Rusun Buruh Akan Dibangun di Tangerang
A
A
A
TANGERANG - Pemkot Tangerang telah menawarkan ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan berupa dua bidang tanah aset daerah di Palem Semi, Karawaci, dan Cimone, Kota Tangerang, untuk pembangunan empat tower rumah susun (rusun) bagi buruh.
Penyediaan lahan seluas 2 hektare tanah itu sesuai kebutuhan BPJS Ketenagakerjaan yang akan merealisasikan rusun pada 2016. ”Pembangunan rusun oleh BPJS Ketenagakerjaan ini mendukung program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam membangun 1 juta unit rumah,” ujar Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah kemarin.
Atas penawaran kedua lahan tersebut, pihak BPJS Ketenagakerjaan terlebih dulu akan membuat feasibility study (FS) pendirian rusun yang diperuntukkan bagi para tenaga kerja di Kota Tangerang. ”Pemilihan rumah susun untuk tenaga kerja cukup relevan seiring dengan keterbatasan lahan di Tangerang,” katanya.
Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Tangerang Irwan Ibrahim mengaku telah mendengar langsung pernyataan wali kota Tangerang mengenai penawaran aset daerah untuk pembangunan rusun buruh. ”Dan kami menyambut baik rencana itu,” katanya.
Di bagian lain, meski dua rusun di Jakarta Barat yakni Rusun Daan Mogot dan Rusun Tambora mulai ditempati sejumlah warga, beberapa fasilitas dan sarana masih belum memadai. Rusun Daan Mogot yang direncanakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai rusun superblok, kini kondisinya sangat memprihatinkan bila dibandingkan dengan Rusun Tambora.
Sejak dihuni warga pada Desember 2014, fasilitas air bersih di delapan tower rusun ini tak kunjung datang. Air keruh terkadang berbau menjadi hal biasa bagi 800 warga Rusun Daan Mogot. Demi air bersih, warga terpaksa membeli air keliling seharga Rp2.000 per jeriken. Selain masalah air, jalan sepanjang 100 meter di rusun tersebut itu dipenuhi lumpur dan lubang.
Nur Wati, 60, penghuni tower B kamar 201, mengatakan selain persoalan air bersih dan jalan, warga juga membutuhkan pasar yang tidak jauh dari rusun. ”Di sini belum ada pasar, orang dagang saja hanya jual seadanya,” ujar ibu tiga anak ini. Kondisi Rusun Daan Mogot sangat berbeda bila melihat Rusun Tambora yang belum lama ini diresmikan Ahok.
Rusun ini jika di Singapura sangatlah mewah untuk tingkat masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Pada rusun itu, tiga blok dengan ketinggian 16 lantai saling terhubung. Di setiap bloknya terdapat satu unit lift dengan kapasitas 15 orang dengan beban berat 1.000 kilogram disiapkan untuk mobilitas penghuni.
Di lantai dua rusun, tiap bloknya terdapat kios ukuran 2x3 meter yang direncanakan sebagai pasar untuk kebutuhan dapur. Warga juga tidak perlu direpotkan naik turun tangga maupun lift bila ingin membuang sampah, karena sebuah tempat pembuangan sudah disalurkan ke tiap lantai dan terintegrasi dengan penampungan besar pada lantai dasar.
Sekalipun terlihat sempurna dari luar, namun masih ada beberapa masalah. Enam lift di tiga blok itu hanya tiga yang beroperasi. Akibatnya saat pagi dan sore hari, khususnya menjelang jam sibuk terjadi kepadatan pengguna lift.
Sejumlah warga yang ingin menuju lantai 16 dari lantai dasar terpaksa membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Kondisi berdesak-desakan terjadi saat lift terisi penuh.”Kalau sudah begini saya lebih baik naik tangga,” kata Suryadi, 26, penghuni rusun lantai 13 Blok B No 14.
Denny irawan/Yan yusuf
Penyediaan lahan seluas 2 hektare tanah itu sesuai kebutuhan BPJS Ketenagakerjaan yang akan merealisasikan rusun pada 2016. ”Pembangunan rusun oleh BPJS Ketenagakerjaan ini mendukung program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam membangun 1 juta unit rumah,” ujar Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah kemarin.
Atas penawaran kedua lahan tersebut, pihak BPJS Ketenagakerjaan terlebih dulu akan membuat feasibility study (FS) pendirian rusun yang diperuntukkan bagi para tenaga kerja di Kota Tangerang. ”Pemilihan rumah susun untuk tenaga kerja cukup relevan seiring dengan keterbatasan lahan di Tangerang,” katanya.
Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Tangerang Irwan Ibrahim mengaku telah mendengar langsung pernyataan wali kota Tangerang mengenai penawaran aset daerah untuk pembangunan rusun buruh. ”Dan kami menyambut baik rencana itu,” katanya.
Di bagian lain, meski dua rusun di Jakarta Barat yakni Rusun Daan Mogot dan Rusun Tambora mulai ditempati sejumlah warga, beberapa fasilitas dan sarana masih belum memadai. Rusun Daan Mogot yang direncanakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai rusun superblok, kini kondisinya sangat memprihatinkan bila dibandingkan dengan Rusun Tambora.
Sejak dihuni warga pada Desember 2014, fasilitas air bersih di delapan tower rusun ini tak kunjung datang. Air keruh terkadang berbau menjadi hal biasa bagi 800 warga Rusun Daan Mogot. Demi air bersih, warga terpaksa membeli air keliling seharga Rp2.000 per jeriken. Selain masalah air, jalan sepanjang 100 meter di rusun tersebut itu dipenuhi lumpur dan lubang.
Nur Wati, 60, penghuni tower B kamar 201, mengatakan selain persoalan air bersih dan jalan, warga juga membutuhkan pasar yang tidak jauh dari rusun. ”Di sini belum ada pasar, orang dagang saja hanya jual seadanya,” ujar ibu tiga anak ini. Kondisi Rusun Daan Mogot sangat berbeda bila melihat Rusun Tambora yang belum lama ini diresmikan Ahok.
Rusun ini jika di Singapura sangatlah mewah untuk tingkat masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Pada rusun itu, tiga blok dengan ketinggian 16 lantai saling terhubung. Di setiap bloknya terdapat satu unit lift dengan kapasitas 15 orang dengan beban berat 1.000 kilogram disiapkan untuk mobilitas penghuni.
Di lantai dua rusun, tiap bloknya terdapat kios ukuran 2x3 meter yang direncanakan sebagai pasar untuk kebutuhan dapur. Warga juga tidak perlu direpotkan naik turun tangga maupun lift bila ingin membuang sampah, karena sebuah tempat pembuangan sudah disalurkan ke tiap lantai dan terintegrasi dengan penampungan besar pada lantai dasar.
Sekalipun terlihat sempurna dari luar, namun masih ada beberapa masalah. Enam lift di tiga blok itu hanya tiga yang beroperasi. Akibatnya saat pagi dan sore hari, khususnya menjelang jam sibuk terjadi kepadatan pengguna lift.
Sejumlah warga yang ingin menuju lantai 16 dari lantai dasar terpaksa membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Kondisi berdesak-desakan terjadi saat lift terisi penuh.”Kalau sudah begini saya lebih baik naik tangga,” kata Suryadi, 26, penghuni rusun lantai 13 Blok B No 14.
Denny irawan/Yan yusuf
(ftr)