Pemprov DKI Benahi Stasiun Pompa Air

Rabu, 04 Maret 2015 - 11:11 WIB
Pemprov DKI Benahi Stasiun Pompa Air
Pemprov DKI Benahi Stasiun Pompa Air
A A A
JAKARTA - Banjir masih mengintai warga DKI Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan ancaman banjir berlangsung hingga Maret ini.

Untuk mengantisipasinya, Pemprov DKI Jakarta terus membenahi sejumlah stasiun pompa air, di antaranya di Pasar Ikan dan Waduk Pluit, Jakarta Utara. Sejauh ini stasiun pompa tersebut belum maksimal dalam mengendalikan banjir baik dari air laut maupun curah hujan yang tinggi. Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Agus Priono mengatakan, tahun ini pihaknya akan membangun pompa tambahan di sejumlah muara sungai.

”Menangani banjir dimulai dari hilir ke hulu. Untuk hilir harus diperbanyak pompa-pompa, terutama pompa di Pasar Ikan dan Pluit,” ujarnya kemarin. Pompa yang akan dibangun ada di tujuh titik di Jakarta Utara dengan alokasi anggaran Rp2,7 triliun. Tujuh titik itu yakni pembangunan pompa di Kamal, Angke, Karang, Marina- Ancol, Sahari, Sentiong, serta Kali Sunter. ”Seluruhnya dengan pompa kapasitas besar di atas 165 meter kubik per detik, sementara di Pasar Ikan 30 meter kubik dan Waduk Pluit 49 meter kubik,” ungkap Agus.

Pemasangan pompa akan dilengkapi tanggul pantai. Menurut dia, salah satu yang menjadi fokus adalah pembangunan stasiun pompa di wilayah Kamal. Ada pertemuan aliran sungai dari Angke dan banjir kanal menuju laut. Namun, pertemuan aliran ini menyebabkan arus sungai tidak berjalan dan menyebabkan wilayah Jakarta Barat kebanjiran. Agus menambahkan, pembangunan stasiun pompa dengan kemampuan besar, karena di Kamal tidak ada ruang untuk waduk.

”Jadi air yang datang langsung buang ke laut tanpa ditampung seperti di Waduk Pluit, terutama untuk banjir kanal barat,” ucapnya. Pengamat kebijakan perkotaan Poltak Sitinjak meminta Pemprov DKI tidak hanya fokus dalam mengendalikan banjir di aliran sungai dengan pompa penyedot air.

”Tapi juga fokus mengendalikan banjir sampah yang terjadi di sungai akibat masyarakat yang membuang sampah di sungai,” ujarnya. Pompa tersebut hanya berfungsi memompa air ke laut dan tidak bertugas memompa sampah. Misalnya di Pasar Ikan dan sejumlah stasiun pompa lainnya sudah menggunakan dua tahapan saringan sampah yakni saringan kasar, saringan halus, lalu kemudian pompanya.

”Itu menjadi penting karena kalau pompa itu sampai menyedot sampah akan rusak. Tidak ada pompa yang didesain untuk menyedot sampah,” katanya. Menurut dia, sebenarnya Indonesia bisa membuat stasiun pompa dan saringan sampah. Contohnya saringan sampah yang diproduksi PT Asiana sudah memiliki teknologi yang sangat baik sebagai hak paten bangsa Indonesia dan tidak lagi diimpor.

”Boleh saya katakan lebih kurang 30% pembangunan stasiun pompa masih diimpor dan 70%-nya adalah buatan dalam negeri sendiri,” kata Poltak. Dengan sistem teknologi saringan sampah ini tidak membutuhkan perawatan yang mahal, investasi yang diperlukan juga cukup murah.

”Yang utama adalah pengendalian sampah yang sangat efektif dan efisien dalam penggunaan listriknya seperti yang sudah diterapkan di Pasar Ikan, Pluit, dan stasiun pompa lain termasuk di Surabaya,” ujarnya.

Yan yusuf
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3494 seconds (0.1#10.140)