Eksplorasi Kekayaan Tana Toraja
A
A
A
JAKARTA - Kecintaannya terhadap tanah kelahirannya membuat Insmerda Lebang menulis buku berjudul Merajut Nusantara dalam Bingkai Budaya. Hal tersebut dipaparkan pada konferensi pers di Hall D1 JIEXPO Kemayoran, Jakarta, kemarin.
Terinspirasi dari anak didiknya di kepolisian, Arif Wachjunadi, yang membuat buku mengenai Nusa Tenggara Barat, tergeraklah Insmerda membuat buku Toraja , tempat yang dia selalu banggakan meski telah lama ditinggalkan untuk bertugas. Tujuan awal Insmerda adalah ingin mencari peradaban yang hilang dari negeri tercinta.
Menurutnya, bahari dan agraria yang paling mengalami kemunduran di Indonesia, sehingga dia sangat peduli dengan kelautan Indonesia. ”Sumber kekayaan laut Indonesia yang paling berpotensi, namun belum terkelola dengan baik,” ujar mantan Kababinkum Mabes Polri. Lantas mengapa Toraja yang dia angkat, padahal wilayah tersebut berada di utara Sulawesi Selatan yang jauh dari laut.
Dengan yakin, dia menjawab, ”Memang Tanah Toraja itu tidak punya laut, tapi saya ingin memberi semangat kepada pelaut-pelaut Bugis, Makassar, dan Mandar karena secara historisnya mereka itu satu kesatuan geografis, kultur, dan leluhur dengan Toraja.” Selain itu, dia ingin menegaskan bahwa Tana Toraja bukan hanya dikenal karena memiliki tradisi pemakaman yang beda dari daerah lain di Indonesia, namun juga merupakan daerah yang penuh seni.
Di Tana Toraja, rumah diukir dengan penuh arti. ”Apa yang terjadi pada diri mereka diukir ceritanya di rumah mereka. Misalkan jika ada kegagalan, mereka buat agar kelak orang lain melihat dan tidak mengulangi, ” jelasnya. Seni memang kental di kehidupan warga Toraja seperti musik yang khas, tarian, kerajinan tangan yang ditenun langsung dari kapas. Toraja juga punya kebanggaan yang sudah terkenal hingga ke seluruh dunia yakni kopi arabika Toraja.
Di museum mini yang juga bagian dari peluncuran buku Toraja: Merajut Nusantara dalam Bingkai Budaya ini, seni dan ciri khas Toraja dipamerkan termasuk kopi Toraja. Para undangan yang terdiri dari perwakilan seluruh suku etnik di Indonesia, aliansi adat, pemerintah kota, kementerian terkait, dan duta besar negara sahabat diharapkan akan lebih mengenal Toraja.
Dengan begitu, Tana Toraja bakal menjadi tempat pariwisata yang ramai dikunjungi turis domestik dan mancanegara. ”Ini sebagai persiapan agar Toraja siap jadi pariwisata dan memacu siapa pun untuk membuat buku mengenai daerah-daerah di Indonesia. Jangan orang luar negeri saja yang buat buku tentang daerah kita, harus anak bangsa yang berkarya demi merajut Nusantara,” harapnya.
Ananda nararya/Ridwansyah
Terinspirasi dari anak didiknya di kepolisian, Arif Wachjunadi, yang membuat buku mengenai Nusa Tenggara Barat, tergeraklah Insmerda membuat buku Toraja , tempat yang dia selalu banggakan meski telah lama ditinggalkan untuk bertugas. Tujuan awal Insmerda adalah ingin mencari peradaban yang hilang dari negeri tercinta.
Menurutnya, bahari dan agraria yang paling mengalami kemunduran di Indonesia, sehingga dia sangat peduli dengan kelautan Indonesia. ”Sumber kekayaan laut Indonesia yang paling berpotensi, namun belum terkelola dengan baik,” ujar mantan Kababinkum Mabes Polri. Lantas mengapa Toraja yang dia angkat, padahal wilayah tersebut berada di utara Sulawesi Selatan yang jauh dari laut.
Dengan yakin, dia menjawab, ”Memang Tanah Toraja itu tidak punya laut, tapi saya ingin memberi semangat kepada pelaut-pelaut Bugis, Makassar, dan Mandar karena secara historisnya mereka itu satu kesatuan geografis, kultur, dan leluhur dengan Toraja.” Selain itu, dia ingin menegaskan bahwa Tana Toraja bukan hanya dikenal karena memiliki tradisi pemakaman yang beda dari daerah lain di Indonesia, namun juga merupakan daerah yang penuh seni.
Di Tana Toraja, rumah diukir dengan penuh arti. ”Apa yang terjadi pada diri mereka diukir ceritanya di rumah mereka. Misalkan jika ada kegagalan, mereka buat agar kelak orang lain melihat dan tidak mengulangi, ” jelasnya. Seni memang kental di kehidupan warga Toraja seperti musik yang khas, tarian, kerajinan tangan yang ditenun langsung dari kapas. Toraja juga punya kebanggaan yang sudah terkenal hingga ke seluruh dunia yakni kopi arabika Toraja.
Di museum mini yang juga bagian dari peluncuran buku Toraja: Merajut Nusantara dalam Bingkai Budaya ini, seni dan ciri khas Toraja dipamerkan termasuk kopi Toraja. Para undangan yang terdiri dari perwakilan seluruh suku etnik di Indonesia, aliansi adat, pemerintah kota, kementerian terkait, dan duta besar negara sahabat diharapkan akan lebih mengenal Toraja.
Dengan begitu, Tana Toraja bakal menjadi tempat pariwisata yang ramai dikunjungi turis domestik dan mancanegara. ”Ini sebagai persiapan agar Toraja siap jadi pariwisata dan memacu siapa pun untuk membuat buku mengenai daerah-daerah di Indonesia. Jangan orang luar negeri saja yang buat buku tentang daerah kita, harus anak bangsa yang berkarya demi merajut Nusantara,” harapnya.
Ananda nararya/Ridwansyah
(bbg)