekaligus beragam potensi daerah yang ada. ”Kualitas produk para pengrajin di Indonesia bagus dan memiliki daya saing tinggi. Tapi perlu pembinaan dari segi permodalan dan pengemasan produk. Pembinaan keterampilan ini antara lain ranah pemerintah,” ujarnya.

Robi ardianto
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1191 seconds (0.1#10.140)