Pendidikan Tinggi Menjawab Permasalahan Energi
A
A
A
DENNY REZA KAMARULLAH
Mahasiswa Teknik Pertambangan,
Institut Teknologi Bandung
Salah satu permasalahan krusial Indonesia hari ini adalah ketahanan energi. Salah satu indikator sederhana ketahanan energi adalah tingkat kerentanan harga energi sebuah negara terhadap harga energi global.
Lihat saja, begitu fluktuatif dan terguncangnya harga energi Indonesia terhadap harga energi global hari ini. Hal ini menandakan betapa buruknya ketahanan energi kita. Salah satu permasalahan utamanya adalah Indonesia terlalu bergantung pada minyak bumi. Dengan cadangan yang hanya 3,7 miliar barel dan produksi harian 830.000 barel, saat ini hampir setengah dari konsumsi kita dipasok dari impor.
Bandingkan dengan cadangan Venezuela yang mencapai 290 miliar barel dan penduduk yang hanya 30 juta penduduk. Kondisi geopolitik energi beberapa waktu terakhir seharusnya semakin meyakinkan kita bahwa sudah seharusnya kita beralih dari minyak bumi ke energi baru dan terbarukan yang potensinya begitu berlimpah, sebut saja biofuel, geotermal, coal bed methane, energi angin; karena bukan minyak bumi yang menjadi competitive advantages kita, melainkan energi baru dan terbarukan.
Dependence on imports would mean that a country would never be independent” Friedrich Ratzel (1908) Pertanyaan besarnya adalah kenapa hasil penelitian tentang energi baru dan terbarukan yang telah dihasilkan perguruan tinggi sebagai pusat teknologi, selama ini tidak tampak hasilnya. Mari berkaca dan refleksi dari konsep pendidikan Barat.
Dalam tulisannya yang berjudul Indonesia dan Kemajuan Asia, Kemal Stamboel menuliskan, salah satu karakteristik pendidikan Barat adalah adanya korelasi antara pengetahuan dan pertumbuhanekonomi. Barat tidak hanya memberikan dana penelitian yang besar untuk pengetahuan murni, namun juga mampu menghasilkan pengetahuan yang dapat diimplementasikan dalam dunia bisnis, “generate growth from sciencetific innovation“.
Pendidikan tinggi Indonesia harus mengambil nilai baik itu, ke depannya, korelasi antara pengetahuan dan pertumbuhan ekonomi harus dibangun. Tugas pemerintah sebagai jembatan antara keduanya. Pada dasarnya, simbiosis mutualisme antara perguruan tinggi dan dunia bisnis, dapat dibangun. Dunia bisnis membutuhkan research and development dari produk mereka dan perguruan tinggi membutuhkan dana untuk melakukan penelitian mereka.
Selama ini konsep korelasi itu mungkin sudah ada, tapi tataran implementasinya masih sangat minim. Dengan dilaksanakannya konsep ini, seharusnya penelitian-penelitian di perguruan tinggi akan lebih berkembang. Dalam konteks energi, sudah sangat banyak karya yang dihasilkan baik itu untuk lomba pada umumnya maupun Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional.
Namun sayangnya, karya itu mandek , tidak berkembang lebih jauh, padahal cukup banyak karyakarya itu yang dapat menyelesaikan permasalahan energi kita. Salah satu teman membuat karya ilmiah tentang pengembangan alga sebagai sumber energi berbasis regional, bukankah ini menarik dan solutif? Kenapa tidak berkembang? Karena kekurangan dukungan dana dan perhatian pemerintah. Menghubungkan dunia bisnis dan perguruan tinggi harusnya dapat menyelesaikan persoalan ini.
Mahasiswa Teknik Pertambangan,
Institut Teknologi Bandung
Salah satu permasalahan krusial Indonesia hari ini adalah ketahanan energi. Salah satu indikator sederhana ketahanan energi adalah tingkat kerentanan harga energi sebuah negara terhadap harga energi global.
Lihat saja, begitu fluktuatif dan terguncangnya harga energi Indonesia terhadap harga energi global hari ini. Hal ini menandakan betapa buruknya ketahanan energi kita. Salah satu permasalahan utamanya adalah Indonesia terlalu bergantung pada minyak bumi. Dengan cadangan yang hanya 3,7 miliar barel dan produksi harian 830.000 barel, saat ini hampir setengah dari konsumsi kita dipasok dari impor.
Bandingkan dengan cadangan Venezuela yang mencapai 290 miliar barel dan penduduk yang hanya 30 juta penduduk. Kondisi geopolitik energi beberapa waktu terakhir seharusnya semakin meyakinkan kita bahwa sudah seharusnya kita beralih dari minyak bumi ke energi baru dan terbarukan yang potensinya begitu berlimpah, sebut saja biofuel, geotermal, coal bed methane, energi angin; karena bukan minyak bumi yang menjadi competitive advantages kita, melainkan energi baru dan terbarukan.
Dependence on imports would mean that a country would never be independent” Friedrich Ratzel (1908) Pertanyaan besarnya adalah kenapa hasil penelitian tentang energi baru dan terbarukan yang telah dihasilkan perguruan tinggi sebagai pusat teknologi, selama ini tidak tampak hasilnya. Mari berkaca dan refleksi dari konsep pendidikan Barat.
Dalam tulisannya yang berjudul Indonesia dan Kemajuan Asia, Kemal Stamboel menuliskan, salah satu karakteristik pendidikan Barat adalah adanya korelasi antara pengetahuan dan pertumbuhanekonomi. Barat tidak hanya memberikan dana penelitian yang besar untuk pengetahuan murni, namun juga mampu menghasilkan pengetahuan yang dapat diimplementasikan dalam dunia bisnis, “generate growth from sciencetific innovation“.
Pendidikan tinggi Indonesia harus mengambil nilai baik itu, ke depannya, korelasi antara pengetahuan dan pertumbuhan ekonomi harus dibangun. Tugas pemerintah sebagai jembatan antara keduanya. Pada dasarnya, simbiosis mutualisme antara perguruan tinggi dan dunia bisnis, dapat dibangun. Dunia bisnis membutuhkan research and development dari produk mereka dan perguruan tinggi membutuhkan dana untuk melakukan penelitian mereka.
Selama ini konsep korelasi itu mungkin sudah ada, tapi tataran implementasinya masih sangat minim. Dengan dilaksanakannya konsep ini, seharusnya penelitian-penelitian di perguruan tinggi akan lebih berkembang. Dalam konteks energi, sudah sangat banyak karya yang dihasilkan baik itu untuk lomba pada umumnya maupun Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional.
Namun sayangnya, karya itu mandek , tidak berkembang lebih jauh, padahal cukup banyak karyakarya itu yang dapat menyelesaikan permasalahan energi kita. Salah satu teman membuat karya ilmiah tentang pengembangan alga sebagai sumber energi berbasis regional, bukankah ini menarik dan solutif? Kenapa tidak berkembang? Karena kekurangan dukungan dana dan perhatian pemerintah. Menghubungkan dunia bisnis dan perguruan tinggi harusnya dapat menyelesaikan persoalan ini.
(ars)