2 Masjid Dibom, Ratusan Orang Tewas
A
A
A
SANAA - Tiga bom bunuh diri di dua masjid menewaskan sedikitnya 126 orang dan 280 terluka di Sanaa, Yaman, kemarin. Ledakan itu akan memicu perang sipil antara Syiah dan Sunni.
Serangan bom itu terjadi saat Salat Jumat yang dihadiri milisi Syiah Houthi. Puluhan orang terluka dalam serangan itu. Tragedi itu memperkeruh situasi krisis Yaman. Satu bom meledak di Masjid Bard di Sanaa selatan dan diikuti ledakan lain di pintu gerbang masjid ketika jamaah berlarian. Bom bunuh diri ketiga meledak di Masjid Al-Hashahush di Sanaa utara.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. ”Tiga ledakan bom bunuh diri itu menewaskan 126 orang dan melukai ratusan orang lainnya,” ungkap para petugas medis, dikutip Al Jazeera. Ulama ternama Houthi Al-Murtada bin Zayd al-Muhatwari sekaligus iman besar Masjid Badr juga dikabarkan meninggal dunia.
Seorang saksi mata mengungkapkan dia mendengar dua ledakan. ”Saya hendak salat di masjid ketika mendengar ledakan pertama. Beberapa saat kemudian, saya mendengar bom lainnya,” kata saksi mata kepada Reuters. Bom bunuh diri itu paling mematikan setelah sebuah bom yang menewaskan 40 orang di akademi polisi Sanaa pada Januari lalu.
Badan Keamanan Tertinggi Yaman menuding Al- Qaeda berada di belakang ledakan di Sanaa. Namun, pemimpin kelompok gerilyawan itu membantah pihaknya mendalangi aksi bom bunuh diri tersebut.
Menurut Pemimpin Redaksi Yemen Post Hakim Almasmari, puluhan orang terluka dan tewas dalam serangan itu. ”Ledakan itu akan memicu eskalasi ketegangan antara Houthi dan faksi politik lainnya,” kata Almasmari.
Sementara Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI), Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan tidak ada korban WNI dalam ledakan bom di dua masjid di Yaman. ”Tidak ada korban dalam ledakan di Yaman,” ujarnya kepada KORAN SINDO.
Milisi Syiah Houthi menguasai Sanaa pada September lalu. Sejak saat itu semakin menguatkan kekuasaannya di ibu kota Yaman itu. Upaya Houthi memperluas kekuasaannya ke daerah lain di Yaman mendapat perlawanan sengit dari Al-Qaeda dan sejumlah suku Sunni.
Yaman merupakan garis depan perang antara AS melawan Al-Qaeda, jatuh ke dalam kekacauan politik sejak tergulingnya diktator Ali Abdullah Saleh pada 2012 melalui perlawanan rakyat. Sementara itu, serangan udara terhadap istana kepresidenan Presiden Mansour Hadi pada Kamis (19/3) di Aden memaksanya untuk mengungsi.
Serangan itu dihalau dengan senjata-senjata antipesawat yang ditempatkan di dekat istana sehingga memaksa pesawat tersebut mundur. ”Presiden Hadi sudah dipindahkan ke tempat yang aman, namun beliau belum meninggalkan Yaman,” ungkap sumber yang tidak disebutkan namanya.
Hadi mengungsi ke Aden setelah meninggalkan penahanan rumah di bawah milisi Houthi yang mengendalikan ibu kota negara, Sanaa. Serangan istana itu muncul hanya beberapa jam setelah serangan maut di Bandar Udara Internasional Aden.
Sedikitnya tujuh pasukan khusus dan empat anggota milisi propemerintah tewas dalam pertempuran di Aden pada Kamis lalu. 54 orang terluka dalam serangan itu. Bandara Aden langsung ditutup setelah serangan itu. Setidaknya empat orang tewas dan puluhan lain luka- luka setelah pertempuran sengit terjadi antara para pendukung Hadi dan musuh-musuhnya.
Seorang petinggi militer Jenderal Abdel Hafedh al-Sakkaf selamat dalam serangan itu.”Dia(Sakkaf) berhasil melarikan diri dari pembunuhan, tetapi seorang pengawal ditembak dan tiga orang lainnya tewas karena mobilnya terguling,” ujar sumber yang tak disebutkan namanya, dikutip AFP.
Berbagai serangan ke Aden setelah pasukan Komite Populer pro- Mansour Hadi menguasai Aden. Mereka menguasai banyak pos pemeriksaan di kota yang relatif tenang sebelumnya.
Sementara itu, Sanaa di ambang perang sipil. Semua pihak berkontribusi dalam ketegangan politik dan ekonomi di Yaman. Ketegangan di Yaman dipicu oleh Milisi Syiah Houthi yang menguasai Sanaa, ibu kota Yaman, sejak September lalu. Upaya sepihak gerilyawan yang didukung Iran itu memicu kehancuran dan kevakuman pemerintahan pusat.
Gerilyawan Al-Qaeda juga mulai unjuk gigi dengan menguasai pangkalan militer di Yaman selatan. Sekjen PBB Ban Ki-moon bahkan mengungkapkan, Yaman akan hancur di depan mata dunia. Dia menyerukan anggota Dewan Keamanan menurunkan ketegangan di Yaman dan mengembalikan faksi-faksi bertikai untuk bernegosiasi kembali.
Faksi-faksi politik Yaman seperti sangat sulit untuk bersatu. Mereka yang terlibat dalam berbagai negosiasi PBB juga sangat pesimistis. Mereka memandang PBB tidak konsisten karena tidak menjaga ketika Milisi Houthi menggulingkan kekuasaan pemerintah. Milisi Syiah yang sudah menguasai pemerintahan Sanaan itu enggan bernegosiasi.
Sedangkan kelompok Ansar al-Sharia yang terkait Al-Qaeda telah merebut sebuah pangkalan militer di bagian selatan Yaman. Ansar al-Sharia menyatakan mereka telah menanam bom di pangkalan militer di Kota Bayhan.
Andika hendra m
Serangan bom itu terjadi saat Salat Jumat yang dihadiri milisi Syiah Houthi. Puluhan orang terluka dalam serangan itu. Tragedi itu memperkeruh situasi krisis Yaman. Satu bom meledak di Masjid Bard di Sanaa selatan dan diikuti ledakan lain di pintu gerbang masjid ketika jamaah berlarian. Bom bunuh diri ketiga meledak di Masjid Al-Hashahush di Sanaa utara.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. ”Tiga ledakan bom bunuh diri itu menewaskan 126 orang dan melukai ratusan orang lainnya,” ungkap para petugas medis, dikutip Al Jazeera. Ulama ternama Houthi Al-Murtada bin Zayd al-Muhatwari sekaligus iman besar Masjid Badr juga dikabarkan meninggal dunia.
Seorang saksi mata mengungkapkan dia mendengar dua ledakan. ”Saya hendak salat di masjid ketika mendengar ledakan pertama. Beberapa saat kemudian, saya mendengar bom lainnya,” kata saksi mata kepada Reuters. Bom bunuh diri itu paling mematikan setelah sebuah bom yang menewaskan 40 orang di akademi polisi Sanaa pada Januari lalu.
Badan Keamanan Tertinggi Yaman menuding Al- Qaeda berada di belakang ledakan di Sanaa. Namun, pemimpin kelompok gerilyawan itu membantah pihaknya mendalangi aksi bom bunuh diri tersebut.
Menurut Pemimpin Redaksi Yemen Post Hakim Almasmari, puluhan orang terluka dan tewas dalam serangan itu. ”Ledakan itu akan memicu eskalasi ketegangan antara Houthi dan faksi politik lainnya,” kata Almasmari.
Sementara Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI), Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan tidak ada korban WNI dalam ledakan bom di dua masjid di Yaman. ”Tidak ada korban dalam ledakan di Yaman,” ujarnya kepada KORAN SINDO.
Milisi Syiah Houthi menguasai Sanaa pada September lalu. Sejak saat itu semakin menguatkan kekuasaannya di ibu kota Yaman itu. Upaya Houthi memperluas kekuasaannya ke daerah lain di Yaman mendapat perlawanan sengit dari Al-Qaeda dan sejumlah suku Sunni.
Yaman merupakan garis depan perang antara AS melawan Al-Qaeda, jatuh ke dalam kekacauan politik sejak tergulingnya diktator Ali Abdullah Saleh pada 2012 melalui perlawanan rakyat. Sementara itu, serangan udara terhadap istana kepresidenan Presiden Mansour Hadi pada Kamis (19/3) di Aden memaksanya untuk mengungsi.
Serangan itu dihalau dengan senjata-senjata antipesawat yang ditempatkan di dekat istana sehingga memaksa pesawat tersebut mundur. ”Presiden Hadi sudah dipindahkan ke tempat yang aman, namun beliau belum meninggalkan Yaman,” ungkap sumber yang tidak disebutkan namanya.
Hadi mengungsi ke Aden setelah meninggalkan penahanan rumah di bawah milisi Houthi yang mengendalikan ibu kota negara, Sanaa. Serangan istana itu muncul hanya beberapa jam setelah serangan maut di Bandar Udara Internasional Aden.
Sedikitnya tujuh pasukan khusus dan empat anggota milisi propemerintah tewas dalam pertempuran di Aden pada Kamis lalu. 54 orang terluka dalam serangan itu. Bandara Aden langsung ditutup setelah serangan itu. Setidaknya empat orang tewas dan puluhan lain luka- luka setelah pertempuran sengit terjadi antara para pendukung Hadi dan musuh-musuhnya.
Seorang petinggi militer Jenderal Abdel Hafedh al-Sakkaf selamat dalam serangan itu.”Dia(Sakkaf) berhasil melarikan diri dari pembunuhan, tetapi seorang pengawal ditembak dan tiga orang lainnya tewas karena mobilnya terguling,” ujar sumber yang tak disebutkan namanya, dikutip AFP.
Berbagai serangan ke Aden setelah pasukan Komite Populer pro- Mansour Hadi menguasai Aden. Mereka menguasai banyak pos pemeriksaan di kota yang relatif tenang sebelumnya.
Sementara itu, Sanaa di ambang perang sipil. Semua pihak berkontribusi dalam ketegangan politik dan ekonomi di Yaman. Ketegangan di Yaman dipicu oleh Milisi Syiah Houthi yang menguasai Sanaa, ibu kota Yaman, sejak September lalu. Upaya sepihak gerilyawan yang didukung Iran itu memicu kehancuran dan kevakuman pemerintahan pusat.
Gerilyawan Al-Qaeda juga mulai unjuk gigi dengan menguasai pangkalan militer di Yaman selatan. Sekjen PBB Ban Ki-moon bahkan mengungkapkan, Yaman akan hancur di depan mata dunia. Dia menyerukan anggota Dewan Keamanan menurunkan ketegangan di Yaman dan mengembalikan faksi-faksi bertikai untuk bernegosiasi kembali.
Faksi-faksi politik Yaman seperti sangat sulit untuk bersatu. Mereka yang terlibat dalam berbagai negosiasi PBB juga sangat pesimistis. Mereka memandang PBB tidak konsisten karena tidak menjaga ketika Milisi Houthi menggulingkan kekuasaan pemerintah. Milisi Syiah yang sudah menguasai pemerintahan Sanaan itu enggan bernegosiasi.
Sedangkan kelompok Ansar al-Sharia yang terkait Al-Qaeda telah merebut sebuah pangkalan militer di bagian selatan Yaman. Ansar al-Sharia menyatakan mereka telah menanam bom di pangkalan militer di Kota Bayhan.
Andika hendra m
(ftr)