RI Target Jadi Eksportir Kerajinan Terbesar
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menyiapkan sejumlah strategi untuk memfasilitasi dan mendongkrak ekspor produk kerajinan Indonesia ke berbagai belahan dunia. Salah satunya dengan merekrut desainer asing yang paham selera pasar di negara tujuan ekspor.
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), saat ini Indonesia menempati posisi ke-12 sebagai negara pengekspor kerajinan ke dunia, dengan pangsa hanya 1,45%. Lima besar negara pengekspor kerajinan adalah China, Italia, Jerman, Amerika Serikat (AS), dan Prancis.
Ironisnya, ekspor kerajinan Indonesia juga kalah dari Vietnam yang berada di posisi 10 negara pengekspor terbesar. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, produk kerajinan Indonesia sejak dulu hingga sekarang sangat diminati pasar domestik dan luar negeri lantaran berkualitas baik.
Dengan kekayaan ragam kerajinan dari Sabang sampai Merauke, Jokowi menilai semestinya Indonesia bisa menjadi eksportir utama dunia. ”Dengan bermacam-macam produk yang ada, mari mimpi bersama untuk Indonesia bisa jadi nomor satu (negara eksportir kerajinan),” ujarnya di sela-sela pembukaan pameran The 17thJakarta International Handicraft Trade Fair (Inacraft) 2015 di Jakarta Convention Center kemarin.
Untuk mendorong peningkatan ekspor kerajinan, menurut Jokowi, diperlukan perbaikan dalam hal desain produk, kualitas, promosi dan pemasaran, serta sarana perdagangan. Terkait desain misalnya, Jokowi menyarankan untuk merekrut desainer asing yang paham betul dengan selera di negaranegara tujuan ekspor.
”Contohnya kalau mau masuk pasar Eropa, ya desainernya dari sana pasti pas, karena sesuai dengan keinginan pasar di sana. Mereka tahu desain, warna dan kemasan seperti apa yang laku untuk konsumen di sana,” tuturnya.
Terkait desain dan kemasan ini, nantinya pemerintah akan mengoptimalkan peran Badan Ekonomi Kreatif. Sementara dari sisi promosi dan pemasaran, kendalinya ada di Kementerian Perdagangan (Kemendag). ”Sarana pemasaran seperti trading house jika dikelola dengan baik, juga akan membantu produk kerajinan kita masuk ke pasar internasional,” tandas Jokowi.
Dirjen Peningkatan Ekspor Nasional (PEN) Nus Nuzulia Ishak mengatakan, di dalam negeri, pemerintah tengah menjajaki ritel BUMN yaitu Sarinah sebagai trading house yang akan memasarkan seluruh produk kerajinan.
Tahun ini Indonesia juga akan memiliki beberapa pusat distribusi atau trading housedi luar negeri. ”Kita sedang membuat beberapa trading house, misalnya di China ada dua. Bulan ini juga rencananya buka di Varna, Bulgaria dan di Dubai sekitar Agustus,” ungkapnya kepada KORAN SINDO.
Terkait desain kerajinan, pemerintah menyiapkan Jakarta Regional Design Center sebagai wadah kreativitas desain, sekaligus wahana pembelajaran dan pendampingan oleh desainerdesainer profesional. ”Tak terkecuali desainer asing dari negara tujuan ekspor, misalnya Italia, Prancis,” tandasnya.
Terkait asa menjadikan Indonesia pengekspor utama kerajinan, Nus tidak banyak berkomentar. Menurutnya, Kemendag telah menyusun target peningkatan ekspor kerajinan yang pada tahun lalu senilai USD694,34 juta menjadi USD2 miliar pada 2019. ”Kita akan lebih meningkatkan lagi kegiatan promosi dan membuka akses pasar. Selain itu, peningkatan kualitas produk dan desain yang memenuhi selera pasar ekspor,” bebernya.
Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Thamrin Bustami sepakat perlunya sarana perdagangan seperti trading house untuk mendukung pemasaran produk kerajinan.
Namun, perlu diingat bahwa banyak UKM kerajinan yang tinggal di pelosok dan menghadapi kendala komunikasi, transportasi, serta kesulitan mengakses pembiayaan. ”Akhirnya karena ingin barangnya cepat laku, mereka asal jual saja. Mereka harus dibantu, dekatkan akses perbankan ke mereka,” imbuhnya.
Thamrin menambahkan, ada banyak faktor yang menyebabkan ekspor Indonesia kalah dari negara lain. Dia mencontohkan dari sisi harga, bisa jadi produk kerajinan Vietnam yang serupa harganya lebih murah dari produk Indonesia. Padahal, dari segi sentuhan seni, Indonesia unggul.
Oleh karena itu, Thamrin menyarankan produk kerajinan dilengkapi dengan deskripsi. ”Untuk meyakinkan pembeli itu harus dideskripsikan, apalagi kita banyak etnik di Indonesia dan beda-beda. Jelaskan apa filosofi produk dan keunikannya. Orang asing kalau mau beli akan lihat dulu deskripsinya sehingga yakin produk itu bagus,” paparnya.
Thamrin menyebutkan pasar utama dari produk kerajinan Indonesia di antaranya AS, Jepang, Eropa, Australia, dan Hong Kong. Adapun produk andalan kerajinan yang banyak diminati, seperti kerajinan berbahan kayu dan rotan, dekorasi rumah, hiasan berbahan baku tekstil, dan fesyen.
Inda susanti
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), saat ini Indonesia menempati posisi ke-12 sebagai negara pengekspor kerajinan ke dunia, dengan pangsa hanya 1,45%. Lima besar negara pengekspor kerajinan adalah China, Italia, Jerman, Amerika Serikat (AS), dan Prancis.
Ironisnya, ekspor kerajinan Indonesia juga kalah dari Vietnam yang berada di posisi 10 negara pengekspor terbesar. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, produk kerajinan Indonesia sejak dulu hingga sekarang sangat diminati pasar domestik dan luar negeri lantaran berkualitas baik.
Dengan kekayaan ragam kerajinan dari Sabang sampai Merauke, Jokowi menilai semestinya Indonesia bisa menjadi eksportir utama dunia. ”Dengan bermacam-macam produk yang ada, mari mimpi bersama untuk Indonesia bisa jadi nomor satu (negara eksportir kerajinan),” ujarnya di sela-sela pembukaan pameran The 17thJakarta International Handicraft Trade Fair (Inacraft) 2015 di Jakarta Convention Center kemarin.
Untuk mendorong peningkatan ekspor kerajinan, menurut Jokowi, diperlukan perbaikan dalam hal desain produk, kualitas, promosi dan pemasaran, serta sarana perdagangan. Terkait desain misalnya, Jokowi menyarankan untuk merekrut desainer asing yang paham betul dengan selera di negaranegara tujuan ekspor.
”Contohnya kalau mau masuk pasar Eropa, ya desainernya dari sana pasti pas, karena sesuai dengan keinginan pasar di sana. Mereka tahu desain, warna dan kemasan seperti apa yang laku untuk konsumen di sana,” tuturnya.
Terkait desain dan kemasan ini, nantinya pemerintah akan mengoptimalkan peran Badan Ekonomi Kreatif. Sementara dari sisi promosi dan pemasaran, kendalinya ada di Kementerian Perdagangan (Kemendag). ”Sarana pemasaran seperti trading house jika dikelola dengan baik, juga akan membantu produk kerajinan kita masuk ke pasar internasional,” tandas Jokowi.
Dirjen Peningkatan Ekspor Nasional (PEN) Nus Nuzulia Ishak mengatakan, di dalam negeri, pemerintah tengah menjajaki ritel BUMN yaitu Sarinah sebagai trading house yang akan memasarkan seluruh produk kerajinan.
Tahun ini Indonesia juga akan memiliki beberapa pusat distribusi atau trading housedi luar negeri. ”Kita sedang membuat beberapa trading house, misalnya di China ada dua. Bulan ini juga rencananya buka di Varna, Bulgaria dan di Dubai sekitar Agustus,” ungkapnya kepada KORAN SINDO.
Terkait desain kerajinan, pemerintah menyiapkan Jakarta Regional Design Center sebagai wadah kreativitas desain, sekaligus wahana pembelajaran dan pendampingan oleh desainerdesainer profesional. ”Tak terkecuali desainer asing dari negara tujuan ekspor, misalnya Italia, Prancis,” tandasnya.
Terkait asa menjadikan Indonesia pengekspor utama kerajinan, Nus tidak banyak berkomentar. Menurutnya, Kemendag telah menyusun target peningkatan ekspor kerajinan yang pada tahun lalu senilai USD694,34 juta menjadi USD2 miliar pada 2019. ”Kita akan lebih meningkatkan lagi kegiatan promosi dan membuka akses pasar. Selain itu, peningkatan kualitas produk dan desain yang memenuhi selera pasar ekspor,” bebernya.
Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Thamrin Bustami sepakat perlunya sarana perdagangan seperti trading house untuk mendukung pemasaran produk kerajinan.
Namun, perlu diingat bahwa banyak UKM kerajinan yang tinggal di pelosok dan menghadapi kendala komunikasi, transportasi, serta kesulitan mengakses pembiayaan. ”Akhirnya karena ingin barangnya cepat laku, mereka asal jual saja. Mereka harus dibantu, dekatkan akses perbankan ke mereka,” imbuhnya.
Thamrin menambahkan, ada banyak faktor yang menyebabkan ekspor Indonesia kalah dari negara lain. Dia mencontohkan dari sisi harga, bisa jadi produk kerajinan Vietnam yang serupa harganya lebih murah dari produk Indonesia. Padahal, dari segi sentuhan seni, Indonesia unggul.
Oleh karena itu, Thamrin menyarankan produk kerajinan dilengkapi dengan deskripsi. ”Untuk meyakinkan pembeli itu harus dideskripsikan, apalagi kita banyak etnik di Indonesia dan beda-beda. Jelaskan apa filosofi produk dan keunikannya. Orang asing kalau mau beli akan lihat dulu deskripsinya sehingga yakin produk itu bagus,” paparnya.
Thamrin menyebutkan pasar utama dari produk kerajinan Indonesia di antaranya AS, Jepang, Eropa, Australia, dan Hong Kong. Adapun produk andalan kerajinan yang banyak diminati, seperti kerajinan berbahan kayu dan rotan, dekorasi rumah, hiasan berbahan baku tekstil, dan fesyen.
Inda susanti
(ftr)