Puting Beliung Sapu 3 Kabupaten DIY
A
A
A
KULONPROGO - Angin puting beliung menerjang tiga kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak Rabu (25/3) hingga kemarin. Ketiga daerah itu adalah Kulonprogo, Sleman, dan Bantul.
Di Kulonprogo, puluhan pohon tumbang dan menimpa rumahrumah penduduk di Kecamatan Lendah. Dua di antaranya rata dengan tanah dan mengakibatkan tiga warga luka berat. Dua rumah ambruk tersebut adalah milik Mardi Wiyono, 70, dan anaknya, Tukiyo, 58, warga Kradenan, Desa Srikayangan, Sentolo. Sedangkan korban luka adalah Mukiyem, istri Mardi, dan April Cahyani (cucu).
Mereka luka patah tulang tangan dan bahu akibat tertimpa atap rumahnya yang ambruk, dan hinggakinimasihmenjalaniperawatan intensif di RSUD Wates. Satu korban lagi adalah Semi, warga Karangasem, Srikayangan. Dia juga menderita patah tulang tangan. Ketika hendak pulang ke rumahnya, di tengah jalan ada cabang pohon yang patah dan mengenai tangannya. Korban juga masih menjalani perawatan intensif di RSUD Wates.
”Saat itu hujan sangat deras dan anginnya memutar membuat pohon tumbang dan cabang patah-patah,” ujar Mardi. Menurutnya, saat kejadian dia tengah berada di dalam rumah bersama istri dan cucunya. Dia hanya mengalami luka ringan meski kejatuhan atap rumah. Beruntung, dia berada di sela-sela tiang penyangga sehingga badannya tidak terluka. Malangnya, reruntuhan justru menimpa cucu dan istrinya yang berada di dalam rumah.
Anak dari Mardi, Miskinah, juga tampak shock dengan musibah ini. Rumahnya yang bersebelahan dengan rumah orang tuanya juga rata dengan tanah. Sepeda motornya juga rusak tertimpa atap. Namun, dia bersyukur tidak mengalami luka serius meski sempat berada di bawah atap yang ambruk. Kepala Desa Srikayangan Aris Puryanto mengaku belum memiliki data pasti mengenai jumlah rumah warga yang tertimpa pohon akibat angin puting beliung.
Namun, sejauh ini ada sembilan laporan dari pedukuhan Kradenan dan Gunung Puyuh yang masuk. ”Kalau yang paling parah, ya di sini (Kradenan). Bahkan, ada tiga warga kami yang terluka,” sebutnya. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulonprogo Untung Waluyo mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan jumlah rumah rusak yang tertimpa pohon.
Apalagi, laporan terus bermunculan dari berbagai desa baik di Kecamatan Lendah, Sentolo, Pengasih, Wates, maupun di Girimulyo. Selain di Kulonprogo, angin kencang kembali memorakporandakan tiga kecamatan Sleman kemarin siang. Tiga wilayah itu yakni Kecamatan Sleman, Mlati, dan Ngaglik. Data BPBD Sleman hingga pukul 18.00 kemarin mencatat, angin kencang terjadi di 23 titik dan ada 19 rumah yang rusak karena tertimpa pohon.
Pohon tumbang juga menimpa tiang listrik dan memutus akses jalan sehingga arus lalu lintas menjadi terganggu. Itu terjadi di Dusun Tlacap, Pandowoharjo, Sleman. Di tempat ini juga ada empat titik pohon tumbang, tiga titik melintang di jalan, dan satu titik menimpa rumah. Di daerah Karangtanjung, Pandowoharjo, juga terjadi tanah longsor. Petugas tim reaksi cepat (TRC) BPBD Sleman langsung diterjunkan ke wilayah yang terkena angin kencang dan tanah longsor.
Mereka dibantu relawan dan warga sekitar membersihkan dan mengamankan lokasi kejadian. Kepala Pelaksana BPBD Sleman Julisetiyono Dwi Wasito menjelaskan, selain memberikan bantuan logistik, rumah yang terkena angin kencang juga akan mendapatkan bantuan dana. Rumah rusak berat sebesar Rp2 juta, rusak sedang Rp1 juta, dan rusak ringan Rp500.000.
”Untuk kepentingan itu, kami sedang melakukan assessment (evaluasi) terhadap kategori kerusakan rumah warga,” katanya. Mengenai kerusakan di wilayah Kecamatan Tempel, Turi, Seyegan, dan Minggir yang terkena angin kencang pada Rabu (25/3) hingga Kamis (26/3) pagi, tercatat ada 27 rumah rusak yang terdiri atas 23 rusak ringan, 2 rusak sedang, dan 2 rusak berat.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengimbau masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan terhadap angin kencang maupun potensi bencana lain. Apalagi, musim hujan diperkirakan masih akan terjadi hingga April mendatang. ” Saya minta masyarakat selalu waspada. Termasuk, tim SAR juga siap siaga menghadapi musim pancaroba ini,” ungkapnya. Di Kabupaten Bantul hujan disertai angin kencang juga kembali melanda bagian barat dan selatan kemarin.
Beberapa pohon tumbang di Jalan Samas, Palbapang Bantul, dan seputaran Dusun Taruban. Pelaksana Harian Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto mengatakan, dalam tiga hari terakhir ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut cuaca ekstrem. Beberapa wilayah yang berada di cekungan seperti Kabupaten Bantul, Sleman, danKulonprogo harus mewaspadai kemungkinan terjadi angin kencang.
Dwi mengungkapkan, pada 2015 mulai Januari hingga Kamis (26/3) ini memang ada banyak angin ribut. Jika dibanding dengan 2014 periode yang sama, sebenarnya jumlahnya relatif lebih sedikit. Hanya, kerusakan yang ditimbulkan lebih besar meski jumlah kasusnya lebih sedikit. Untungnya, selama 2014 dan 2015 tidak ada korban jiwa akibat bencana angin rebut tersebut.
BPBD mencatat, selama 2014 ada sembilan kejadian angin rebut dengan pohon tumbang dan rumah rusak mencapai 185 buah. Kerusakan yang terjadi pun sangat variatif. Sementara pada 2015 hingga kini BPBD mencatat telah terjadi empat kali angin rebut. Dari kejadian itu, setidaknya ada 32 rumah rusak.
Erfanto linangkung/ kuntadi/priyo setyawan
Di Kulonprogo, puluhan pohon tumbang dan menimpa rumahrumah penduduk di Kecamatan Lendah. Dua di antaranya rata dengan tanah dan mengakibatkan tiga warga luka berat. Dua rumah ambruk tersebut adalah milik Mardi Wiyono, 70, dan anaknya, Tukiyo, 58, warga Kradenan, Desa Srikayangan, Sentolo. Sedangkan korban luka adalah Mukiyem, istri Mardi, dan April Cahyani (cucu).
Mereka luka patah tulang tangan dan bahu akibat tertimpa atap rumahnya yang ambruk, dan hinggakinimasihmenjalaniperawatan intensif di RSUD Wates. Satu korban lagi adalah Semi, warga Karangasem, Srikayangan. Dia juga menderita patah tulang tangan. Ketika hendak pulang ke rumahnya, di tengah jalan ada cabang pohon yang patah dan mengenai tangannya. Korban juga masih menjalani perawatan intensif di RSUD Wates.
”Saat itu hujan sangat deras dan anginnya memutar membuat pohon tumbang dan cabang patah-patah,” ujar Mardi. Menurutnya, saat kejadian dia tengah berada di dalam rumah bersama istri dan cucunya. Dia hanya mengalami luka ringan meski kejatuhan atap rumah. Beruntung, dia berada di sela-sela tiang penyangga sehingga badannya tidak terluka. Malangnya, reruntuhan justru menimpa cucu dan istrinya yang berada di dalam rumah.
Anak dari Mardi, Miskinah, juga tampak shock dengan musibah ini. Rumahnya yang bersebelahan dengan rumah orang tuanya juga rata dengan tanah. Sepeda motornya juga rusak tertimpa atap. Namun, dia bersyukur tidak mengalami luka serius meski sempat berada di bawah atap yang ambruk. Kepala Desa Srikayangan Aris Puryanto mengaku belum memiliki data pasti mengenai jumlah rumah warga yang tertimpa pohon akibat angin puting beliung.
Namun, sejauh ini ada sembilan laporan dari pedukuhan Kradenan dan Gunung Puyuh yang masuk. ”Kalau yang paling parah, ya di sini (Kradenan). Bahkan, ada tiga warga kami yang terluka,” sebutnya. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulonprogo Untung Waluyo mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan jumlah rumah rusak yang tertimpa pohon.
Apalagi, laporan terus bermunculan dari berbagai desa baik di Kecamatan Lendah, Sentolo, Pengasih, Wates, maupun di Girimulyo. Selain di Kulonprogo, angin kencang kembali memorakporandakan tiga kecamatan Sleman kemarin siang. Tiga wilayah itu yakni Kecamatan Sleman, Mlati, dan Ngaglik. Data BPBD Sleman hingga pukul 18.00 kemarin mencatat, angin kencang terjadi di 23 titik dan ada 19 rumah yang rusak karena tertimpa pohon.
Pohon tumbang juga menimpa tiang listrik dan memutus akses jalan sehingga arus lalu lintas menjadi terganggu. Itu terjadi di Dusun Tlacap, Pandowoharjo, Sleman. Di tempat ini juga ada empat titik pohon tumbang, tiga titik melintang di jalan, dan satu titik menimpa rumah. Di daerah Karangtanjung, Pandowoharjo, juga terjadi tanah longsor. Petugas tim reaksi cepat (TRC) BPBD Sleman langsung diterjunkan ke wilayah yang terkena angin kencang dan tanah longsor.
Mereka dibantu relawan dan warga sekitar membersihkan dan mengamankan lokasi kejadian. Kepala Pelaksana BPBD Sleman Julisetiyono Dwi Wasito menjelaskan, selain memberikan bantuan logistik, rumah yang terkena angin kencang juga akan mendapatkan bantuan dana. Rumah rusak berat sebesar Rp2 juta, rusak sedang Rp1 juta, dan rusak ringan Rp500.000.
”Untuk kepentingan itu, kami sedang melakukan assessment (evaluasi) terhadap kategori kerusakan rumah warga,” katanya. Mengenai kerusakan di wilayah Kecamatan Tempel, Turi, Seyegan, dan Minggir yang terkena angin kencang pada Rabu (25/3) hingga Kamis (26/3) pagi, tercatat ada 27 rumah rusak yang terdiri atas 23 rusak ringan, 2 rusak sedang, dan 2 rusak berat.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengimbau masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan terhadap angin kencang maupun potensi bencana lain. Apalagi, musim hujan diperkirakan masih akan terjadi hingga April mendatang. ” Saya minta masyarakat selalu waspada. Termasuk, tim SAR juga siap siaga menghadapi musim pancaroba ini,” ungkapnya. Di Kabupaten Bantul hujan disertai angin kencang juga kembali melanda bagian barat dan selatan kemarin.
Beberapa pohon tumbang di Jalan Samas, Palbapang Bantul, dan seputaran Dusun Taruban. Pelaksana Harian Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto mengatakan, dalam tiga hari terakhir ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut cuaca ekstrem. Beberapa wilayah yang berada di cekungan seperti Kabupaten Bantul, Sleman, danKulonprogo harus mewaspadai kemungkinan terjadi angin kencang.
Dwi mengungkapkan, pada 2015 mulai Januari hingga Kamis (26/3) ini memang ada banyak angin ribut. Jika dibanding dengan 2014 periode yang sama, sebenarnya jumlahnya relatif lebih sedikit. Hanya, kerusakan yang ditimbulkan lebih besar meski jumlah kasusnya lebih sedikit. Untungnya, selama 2014 dan 2015 tidak ada korban jiwa akibat bencana angin rebut tersebut.
BPBD mencatat, selama 2014 ada sembilan kejadian angin rebut dengan pohon tumbang dan rumah rusak mencapai 185 buah. Kerusakan yang terjadi pun sangat variatif. Sementara pada 2015 hingga kini BPBD mencatat telah terjadi empat kali angin rebut. Dari kejadian itu, setidaknya ada 32 rumah rusak.
Erfanto linangkung/ kuntadi/priyo setyawan
(bbg)