Momentum Kabinet Kerja
A
A
A
Sejumlah persoalan yang dihadapi negeri ini semakin rumit dan kompleks. Tahun 2015 benar-benar menjadi tahun ujian dan tantangan bagi bangsa Indonesia, khususnya pemerintahan baru pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ungkapan-ungkapan kekecewaan atas kinerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla sayup-sayup mulai terdengar di masyarakat dari berbagai kalangan. Baik masyarakat bawah (petani, nelayan, buruh, pedagang hingga ibu rumah tangga) yang mengeluhkan berbagai kesulitan hidup karena kenaikan harga-harga kebutuhan pokok maupun kalangan kelas menengah yang sebelumnya begitu optimistis atas pemerintahan ini mulai bimbang dengan arah perjalanan pemerintahan.
Rupiah melemah, pajak naik, penegakan hukum gaduh, konflik politik pelik, pengambilan keputusan tidak tegas, dan teamwork kabinet kerja belum on fire dalam menyikapi berbagai soal pelik akhir-akhir ini. Suara yang sayup-sayup ini jika tidak didengarkan dan direspons cepat akan berakibat kurang baik.
Pemerintahan Jokowi memang baru seumur jagung atau tiga setengah bulan berjalan. Namun seperti pernah dijanjikan dalam kampanye, Presiden Jokowi harus melakukan terobosan yang tidak biasa untuk menghadapi situasi-situasi yang luar biasa.
Rivalitas KPK-Polri, gonjang-ganjing ekonomi baik itu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, pelemahan rupiah maupun defisit APBN adalah soal-soal yang tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara biasa. Meski tidak istimewa, kabinet Jokowi tetap memiliki potensi untuk bekerja lebih maksimal guna menjawab sayup-sayup kebimbangan publik itu.
Kelemahan-kelemahan di tim ekonomi, politik hukum, maritim maupun kesejahteraan rakyat harus segera ditutupi agar teamwork kabinet segera on fire dan mencetak gol ke gawang lawan. Tidak berlama-lama menggiring bola, tapi tanpa tusukan-tusukan tajam ke gawang lawan yang berbuah gol.
Playmaker tim (Presiden dan Wapres) harus bekerja lebih cerdas dan kreatif untuk menggerakkan semua lini untuk menghasilkan serangan yang mematikan. Karena penonton di tribun stadion sudah tidak sabar dan mulai teriak-teriak menunggu aksi gemilang sang bintang lapangan yang terlalu lama menggocek bola.
Kita berharap kabinet ini ibarat tim bermesin diesel yang terlambat panas. Begitu keteteran diserang lawan langsung panas dan bangkit melakukan serangan balik yang mematikan. Begitulah sebagian harapan masyarakat kepada pemerintahan sekarang. Kesempatan tentu saja masih terbuka lebar.
Para menteri harus membuktikan diri bahwa mereka bukan pemain sembarangan, tapi orang-orang profesional yang direkrut dengan kapasitas yang mumpuni untuk menyelesaikan persoalan pelik tadi. Tentu saja Presiden dan Wapres yang paling tahu bagaimana sebenarnya kemampuan para menterinya.
Jika dirasa ada menteri yang tidak mampu mengikuti irama permainan cepat, segera tarik keluar lapangan diberi instruksi yang tegas dengan deadline . Jika tidak mampu juga harus segera dievaluasi berdasarkan kinerja dan kebutuhan tim.
Suara sayup-sayup di ranah publik yang mulai kurang puas atas kinerja pemerintah bukan hal yang patut dimusuhi, dibenci, apalagi dicurigai sebagai upaya untuk menjatuhkan. Suara minor itu adalah cermin untuk mengaca diri. Kita yakin masih banyak masyarakat yang optimistis pemerintahan ini mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Tentu ini harus dijadikan energi positif bagi pemerintah untuk terus meyakinkan rakyat bahwa kesabaran mereka akan berbuah manis dalam waktu yang tidak terlalu lama. Semua kembali kepada Presiden dan kabinetnya.
Waktu lima tahun itu sangat singkat jika dibandingkan dengan banyaknya masalah yang harus diselesaikan. Karena itu prioritas, keberpihakan, konsistensi, dan ketahanan menyelesaikan masalah akan menjadi kunci penting saat ini dan masa-masa yang akan datang.
Ungkapan-ungkapan kekecewaan atas kinerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla sayup-sayup mulai terdengar di masyarakat dari berbagai kalangan. Baik masyarakat bawah (petani, nelayan, buruh, pedagang hingga ibu rumah tangga) yang mengeluhkan berbagai kesulitan hidup karena kenaikan harga-harga kebutuhan pokok maupun kalangan kelas menengah yang sebelumnya begitu optimistis atas pemerintahan ini mulai bimbang dengan arah perjalanan pemerintahan.
Rupiah melemah, pajak naik, penegakan hukum gaduh, konflik politik pelik, pengambilan keputusan tidak tegas, dan teamwork kabinet kerja belum on fire dalam menyikapi berbagai soal pelik akhir-akhir ini. Suara yang sayup-sayup ini jika tidak didengarkan dan direspons cepat akan berakibat kurang baik.
Pemerintahan Jokowi memang baru seumur jagung atau tiga setengah bulan berjalan. Namun seperti pernah dijanjikan dalam kampanye, Presiden Jokowi harus melakukan terobosan yang tidak biasa untuk menghadapi situasi-situasi yang luar biasa.
Rivalitas KPK-Polri, gonjang-ganjing ekonomi baik itu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, pelemahan rupiah maupun defisit APBN adalah soal-soal yang tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara biasa. Meski tidak istimewa, kabinet Jokowi tetap memiliki potensi untuk bekerja lebih maksimal guna menjawab sayup-sayup kebimbangan publik itu.
Kelemahan-kelemahan di tim ekonomi, politik hukum, maritim maupun kesejahteraan rakyat harus segera ditutupi agar teamwork kabinet segera on fire dan mencetak gol ke gawang lawan. Tidak berlama-lama menggiring bola, tapi tanpa tusukan-tusukan tajam ke gawang lawan yang berbuah gol.
Playmaker tim (Presiden dan Wapres) harus bekerja lebih cerdas dan kreatif untuk menggerakkan semua lini untuk menghasilkan serangan yang mematikan. Karena penonton di tribun stadion sudah tidak sabar dan mulai teriak-teriak menunggu aksi gemilang sang bintang lapangan yang terlalu lama menggocek bola.
Kita berharap kabinet ini ibarat tim bermesin diesel yang terlambat panas. Begitu keteteran diserang lawan langsung panas dan bangkit melakukan serangan balik yang mematikan. Begitulah sebagian harapan masyarakat kepada pemerintahan sekarang. Kesempatan tentu saja masih terbuka lebar.
Para menteri harus membuktikan diri bahwa mereka bukan pemain sembarangan, tapi orang-orang profesional yang direkrut dengan kapasitas yang mumpuni untuk menyelesaikan persoalan pelik tadi. Tentu saja Presiden dan Wapres yang paling tahu bagaimana sebenarnya kemampuan para menterinya.
Jika dirasa ada menteri yang tidak mampu mengikuti irama permainan cepat, segera tarik keluar lapangan diberi instruksi yang tegas dengan deadline . Jika tidak mampu juga harus segera dievaluasi berdasarkan kinerja dan kebutuhan tim.
Suara sayup-sayup di ranah publik yang mulai kurang puas atas kinerja pemerintah bukan hal yang patut dimusuhi, dibenci, apalagi dicurigai sebagai upaya untuk menjatuhkan. Suara minor itu adalah cermin untuk mengaca diri. Kita yakin masih banyak masyarakat yang optimistis pemerintahan ini mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Tentu ini harus dijadikan energi positif bagi pemerintah untuk terus meyakinkan rakyat bahwa kesabaran mereka akan berbuah manis dalam waktu yang tidak terlalu lama. Semua kembali kepada Presiden dan kabinetnya.
Waktu lima tahun itu sangat singkat jika dibandingkan dengan banyaknya masalah yang harus diselesaikan. Karena itu prioritas, keberpihakan, konsistensi, dan ketahanan menyelesaikan masalah akan menjadi kunci penting saat ini dan masa-masa yang akan datang.
(ftr)