Awas, Tenaga Kerja Asing Incar Posisi Jasa Profesional

Rabu, 01 April 2015 - 08:52 WIB
Awas, Tenaga Kerja Asing Incar Posisi Jasa Profesional
Awas, Tenaga Kerja Asing Incar Posisi Jasa Profesional
A A A
Pengamat marketing Yuswohady melihat masuknya tenaga kerja asing pasca-MEA akan semakin mengkhawatirkan.

Hal ini khususnya di bidang professional services seperti bankir, dokter, pengacara, atau konsultan. “Ini paling ditakutkan karena pasti yang datang yang paling bagus. Pasar kita besar, khususnya untuk professional services,” ujar Yuswohady saat dihubungi di Jakarta kemarin.

Menurut dia, kondisi tersebut dapat membuat persaingan harga tenaga asing menjadi lebih murah dan berkualitas. Seperti misalnya tenaga kerja India dan Filipina yang sudah dikenal tersebar di berbagai negara karena kecakapannya berbahasaInggris.“Bisajadilebih murah dan bagus seperti India. Juga dari Singapura dan Malaysia yang memiliki bahasa asing lebih baik. Perusahaan global butuh konsultan di level regional untuk pasar ASEAN,” ujarnya.

Namun, dia juga mengingatkan bahwa keunggulan tenaga kerja Indonesia terletak di bidang industri kreatif atau craftsmanship. “Kita kuat di produk kerajinan craftsmanship yang bukan produk pabrikan. Kalau bersaing di produk massal, pasti kalah” ujarnya.

Dia mencontohkan, brand mahal dari luar negeri seperti Ferrari ataupun jam tangan mahal juga termasuk craftsmanship. Ini merupakan segmen pekerja kreatif yang bisa mempunyai nilai tambah yang tinggi. Ini tidak berbeda dari produk kuliner atau kesenian lain yang tersebar di negara Indonesia.”Kita unggul dalam kebudayaan dan kekayaan alam untuk bisa dikembangkan. Ini sangat butuh banyak tenaga kerja yang sesuai dengan kondisi Indonesia,” katanya.

Sehingga dengan begitu, UMKM bisa memainkan peranan strategis untuk menandingi dominasi merek global dengan memperkuat daya saing di sektor-sektor padat kreativitas dan padat budaya. Seperti pariwisata (destinasi), kuliner, fashion, kerajinan, game online, toys, pertanian (agro), perikanan, pengolahan produksi pertanian/ perikanan, dansebagainya.

Dia melihat keunggulan Indonesia pada kreativitas (creativity ), lokalitas (locality ) dan diversitas atau keragaman (diversity ) yang bersumber pada kekayaan alam dan budaya Indonesia.”Ini bisa menjadi sumber keunggulan bersaing (competitiveness ) UMKM kita dalam bersaing dengan merekmerek global di pasar dalam negeri,” jelasnya.

Contoh di sektor pariwisata, terdapat modal berupa keragaman tradisi berbagai daerah dan keindahan alam yang luar biasa. Begitu juga sektor usaha kuliner. Di bidang kuliner Indonesia memiliki cita rasa makanan Nusantara yang sangat kaya mulai dari gudeg hingga rendang, dari lumpia hingga Bika Ambon.

“Kekayaan khasanah kuliner Nusantara ini seharusnya bisa menjadi senjata ampuh UMKM untuk menyaingi dominasi jaringan fastfood global yang kian menjamur,” ujarnya. Menurut Yuswo, usaha mikro, kecil, menengah(UMKM) memiliki peran yang sangat signifikan dalam perekonomian Indonesia, baik dari sisi jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, maupun kontribusi dalam produk domestik bruto (PDB).

Pada tahun 2011 jumlah UMKM mencapai 55,2 juta unit, sebuah jumlah yang luar biasa besar. “Itu artinya secara unit sektor-sektor ekonomi kita didominasi oleh sektor UMKM hingga mencapai 99,9%,” katanya.

Harus diingat, seiring dengan maraknya pasar Indonesia akibat tumbuh pesatnya masyarakat kelas menengah (middle-class consumers ), saat ini Indonesia telah diserbu dan dikuasai oleh merek-merek regional/global di sektorsektor strategis seperti perbankan, telekomunikasi, pertambangan, automotif, farmasi, FMCG, elektronik, kosmetik, periklanan, dan sebagainya.

Dengan serbuan perusahaan- perusahaan dan merekmerek global yang memiliki kemampuan modal, SDM, teknologi, dan manajemen yang solid ini, sulit bagi perusahaan dan merek lokal untuk bisa menandingi mereka di sektor-sektor yang padat modal, padat pengetahuan, dan padat teknologi.

Anggota Komisi IX DPR Ali Taher mengatakan, saat ini banyak orang Indonesia yang berada di level atas sebuah perusahaan. Hal ini merupakan sebuah prestasi bagi Indonesia dan perlu adanya dukungan dari pemerintah, agar putra bangsa bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Perlu upaya serius dari pemerintah memfasilitasi mereka yang mampu bersaing di tataran tinggi di perusahaan,” ujar Ali.

Menurut dia, berbagai perusahaan seperti perbankan, migas, dan telekomunikasi pimpinan perusahaannya sudah berasal dari Indonesia. “Saat ini bukan masalah bisa atau tidak lagi, tapi itu menjadi sebuah tantangan untuk kita, di mana orang-orang kita bisa menjadi top leader di sebuah perusahaan,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf, menurut dia tenaga kerja lokal mampu bersaing dengan tenaga kerja asing. Ini dibuktikan sudah banyaknya tenaga kerja lokal yang menjadi pengambil keputusan di perusahaan asing.

“Kemampuan tenaga kerja Indonesia sudah tidak diragukan lagi, mereka sudah mampu bersaing kok dengan tenaga-tenaga asing,” kata Dede.

Hafid fuad/ Robi ardianto
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4812 seconds (0.1#10.140)