Keluarga ABK Cemas Tunggu Informasi
A
A
A
PEMALANG - Keluarga maupun perusahaan penyalur anak buah kapal (ABK) Hsiang Fu Chun, kapal penangkap ikan Taiwan yang hilang di Samudra Atlantik, hingga kemarin masih cemas menunggu informasi kepastian dari pihak berwenang.
Untuk proses pencocokan data ABK, kemarin, petugas juga mulai turun menemui kediaman keluarga ABK di Kabupaten Tegal, Brebes dan Pemalang, Jawa Tengah. Seperti diketahui, dari 21 ABK Hsiang Fu Chun yang hilang, 6 di antaranya berasal dari tiga wilayah tersebut. Tiga ABK berasal dari Kabupaten Tegal, yakni Mif Aziz Musthofa, 18, warga Blubuk RT 02/V Kecamatan Dukuhwaru, Ahmad Sobirin, 39, warga RT 02/IV Kalisoka, Kecamatan Dukuhwaru, dan Multadi, 24, warga Pesarean RT 07/II Kecamatan Adiwerna.
Mereka berangkat dari perusahaan penyalur PT Bima Samudera, Pemalang dan PT Media Maritim, Kota Tegal. Kemudian dua ABK berasal dari Kabupaten Brebes yakni Taryono, 22, warga Randusari RT 03/I Kecamatan Losari, dan Jamal, 22, warga Negla RT 07/V Kecamatan Losari. Keduanya diberangkatkan melalui PT Mutiara Jaya Bahari, Pemalang. Selanjutnya satu ABK diketahui berasal dari Pemalang.
Namun hingga kemarin belum ada informasi jelas mengenai identitas ABK tersebut. Adapun para ABK lainnya, berdasarkan informasi yang diperoleh KORAN SINDO, ada yang berasal dari Cirebon, Manado, serta Tuban. Pemilik PT Mutiara Jaya Bahari Pemalang Tohari mengatakan, perusahaannya memberangkatkan 4 ABK. Dua orang berasal dari Brebes dan dua lainnya berasal dari Manado.
“Dua orang berangkat pada 2014 dan dua orang berangkat Januari 2015,” kata Tohari kemarin. Menurut dia, perusahaan pemilik Kapal Hsiang Fu Chun Taiwan belum memberikan kepastian nasib kapal berikut para awaknya. Begitu juga dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang masih menunggu informasi hasil pencarian dari Pemerintah Taiwan.
“Informasi yang kami terima dari Taiwan itu baru hilang kontak. Belum jelas apakah tenggelam atau tidak,” ujarnya. Staf operasional Pos Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan TKI Kabupaten Pemalang Indra mengatakan, seluruh perusahaan penyalur para ABK di Pemalang dan Kota Tegal merupakan perusahaan resmi. “Dari data kami seluruhnya legal.
Kami juga akan segera mengumpulkan mereka untuk memastikan identitas para ABK. Kalau sudah ada kepastian kita akan datangi keluarga korban,” katanya kemarin. Sementara itu, petugas Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tegal kemarin mendatangi rumah keluarga tiga ABK kapal Hsiang Fhu Chun. Hal ini dilakukan untuk memastikan identitas para ABK.
Petugas juga meminta keluarga menyiapkan dokumendokumen yang dibutuhkan seperti kartu keluarga (KK) dan kartu tanda penduduk (KTP). “Informasi yang kami dapatkan dari perusahaan penyalur, ada tiga orang dari Kabupaten Tegal. Dua dari PT Maritim, satu dari PT Bima Samudera,” kata Kasi Penempatan Tenaga Kerja Dinsosnakertrans Kabupaten Tegal Algunto di rumah salah satu ABK kemarin.
Algunto menyatakan, pemkab akan berupaya membantu keluarga ABK untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari Kemlu maupun dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). “Kami berupaya untuk membantu, memfasilitasi keluarga baik dalam upaya pencarian maupun penyelesaian hak-haknya,” tandas dia.
Salah satu anggota keluarga ABK Mif Aziz Musthofa, Siti Khodijah, 38, mengatakan, perusahaan penyalur anaknya baru memberi informasi pada Selasa (10/3) mengenai hilangnya kapal. Kapal pencari ikan Hsiang Fu Chun dilaporkan hilang di Samudra Atlantik pada 26 Februari 2015 pukul 15.00 waktu setempat. Kapal berukuran 700 ton tersebut membawa 49 awak dengan 21 di antaranya berasal dari Indonesia. Sebelum hilang, salah satu awak kapal melaporkan bahwa kapal mengalami kebocoran.
Farid firdaus/Ant
Untuk proses pencocokan data ABK, kemarin, petugas juga mulai turun menemui kediaman keluarga ABK di Kabupaten Tegal, Brebes dan Pemalang, Jawa Tengah. Seperti diketahui, dari 21 ABK Hsiang Fu Chun yang hilang, 6 di antaranya berasal dari tiga wilayah tersebut. Tiga ABK berasal dari Kabupaten Tegal, yakni Mif Aziz Musthofa, 18, warga Blubuk RT 02/V Kecamatan Dukuhwaru, Ahmad Sobirin, 39, warga RT 02/IV Kalisoka, Kecamatan Dukuhwaru, dan Multadi, 24, warga Pesarean RT 07/II Kecamatan Adiwerna.
Mereka berangkat dari perusahaan penyalur PT Bima Samudera, Pemalang dan PT Media Maritim, Kota Tegal. Kemudian dua ABK berasal dari Kabupaten Brebes yakni Taryono, 22, warga Randusari RT 03/I Kecamatan Losari, dan Jamal, 22, warga Negla RT 07/V Kecamatan Losari. Keduanya diberangkatkan melalui PT Mutiara Jaya Bahari, Pemalang. Selanjutnya satu ABK diketahui berasal dari Pemalang.
Namun hingga kemarin belum ada informasi jelas mengenai identitas ABK tersebut. Adapun para ABK lainnya, berdasarkan informasi yang diperoleh KORAN SINDO, ada yang berasal dari Cirebon, Manado, serta Tuban. Pemilik PT Mutiara Jaya Bahari Pemalang Tohari mengatakan, perusahaannya memberangkatkan 4 ABK. Dua orang berasal dari Brebes dan dua lainnya berasal dari Manado.
“Dua orang berangkat pada 2014 dan dua orang berangkat Januari 2015,” kata Tohari kemarin. Menurut dia, perusahaan pemilik Kapal Hsiang Fu Chun Taiwan belum memberikan kepastian nasib kapal berikut para awaknya. Begitu juga dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang masih menunggu informasi hasil pencarian dari Pemerintah Taiwan.
“Informasi yang kami terima dari Taiwan itu baru hilang kontak. Belum jelas apakah tenggelam atau tidak,” ujarnya. Staf operasional Pos Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan TKI Kabupaten Pemalang Indra mengatakan, seluruh perusahaan penyalur para ABK di Pemalang dan Kota Tegal merupakan perusahaan resmi. “Dari data kami seluruhnya legal.
Kami juga akan segera mengumpulkan mereka untuk memastikan identitas para ABK. Kalau sudah ada kepastian kita akan datangi keluarga korban,” katanya kemarin. Sementara itu, petugas Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tegal kemarin mendatangi rumah keluarga tiga ABK kapal Hsiang Fhu Chun. Hal ini dilakukan untuk memastikan identitas para ABK.
Petugas juga meminta keluarga menyiapkan dokumendokumen yang dibutuhkan seperti kartu keluarga (KK) dan kartu tanda penduduk (KTP). “Informasi yang kami dapatkan dari perusahaan penyalur, ada tiga orang dari Kabupaten Tegal. Dua dari PT Maritim, satu dari PT Bima Samudera,” kata Kasi Penempatan Tenaga Kerja Dinsosnakertrans Kabupaten Tegal Algunto di rumah salah satu ABK kemarin.
Algunto menyatakan, pemkab akan berupaya membantu keluarga ABK untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari Kemlu maupun dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). “Kami berupaya untuk membantu, memfasilitasi keluarga baik dalam upaya pencarian maupun penyelesaian hak-haknya,” tandas dia.
Salah satu anggota keluarga ABK Mif Aziz Musthofa, Siti Khodijah, 38, mengatakan, perusahaan penyalur anaknya baru memberi informasi pada Selasa (10/3) mengenai hilangnya kapal. Kapal pencari ikan Hsiang Fu Chun dilaporkan hilang di Samudra Atlantik pada 26 Februari 2015 pukul 15.00 waktu setempat. Kapal berukuran 700 ton tersebut membawa 49 awak dengan 21 di antaranya berasal dari Indonesia. Sebelum hilang, salah satu awak kapal melaporkan bahwa kapal mengalami kebocoran.
Farid firdaus/Ant
(bbg)