TNI Tindak Gerakan Radikal di Poso

Selasa, 31 Maret 2015 - 09:41 WIB
TNI Tindak Gerakan Radikal di Poso
TNI Tindak Gerakan Radikal di Poso
A A A
JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan akan menembak kelompok teroris Poso, Sulawesi Tengah, pimpinan Santoso, bila tidak mau menyerah.

Langkah tegas ini sebagai upaya pencegahan agardaerahtersebuttidakdijadikan sebagai lokasi yang nyaman bagi kelompok radikal Islamic State Iraq and Syiria (ISIS). ”ISIS tidak boleh berkembang di Indonesia, ISIS tidak boleh diberi tempat di mana pun. Untuk itu, saya sinyalir di Poso itu seolah-olah kelompok radikal itu nyaman di sana. Saya khawatir nanti orang-orang Indonesia yang ada di Irak dan Suriah pulang dari sana.

Dia akan bermarkas di Poso. Nah ini nggak boleh,” ujarnya saat acara 100 Expert Meeting para ahli pangan dengan tema ”Memastikan Terwujudnya Kedaulatan Pangan” di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, kemarin. Karena itu, TNI saat ini menggelar pelatihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Poso secara besar-besaran.

Pelatihan yang digelar sejak hari ini dengan melibatkan 3.000 personel ini sekaligus untuk mencari jaringan teroris kelompok Santoso. Panglima mengakui, ada beberapa daerah yang rawan gerakan radikal. ”Pesannya jelas, jangan coba-coba masuk Poso. Iya sekaligus, kalau ketemu. Kalau dia (Santoso dkk) tidak mau menyerah, ya tembak. Jelas itu.

Begitu prajurit saya melakukan kegiatan ketemu dia dan dia bersenjata, tidak menyerah, kita sikat,” ujarnya. Panglima menegaskan, ISIS merupakan ancaman yang potensial. Untuk itu harus diantisipasi dengan baik. Jika tidak akan menjadi ancaman faktual. Untuk mencegah menyebarnya paham ISIS, kata Panglima, tidak cukup hanya TNI, tapi semua instansi harus terlibat secara aktif.

”Kalau ancaman potensial itu bisa saja setiap saat muncul. Ancaman faktual adalah ancaman nyata yang dihadapi. Jadi semua instansi harus terlibat, ini sudah dibicarakan di rapat Menko Polhukam,” ucapnya. Mengenai adanya temuan yang menyebutkan satu dari empat siswa SMA setuju dengan paham ISIS, Panglima mengaku, perlu ada penyadaran tidak hanya kepada ke-14 orang siswa tersebut, tapi kepada seluruh rakyat Indonesia.

”ISIS ini harus dipahami dengan baik. Jangan kita permisif. Kita harus paham ISIS bukan paham agama yang diusung, tapi paham ideologi yang tidak sesuai dengan ideologi rakyat Indonesia,” tegasnya. Senada, Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya menjelaskan pelatihan PPRC ini sudah melewati tahap perencanaan yang matang, terutama soal taktik dan strategi yang digunakan.

Pelatihan yang melibatkan satuan pasukan khusus di tiga angkatan ini akan menjalankan semua taktik dan strategi seusai dengan perencanaan yang dibuat, termasuk penggunaan peluru tajam. Menurut dia, prajurit TNI yang terlibat dalam pelatihan terbiasa dengan kondisi asli saat perang. Fuad memastikan peluru-peluru tajam itu tidak akan diarahkan ke permukiman-permukiman penduduk atau bangunan yang sudah ada.

”Hal ini dilakukan agar pelatihan itu tidak malah menyebabkan korban jiwa dari masyarakat sipil. Pemindahan ini pun dilakukan dengan memperhatikan jarak aman dari lokasi pelatihan,” jelasnya. Fuad mengakui, bila dalam pelatihan nanti prajurit bertemu dengan kelompok teroris Santoso, pihaknya akan mengambil pendekatan persuasif agar mereka menyerah. Namun, bila mereka menolak, TNI akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

”Kalau memang ketemu ya sekalian. Sudah-sudah dipetakan (kekuatan Santoso dkk),” jelasnya. Di tempat terpisah, Dirjen Bela Negara Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan Laksamana Pertama M Faisal mengatakan, untuk mengatasi paham ISIS pihaknya saat ini gencar mengampanyekan bela negara kepada seluruh masyarakat, termasuk nelayan. Hal ini penting karena bela negara merupakan kewajiban semua warga negara tanpa kecuali.

”Ancaman terhadap bangsa ini tidak hanya ISIS saja, dari ideologi, budaya, politik kan semuanya bisa mengancam. ISIS salah satunya,” ujarnya saat kegiatan sosialisasi Unit Perikanan Inkopol dan Pembinaan Kesadaran Bela Negara kepada seluruh mitra kerja dan mitra usaha serta masyarakat Muara Angke dan Muara Baru oleh Kemhan di Jakarta Utara.

Sucipto
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8018 seconds (0.1#10.140)