Optimistis dan Kerja Nyata

Selasa, 24 Maret 2015 - 10:01 WIB
Optimistis dan Kerja Nyata
Optimistis dan Kerja Nyata
A A A
Nurul Khomariyah
Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Anggota KSM Eka Prasetya. Universitas Indonesia

”Gemah ripah loh jinawi”, pepatah Jawa tersebut menggambarkan alangkah sejahtera dan makmurnya negeri Indonesia dengan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah ruah.

Namun menengok kembali kondisikekinianIndonesia, masihkah pantas terus menggembor- gemborkan kekayaan alam kita, sementara sebagian besar produk pangan pertanian kita dipasok dari luar negeri. Tidak dimungkiri, meskipun sekarang ini perekonomian Indonesia telah banyak beralih ke sektor industri dan jasa, pertanian masih menjadi sektor yang urgent.

Pertanian menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Indonesia dalam hal pangan. Sayangnya, Indonesia yang terus berupaya melakukan progres pembangunan perekonomian justru kerap melupakan sektor penting ini. Kondisi petani Indonesia sebagai pengolah dan pengelola lahan pertanian untuk penyediaan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Pemerintah kurang memperhatikan hak petani untuk memperoleh pendidikan dan sarana pendukung pertanian seperti pupuk, benih, dan pestisida.

Kebijakan subsidi pupuk yang diberlakukan Indonesia sering kali salah sasaran, sementara dari permasalahan benih produksi benih perusahaan pembenihan Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan benih nasional, sehingga pasokan benih mengalir dari perusahaan pembenihan multinasional . Fakta yang lebih ironis lagi yaitu sarjanasarjana pertanian Indonesia justru kurang mempunyai spirit untuk meningkatkan kesejahteraan sektor pertanian Indonesia, kebanyakan dari mereka memilih terjun di profesi lain.

Permasalahan pertanian Indonesia semakin pelik dengan terus meningkatnya persentase impor produk pangan pertanian. Surat Keputusan Impor sepanjang 2014 yang diterbitkan dengan persetujuan dari menteri perdagangan turut memperpuruki nasib petani Indonesia. Padahal, impor Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, seperti pada tahun 2010 hingga 2013 peningkatan impor beras mencapai 482,6%, kedelai 57%, bawang merah 98,8%, sementara impor cabai merah meningkat hingga 141%.

Tahun 2014 dengan terpilihnya pasangan presiden dan wakil presiden, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia diprediksikan optimistis untuk mencapai kedaulatan pangan yang pro dengan peningkatan kualitas sektor pertaninan. Pasangan ini bertekad membangun kedaulatan pangan dengan langkah sebagai berikut: 1) penyusunan kebijakan pengendalian atas impor pangan, 2) implementasi reforma agraria, 3) penanggulangan kemiskinan pertanian dan regenerasi petani, 4) penanggulangan kemiskinan pertanian.

Terlaksananya program kerja Jokowi-JK tersebut jelas sangat dinantikan seluruh masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang baik akan mendukung performa perekonomian yang baik pula. Pemerintah tidak boleh lagi kecolongan, konversi lahan pertanian untuk perumahan dan industrialisasi harus seminimal mungkin ditekan. Industrialisasi boleh digalakkan, tetapi pembangunan sektor pertanian pun harus terus dikedepankan.

Pemerintah juga harus meningkatkan insentif kepada sarjana-sarjana pertanian di Indonesia agar dapat bersumbangsih dalam peningkatan kesejahteraan sektor pertanian. Selain mendukung petani dengan menyediakan dan mempermudah bantuan untuk mengakses sarana produksi pertanian, pemerintah juga wajib memberikan edukasi kepada para petani Indonesia agar dapat bercocok tanam dengan lebih cerdas, kreatif, dan mandiri.

Meningkatkan performa agraria di Indonesia harus disertai dengan sinergi optimistisme dan kerja nyata.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0484 seconds (0.1#10.140)