RI Siapkan Evakuasi Besar-besaran

Selasa, 31 Maret 2015 - 09:21 WIB
RI Siapkan Evakuasi...
RI Siapkan Evakuasi Besar-besaran
A A A
SANAA - Indonesia menyiapkan evakuasi besar-besar untuk para warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di Yaman. Rencananya evakuasi dilakukan dengan menggunakan pesawat angkut milik TNI Angkatan Udara.

Kondisi di Yaman sendiri masih membara. Bahkan diperkirakan dalam beberapa hari ke depan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi akan melakukan serangan darat untuk memukul mundur pemberontak Houthi. “Rencana evakuasi sudah matang melibatkan banyak koordinasi dengan kementerian dan lembagalain, termasuk Panglima TNI dan sebagainya, karena menyangkut masalah pesawat.

Semuanya sudah siap,” ujar Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Kantor Kepresidenan Jakarta kemarin. Retno menuturkan, Kedutaan Besar RI di Yaman sudah menyiapkan beberapa jalur evakuasi, di antaranya melalui perbatasan Kota Sanaa dan Kota Jisan yang merupakan perbatasan antara Yaman dan Arab Saudi.

Untuk melancarkan evakuasi, Kemenlu juga tengah melakukan komunikasi yang intensifdengantiganegara, yaitu Yaman, Oman, dan Arab Saudi. Mantan Dubes RI untuk Belandamemaparkan, mayoritas WNI terkonsentrasi di wilayah Timur Yaman atau sekitar 80% berada di kota Hadhramaut. Adapun 20% lainnya berada di wilayah Barat Yaman yang kondisinya lebih dinamis.

Mengenai 21 WNI yang ditahan di Yaman, Retno mengatakan saat ini pihaknya terus mendalami informasi tersebut dengan melakukan komunikasi intensif dengan otoritas setempat. Seluruh WNI yang ditahan tersebut diduga adalah mahasiswa yang sedang belajar di perguruan tinggi di Yaman.

“Dalam situasi serba sulit, KBRI kita bisa menjalin komunikasi dengan otoritas setempat. Pertama (informasinya) 23 WNI, tapi sekarang 21 WNI, nah kita juga sudah coba mendapatkan akses untuk masuk, untuk menanyakan detail, tetapi sampai sekarang kita belum mendapatkan konfirmasi,” tambahnya.

Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir mengatakan pemerintah akan menempuh berbagai langkah dan cara untuk evakuasi WNI dari Yaman, baik melalui jalur darat, udara maupun laut. “Opsi evakuasi itu pertama lewat darat. Untuk yang jarak jauh, kita coba lewat Shalala melalui udara. Mungkin kita juga akan mencoba opsi laut. Kita akan gunakan semua cara untuk dapat mengevakuasi semua WNI kita dari Yaman,” kata dia.

Menurut Arrmanatha, proses evakuasi agak terhambat karenaseluruhbandara diYaman ditutup dan hanya dibuka selama beberapa jam setiap harinya. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan evakuasi melalui jalur udara, pihak Kemlu RI akan bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara untuk memakai pesawat apabila diperlukan untuk penjemputan dan evakuasi.

Adapun pihak TNI menegaskan siap untuk memulangkan warga negara Indonesia di Yaman. Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengaku sudah menyiapkan pesawat jenis Boeing 737.“ Saat ini kita siapkan pesawat dan kru serta metode metode evakuasi, kita sudah siap. Hari ini, menit ini diminta, kita sudah siap,” ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko seusai membuka 100 Experts Meeting atau pertemuan para ahli pangan di Aula Gatot Subroto, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, kemarin.

Sementaraitu, orangtuasalah seorang mahasiswa asal Jambi yang menuntut ilmu di Yaman mengkhawatirkan keselamatan anaknya. H Idrus mengaku bahwa anaknya, Ahmad Khudri, 23, dalam keadaan baik-baik saja. Meski demikian rasa khawatir tetap saja menghantui pikirannya. Anaksaya bilangperangitudi lokasi perbatasan, jauh dari tempat asramanya dan tidak mengganggu perkuliahan, katanya.

Saat ini terdapat sekitar 4.159 WNI yang masih berada di Yaman, dengan 2.626 di antaranya adalah mahasiswa dan 1.488 adalah pekerja di perusahaan minyak dan gas. Sejak Februari lalu, Indonesia melalui satuan tugas evakuasi yang dibentuk Kemlu RI sudah mengajak WNI mendaftar evakuasi. Evakuasi dan pemulangan pertama telah dilakukan pada Maret lalu.

Sejauh ini sebanyak 148 WNI sudah dipulangkan kembali ke Indonesia. Selain Indonesia, sejumlah negara juga mengkhawatirkan kondisi warganya. China, misalnya, sudah mengirim dua kapal perang dan satu kapal logistik Angkatan Laut Pasukan Pembebasan Rakyat (PLA) China menuju Yaman. “Sebanyak 112 warga China dievakuasi ke Djibouti dan akan pulang ke Beijing,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying.

Serangan Darat

Militer Arab Saudi dan koalisi Timur Tengah menyiapkan serangan darat ke Yaman pada beberapa hari mendatang. Arab Saudi tengah membahas serangan darat itu bersama dengan Mesir. Penempatan pasukan darat itu sangat penting untuk memukul mundur pemberontak Houthi yang menguasai sebagian wilayah Yaman.“ Pasukan koalisi (pimpinan Arab Saudi) dapat tiba di Yaman dalam beberapa hari (mendatang),” kata Menteri Luar Negeri Riyadh Yaseen.

CNN melaporkan, para pemimpin Saudi mengungkapkan jika pasukan mereka masuk ke Yaman, mereka tidak akan meninggalkan negara itu hingga Houthi tidak mampu bertempur. Saudi memiliki kepentingan besar di Yaman, selain sebagai negara tetangga yang berbatasan langsung, negara itu juga dikenal sebagai sarang gerilyawan Al-Qaeda.

Meski demikian, jika pasukan koalisi melancarkan serangan darat, biaya perang akan semakin mahal. Houthi akan melancarkan perang gerilya. Mereka juga akan melintasi perbatasan ke Arab Saudi untuk balas dendam. Kekhawatiran peningkatan eskalasi konflik yang lebih luas juga menjadi pertimbangan kuat Saudi.

“Operasi koalisi akan meningkatkan tekanan terhadap milisi Houthi yang tidak lagi akan mendapatkan keselamatan di Yaman,” ancam juru bicara Koalisi Arab, Ahmed Assiri, seperti dikutip AFP. Pesawat tempur koalisi Arab kemarin masih melanjutkan serangan ke basis pertahanan Yaman. AFP melaporkan, pesawat tempur terbang di langit Kota Sanaa sejak pukul 21.00 malam (Minggu) hingga 05.30 kemarin pagi.

Posisi milisi Houthi di sekitar Istana Presiden menjadi target serangan. Di Marib, 140 km timur Sanaa, fasilitas radar dan misil antipesawat menjadi target serangan pesawat tempur koalisi Arab. Posisi milisi Houthi semakin terjepit akibat serangan udara tersebut. Milisi Syiah yang didukung unit militer yang loyal kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh itu memilih bertahan dan bersembunyi. Mereka tidak berani melancarkan serangan balasan atau memanfaatkan pertahanan antipesawat.

Andika hm/ rarasati syarief/ant
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6966 seconds (0.1#10.140)