Presiden Ajak Umat Hayati Nilai Luhur Hindu
A
A
A
SLEMAN - Ribuan umat Hindu mengikuti upacara Tawur Agung Kesanga untuk menyambut Hari Raya Nyepi di Kompleks Candi Prambanan, Sleman, Yogyakarta, kemarin.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir langsung pada acara bertemakan ”Membangun Harmoni, Kesadaran Spiritual, dan Budaya Nasional” tersebut. Dalam sambutan Jokowi mengajak kepada seluruh umat Hindu di Tanah Air bisa menghayati nilai-nilai luhur Hindu. ”Saya mengajak kepada umat Hindu agar menghayati nilai luhur Hindu, semangat kebersamaan, gotong- royong, persatuan dalam keberagaman Indonesia,” katanya.
Dia juga berharap, umat Hindu akan mendapatkan kedamaian, kebahagiaan, serta kesejahteraan. Upacara Tawur Agung Kesanga juga sebagai sarana untuk melakukan introspeksi diri atau evaluasi diri dalam membersihkan jiwa dari segala hal yang tidak baik.
”Dalam menciptakan kedamaian, ketenteraman, dan harmoni tentu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dihadirkan. Dengan meningkatkan diri, dalam membangun hubungan manusiadenganTuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan lingkungannya,” tuturnya.
Hari Nyepi, lanjut Jokowi, merupakan kesempatan untuk membangun hubungan yang harmonis antarsesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Untuk itu, dia meminta umat Hindu melanjutkan pengabdian terbaik untuk negara dan diharapkan dapat bahumembahu untuk membangun Indonesia yang maju sejahtera dan bermartabat.
Dalam kunjungannya kemarin, Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana serta Menteri Sekretaris Negara Pratikno beserta istri. Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, serta Wakil Ketua DPD GKR Hemas yang juga permaisuri Sri Sultan HB X.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada upacara Tawur Agung ini juga dihadirkan beberapa ogoh-ogoh. Selanjutnya ogoh-ogoh diarak ke beberapa titik salah satunya pusat Kota Yogyakarta, Malioboro.
Hari ini, dalam rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937 ini, umat Hindu menyucikan diri dengan melakukan Catur Bratha Penyepian yakni menghentikan aktivitas yang berkaitan dengan Eka Dasa Indria sehingga jasmani dan rohani dikendalikan kegiatannya selama 24 jam.
Ini mengajarkan bahwa pada suatu waktu manusia perlu menoleh ke dalam diri sendiri, mendengar bisikan pribadi yang jujur, dan murni bersih. Dengan jalan itu, diharapkan umat menjadi lebih arif dan lebih bijak. ”Juga agar sekaligus memperoleh kekuatan baru dalam menghadapi tantangan hidup yang semakin kompleks masa kini dan yang akan datang,” kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) DIY Ida Bagus Agung.
Di Bali, umat Hindu di 1.480 desa adat juga melaksanakan ritual Tawur Agung Kesanga. Kegiatan ritual itu digelar secara berjenjang, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/ kota, hingga tingkatan rumah tangga yang berakhir pada sore hari kemarin.
Kegiatan ritual yang dilakukan secara serentak di seluruh desa adat (pekraman ) di Pulau Dewata itu bertujuan menyucikan alam semesta dan isinya serta meningkatkan hubungan dan keharmonisan antara sesama manusia, manusia dengan lingkungannya, serta manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana).
Untuk Tawur Kesanga yang dipusatkan di Pura Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali timur masing-masing kecamatan mengirim utusan untuk mencari air suci (tirta ), kemudian membagikannya kepada seluruh umat di wilayahnya.
Tingkat kabupaten melaksanakan kegiatan serupa dengan kelengkapannya mengambil lokasi di Kawasan Catus Pata (Perempatan Agung) pada tengah hari sekitar pukul 12.00 Wita. Tingkat kecamatan menggunakan upakara Caru Panca Sanak, dilanjutkan di tingkat desa dengan menggunakan upakara Caru Panca Sata, serta di tingkat banjar menggunakan upakara Caru Eka Sata.
Kegiatan tersebut berakhir pada tingkatan rumah tangga pada sore hari dengan menggunakan Banten Pejati, Sakasidan , dan Segehan Agung Cacahan 11/33 Tanding. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan ritual pengrupukan yang diwarnai dengan arakarakan ogoh-ogoh oleh anakanak muda.
Arakan ogoh-ogoh dilakukan hampir di setiap desa pekraman di delapan kabupaten dan satu kota di Bali. Keesokan harinya melaksanakan ibadah Tapa Bratha Penyepian. Empat pantangan tersebut meliputi tidak bekerja atau melakukan kegiatan (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni ), tidak bepergian (amati lelungan), serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang- senang, atau hura-hura (amati lelanguan).
”Pelaksanaan Catur Bratha Penyepian diawasi secara ketat oleh petugas keamanan desa adat (pecalang ) di bawah koordinasi prajuru atau pengurus banjar setempat,” kata Ketua PHDI Bali I Ngurah Sudiana.
Ridho hidayat/ant
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir langsung pada acara bertemakan ”Membangun Harmoni, Kesadaran Spiritual, dan Budaya Nasional” tersebut. Dalam sambutan Jokowi mengajak kepada seluruh umat Hindu di Tanah Air bisa menghayati nilai-nilai luhur Hindu. ”Saya mengajak kepada umat Hindu agar menghayati nilai luhur Hindu, semangat kebersamaan, gotong- royong, persatuan dalam keberagaman Indonesia,” katanya.
Dia juga berharap, umat Hindu akan mendapatkan kedamaian, kebahagiaan, serta kesejahteraan. Upacara Tawur Agung Kesanga juga sebagai sarana untuk melakukan introspeksi diri atau evaluasi diri dalam membersihkan jiwa dari segala hal yang tidak baik.
”Dalam menciptakan kedamaian, ketenteraman, dan harmoni tentu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dihadirkan. Dengan meningkatkan diri, dalam membangun hubungan manusiadenganTuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan lingkungannya,” tuturnya.
Hari Nyepi, lanjut Jokowi, merupakan kesempatan untuk membangun hubungan yang harmonis antarsesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Untuk itu, dia meminta umat Hindu melanjutkan pengabdian terbaik untuk negara dan diharapkan dapat bahumembahu untuk membangun Indonesia yang maju sejahtera dan bermartabat.
Dalam kunjungannya kemarin, Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana serta Menteri Sekretaris Negara Pratikno beserta istri. Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, serta Wakil Ketua DPD GKR Hemas yang juga permaisuri Sri Sultan HB X.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada upacara Tawur Agung ini juga dihadirkan beberapa ogoh-ogoh. Selanjutnya ogoh-ogoh diarak ke beberapa titik salah satunya pusat Kota Yogyakarta, Malioboro.
Hari ini, dalam rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937 ini, umat Hindu menyucikan diri dengan melakukan Catur Bratha Penyepian yakni menghentikan aktivitas yang berkaitan dengan Eka Dasa Indria sehingga jasmani dan rohani dikendalikan kegiatannya selama 24 jam.
Ini mengajarkan bahwa pada suatu waktu manusia perlu menoleh ke dalam diri sendiri, mendengar bisikan pribadi yang jujur, dan murni bersih. Dengan jalan itu, diharapkan umat menjadi lebih arif dan lebih bijak. ”Juga agar sekaligus memperoleh kekuatan baru dalam menghadapi tantangan hidup yang semakin kompleks masa kini dan yang akan datang,” kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) DIY Ida Bagus Agung.
Di Bali, umat Hindu di 1.480 desa adat juga melaksanakan ritual Tawur Agung Kesanga. Kegiatan ritual itu digelar secara berjenjang, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/ kota, hingga tingkatan rumah tangga yang berakhir pada sore hari kemarin.
Kegiatan ritual yang dilakukan secara serentak di seluruh desa adat (pekraman ) di Pulau Dewata itu bertujuan menyucikan alam semesta dan isinya serta meningkatkan hubungan dan keharmonisan antara sesama manusia, manusia dengan lingkungannya, serta manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana).
Untuk Tawur Kesanga yang dipusatkan di Pura Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali timur masing-masing kecamatan mengirim utusan untuk mencari air suci (tirta ), kemudian membagikannya kepada seluruh umat di wilayahnya.
Tingkat kabupaten melaksanakan kegiatan serupa dengan kelengkapannya mengambil lokasi di Kawasan Catus Pata (Perempatan Agung) pada tengah hari sekitar pukul 12.00 Wita. Tingkat kecamatan menggunakan upakara Caru Panca Sanak, dilanjutkan di tingkat desa dengan menggunakan upakara Caru Panca Sata, serta di tingkat banjar menggunakan upakara Caru Eka Sata.
Kegiatan tersebut berakhir pada tingkatan rumah tangga pada sore hari dengan menggunakan Banten Pejati, Sakasidan , dan Segehan Agung Cacahan 11/33 Tanding. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan ritual pengrupukan yang diwarnai dengan arakarakan ogoh-ogoh oleh anakanak muda.
Arakan ogoh-ogoh dilakukan hampir di setiap desa pekraman di delapan kabupaten dan satu kota di Bali. Keesokan harinya melaksanakan ibadah Tapa Bratha Penyepian. Empat pantangan tersebut meliputi tidak bekerja atau melakukan kegiatan (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni ), tidak bepergian (amati lelungan), serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang- senang, atau hura-hura (amati lelanguan).
”Pelaksanaan Catur Bratha Penyepian diawasi secara ketat oleh petugas keamanan desa adat (pecalang ) di bawah koordinasi prajuru atau pengurus banjar setempat,” kata Ketua PHDI Bali I Ngurah Sudiana.
Ridho hidayat/ant
(ftr)