Masuk ISIS, Status WNI Dicabut

Kamis, 19 Maret 2015 - 09:59 WIB
Masuk ISIS, Status WNI Dicabut
Masuk ISIS, Status WNI Dicabut
A A A
JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan pemerintah akan mencabut hak kewarganegaraan bagi WNI yang terbukti bergabung dengan gerakan radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

”Kalau dia (WNI) ikut berperang dan bergabung dengan suatu negara, maka dia kehilangan kewarganegaraan, kalau dia berperang dengan negara lain,” kata Jusuf Kalla (JK) di Jakarta kemarin.

Seperti diketahui, saat ini ada 16 WNI yang ditahan otoritas oleh Turki ketika hendak menyeberang ke ISIS di daerah di Gaziantep pekan lalu. Mereka mencoba menyeberang ke Suriah tanpa menggunakan dokumen- dokumen yang resmi. Jalur yang dilewati WNI tersebut selama ini dikenal sebagai jalur relawan ISIS untuk masuk ke Suriah.

Namun Pemerintah Indonesia belum memastikan apakah 16 WNI itu akan bergabung ISIS atau tidak. JK juga mengungkapkan bahwa masih ada 16 WNI lain yang sebelumnya masuk rombongan tur ke Turki hingga kini belum ditemukan. ”Itu ada dua kali 16 orang kelompok, yang 16 orang pertama (hilang) belum ketemu dan 16 kedua (yang ditahan) ini,” katanya.

Sementara Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanudin mengungkapkan, dari informasi yang dia terima, saat ini ada 514 WNI yang telah bergabung dengan kelompok ISIS. Dari 514 orang tersebut, kata dia, empat orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia dalam pertempuran. Ketika ditanya asal daerah WNI yang telah bergabung dengan ISIS itu, dia mengaku belum bisa menjelaskan lebih jauh. Pihaknya juga meminta agar pemerintah dan intelijen tidak melepaskan pantauan di sekolah- sekolah atau kampus yang selama ini tidak tersentuh oleh pengawasan aparat.

”Saya pikir kita ini bukan kebobolan. Namun jika dilakukan secara intens bisa mengontrol, tentu akan jauh lebih baik,” kata dia. Sementara itu dua kampus di Jawa Tengah, yakni Universitas IslamSultanAgung(Unissula) SemarangdanUniversitasMuhammadiyah Surakarta (UMS), meningkatkan pemantauan menyusul ada dugaan mahasiswa atau alumninya yang telah bergabung dengan ISIS. Di Unissula, pihak kampus mencatat ada enam alumnusnya yang masuk ISIS.

Juru bicara Unissula Semarang Nur Cholis mengaku beberapa mahasiswa itu diketahui sering bertolak ke luar negeri untuk kepentingan yang berkaitan dengan pendidikan. Di antaranya mengikuti program pertukaran siswa ke luar negeri atau pertemuan ilmiah. Kapolrestabes Semarang Kombes Djihartono mengungkapkan, enam orang itu diketahui berasal dari sejumlah daerah di Sulawesi Tenggara.

”Tapi mereka diduga berbelok ke Suriah, kaitannya dengan ISIS masih didalami,” katanya. Sementara Kampus UMS mengimbau para mahasiswanya untuk berhati-hati dalam hal pemahaman Islam. Imbauan itu muncul setelah salah satu mahasiswi Fakultas Farmasi UMS Sri Lestari hilang dan diduga bergabung dengan ISIS. Dekan Fakultas Farmasi UMS Azis Saifudin menyebutkan mahasiswi tersebut dikabarkan hilang sejak beberapa waktu lalu dan banyak yang mensinyalir wanita 26 tahun itu bergabung dengan ISIS.

Wakapolri Komjen Badrodin Haiti meminta Menkominfo untukmemblokirsitus-situsyang memiliki afiliasi dengan ISIS. Menurutnya, adaparadoks dalam penanganan ISIS di Indonesia. Di satusisi, pemerintah ingin mencegah atau menghentikanupayapengembangan ISIS di Indonesia. Namun, di sisi lain, instrumen hukumyangadatakmendukunguntuk menindak orang yang baru terindikasi ikut gerakan radikal sepanjang ia belum melakukan pelanggaranhukum.

” Ini problem dan akan kita koordinasikan dengan instansi lain,” katanya. Pengamat terorisme Nasir Abbas mengatakan seiring dengan peningkatan jumlah pengguna internet, media internet dinilai menjadi sarana paling gampang dan efektif untuk memengaruhi mindset seseorang.

ISIS menyadari, di era keterbukaan informasi, mereka bisa menumpang media internet untuk melakukan provokasi dan perekrutan massa.

Khoirul muzakki/ arief setiadi/ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5633 seconds (0.1#10.140)