Rawan Pangan di Negara Agraris

Rabu, 25 Maret 2015 - 07:57 WIB
Rawan Pangan di Negara...
Rawan Pangan di Negara Agraris
A A A
Sebuah postingan 9gag di Instagram mengatakan ”worldworlds hunger is getting ridiculous, theres hunger is getting ridiculous, theres more fruit and vegetable in rich mans more fruit and vegetable in rich mans shampoo than in a poor mans shampoo than in a poor mans plate ”.

Meskipun 9gag adalah sebuah situs yang menyajikan banyak postingan berbau komedi, kerap postingan 9gag justru menguak sisi dunia secara konkret. Dewasa ini, kerawanan pangan memang menjadi sebuah masalah yang berarti, terutama di negara-negara miskin dan berkembang.

Perlu diingat bahwa, di era globalisasi saat ini, terdapat redefinisi makna keamanan nasional yang tidak hanya berkutat pada wilayah keamanan secara teritori ataupun ekonomi saja. Namun juga berkenaan pada keamanan bagi setiap individu, termasuk aman dari kerawanan pangan atau kelaparan.

Ironisnya, kerawanan pangan dan bencana kelaparan masih melanda Indonesia yang notabene dikenal sebagai negara agraris dengan prestasi swasembada pangan di era kepemimpinan Presiden Soeharto. Penulis melihat beberapa alternatif kebijakan serta strategi dalam menanggulangi kerawanan pangan dapat dilakukan melalui beberapa sektor.

Tentu saja strategi dalam mengatasi masalah kerawanan pangan harus dilakukan secara holistis baik itu melalui implementasi kebijakan pemerintah, dukungan dari sektor swasta dan akademis, maupun pemecahan masalah secara terpadu oleh masyarakat.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menekan angka kerawanan pangan di negara agraris seperti Indonesia antara lain; pertama, merangsang peningkatan daya beli masyarakat melalui diversifikasi usaha. Kedua, kembali menciptakan kawasan pertanian berbasis pedesaan untuk mengaglomerasi produktivitas.

Ketiga, peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang agraris melalui fasilitas pendidikan agar kualitas komoditas pertanian meningkat. Keempat, membangun sarana-prasarana fisik yang dapat mempermudah aktivitas pertanian. Kelima, pembukaan keterisolasian sebuah kawasan pertanian untuk menciptakan jaringan sektor pertanian yang terstruktur dalam level nasional.

Keenam, membuka dan mempermudah akses permodalan ke sektor pertanian melalui lembaga khusus, sehingga alokasi dana tepat guna. Selain itu, masyarakat pun juga dapat ambil peranan dengan mengubah kebiasaan konsumsi dengan meningkatkan keragaman jenis konsumsi sesuai dengan diversifikasi usaha yang diupayakan pemerintah.

Tentu saja langkah-langkah di atas perlu komitmen yang tinggi, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta, para akademisi hingga masyarakat guna memaksimalkan upaya menekan kerawanan pangan di negeri agraris.

Resvia Afrilene
Mahasiswi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3103 seconds (0.1#10.140)