Berkaca pada Jepang dan Belanda
A
A
A
MIFTAHUL JANNAH
Mahasiswi Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Indonesia
”Agriculture is our wisest pursuit, because it will in the end contribute most to real wealth, good morals, and happiness.” (Letter from Thomas Jefferson to George Washington, 1787)
Berbicara mengenai agraris, tentu juga berbicara mengenai petani. Petani merupakan sebuah pekerjaan yang mulia. Rasanya hampir semua orang di dunia ini tidak dapat hidup tanpa jasa dari para petani. Bagaimana tidak? Makanan yang terhidang di meja makan kita setiap harinya, dari manakah sumbernya?
Jauh sebelum disajikan dengan cantik di meja makan, para petani bersimbah keringat memperjuangkannya di ladang. Jadi, rasanya tidak berlebihan jika Thomas Jefferson berkata seperti itu. Mirisnya, nasib para petani di Indonesia masih belum sepadan dengan jasa mulia mereka.
Untuk memajukan pertanian dan mengangkat nasib para petani di Indonesia, ada baiknya kita berkaca dari Belanda dan Jepang. Mengapa Belanda dan Jepang? Selain kita adalah negara bekas jajahan mereka, tidak dapat dimungkiri bahwa pertanian mereka juga sangat maju.
Dengan luas yang relatif jauh lebih kecil daripada Indonesia, Belanda telah berhasil menjadi 16 besar negara dengan pertanian terbaik di dunia. Pertanian di Jepang juga diatur dengan sangat baik, mengutamakan teknologi, namun tetap ramah lingkungan. Untuk memajukan pertanian di Indonesia, pemerintah sudah seharusnya meningkatkan pengeluaran untuk penelitian pertanian.
Penelitian pertanian yang kuat dan sistem penyuluhan sangat penting untuk menggerakkan produktivitas ke jalur pertumbuhan yang lebih pesat. Sistem penelitian pertanian di Indonesia terdiri dari pusat penelitian komoditas nasional dan institut adaptasi di tingkat wilayah.
Akan tetapi, pengeluaran untuk penelitian pertanian di Indonesia masih sangat kecil porsinya. Dihitung dalam persentase dari PDB dan total pengeluaran negara untuk pertanian, Indonesia termasuk paling rendah di antara negara Asia lainnya.
Dari APBN tahun 2015, hanya Rp15,9 triliun dana untuk pertanian dan ditambah DAK pertanian senilai Rp2,7 triliun dari total 1.793,6 triliun pendapatan negara. Riset dan teknologi sangat berperan penting dalam memajukan pertanian.
Mahasiswi Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Indonesia
”Agriculture is our wisest pursuit, because it will in the end contribute most to real wealth, good morals, and happiness.” (Letter from Thomas Jefferson to George Washington, 1787)
Berbicara mengenai agraris, tentu juga berbicara mengenai petani. Petani merupakan sebuah pekerjaan yang mulia. Rasanya hampir semua orang di dunia ini tidak dapat hidup tanpa jasa dari para petani. Bagaimana tidak? Makanan yang terhidang di meja makan kita setiap harinya, dari manakah sumbernya?
Jauh sebelum disajikan dengan cantik di meja makan, para petani bersimbah keringat memperjuangkannya di ladang. Jadi, rasanya tidak berlebihan jika Thomas Jefferson berkata seperti itu. Mirisnya, nasib para petani di Indonesia masih belum sepadan dengan jasa mulia mereka.
Untuk memajukan pertanian dan mengangkat nasib para petani di Indonesia, ada baiknya kita berkaca dari Belanda dan Jepang. Mengapa Belanda dan Jepang? Selain kita adalah negara bekas jajahan mereka, tidak dapat dimungkiri bahwa pertanian mereka juga sangat maju.
Dengan luas yang relatif jauh lebih kecil daripada Indonesia, Belanda telah berhasil menjadi 16 besar negara dengan pertanian terbaik di dunia. Pertanian di Jepang juga diatur dengan sangat baik, mengutamakan teknologi, namun tetap ramah lingkungan. Untuk memajukan pertanian di Indonesia, pemerintah sudah seharusnya meningkatkan pengeluaran untuk penelitian pertanian.
Penelitian pertanian yang kuat dan sistem penyuluhan sangat penting untuk menggerakkan produktivitas ke jalur pertumbuhan yang lebih pesat. Sistem penelitian pertanian di Indonesia terdiri dari pusat penelitian komoditas nasional dan institut adaptasi di tingkat wilayah.
Akan tetapi, pengeluaran untuk penelitian pertanian di Indonesia masih sangat kecil porsinya. Dihitung dalam persentase dari PDB dan total pengeluaran negara untuk pertanian, Indonesia termasuk paling rendah di antara negara Asia lainnya.
Dari APBN tahun 2015, hanya Rp15,9 triliun dana untuk pertanian dan ditambah DAK pertanian senilai Rp2,7 triliun dari total 1.793,6 triliun pendapatan negara. Riset dan teknologi sangat berperan penting dalam memajukan pertanian.
(bbg)