Paradigma Negeri Agraris

Selasa, 17 Maret 2015 - 10:47 WIB
Paradigma Negeri Agraris
Paradigma Negeri Agraris
A A A
Indonesia, negara yangsubur dan kaya akan hasil alamnya, terletak di daerah tropis yang sangat cocok untuk pertanian.

Tetapi ironisnya, negara subur dan kaya seperti kita malah tertinggal jauh daripada negara-negara utara yang tanahnya sama sekali tidak subur. Banyak alasan ilmiah kenapa Indonesia bisa tertinggal seperti saat ini. Salah satunya adalah teori resource curse yang dimuat dalam tesis Richard Auty pada 1980.

Dalam bukunya, dia menjelaskan bahwa negara-negara yang kaya akan sumber daya alam tidak akan dapat menggunakan kekayaan alam untuk mendorong pertumbuhan ekonominya sendiri, bahkan negara dengan kekayaan alam lebih sedikit mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Dia juga mengatakan walaupun sebuah negara mempunyai sumber daya alam yang melimpah, tanpa adanya usaha untuk berinovasi akan membawa sebuah negara ke dalam dilema sumber daya alam.

Dilema sumber daya alam ini terjadi karena orangorang yang tinggal di daerah tropis cenderung malas dalam melakukan pengembangan inovasi, karena tanahnya yang kaya akan mineral mau ditanamkan apa saja pasti tumbuh subur. Sedangkan orang-orang yang tinggal didaerah utara cenderung sangat susah untuk mendapatkan sumber makanan, karena tanah mereka hanya bisa ditanami beberapa macam benih, contohnya gandum.

Dari masalah yang merekahadapi, orang-orang utara cenderung lebih rajin dalam belajar dan berinovasi untuk menyelesaikan masalah mereka. Sedangkan di Indonesia, banyak yang memilih untuk meninggalkan edukasi, apalagi petani yang ada di pedesaan, baca pun tak bisa, bagaimana bisa berinovasi?

Bukti dari tidak banyak inovasi yang dilakukan Indonesia salah satunya adalah kebergantungan dengan beberapa sumber daya alam. Masyarakat Indonesia sangat suka membuka kebun sawit, kebun sawit dan kebun sawit. Menanam tanaman sawit memang cenderung lebih mudah daripada menanam padi, tapi Indonesia terlalu bergantung dengan sumberdaya ini.

Sejak 10tahun lalu, pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh tanaman sawit terus berkurang di Indonesia, produksi yang terlalu banyak justru cenderung menurunkan harga jualnya di pasar dunia.

Padahal jika lahan-lahan yang luasnya ratusan ribu hektare diubah menjadi daerah persawahan tiap tahun, tidak akan ada yang namanya kelangkaan beras. Justru karena kelangkaan beras, pemerintah tiap tahunnya harus mengeluarkan anggaran yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Saya tidak mengatakan bahwa Indonesia adalah negeri pemalas, tapi karena konsep pemikiran kita yang terlalu terlena akan kekayaan ”sumber alam” kita akan selalu bergantung dengan sumber daya alam tanpa memperhatikan sumber daya manusia, yang sebenarnya jika kita rajin dalam berinovasi dominasi Eropa pun pasti akan tertinggal!

Hugo Solly Gracia Massie
Mahasiswa Jurusan Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Padjadjaran
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3386 seconds (0.1#10.140)