Konsen pada Penyakit Udang

Minggu, 22 Februari 2015 - 09:22 WIB
Konsen pada Penyakit...
Konsen pada Penyakit Udang
A A A
Sidrotun Naim saat ini aktif mengajar di Program Studi Agrobisnis dan menjadi Direktur Center for Sustainable Aquaculture and Pathology Studies (AquaPath) di Surya University.

Anak ketujuh dari 11 bersaudara ini awalnya memang tidak mengerti tentang dunia udang. Namun ketika menjalankan program WWF sebagai pendamping untuk korban tsunami Aceh, di saat itulah ada keinginan muncul untuk belajar dan lebih banyak tahu soal udang. Naim mengatakan, saat berada di Aceh, ia belajar tentang pengelolaan pesisir, khususnya budi daya udang.

Sebab, budi daya udang menjadi salah satu mata pencarian utama hampir di seluruh daerah pesisir. “Saya belajar apa faktor keberhasilan budi daya udang, termasuk bagaimana penyakit dapat mempengaruhi faktor utama bangkrutnya budi daya udang,” ujarnya. Dari situlah ada ketertarikan untuk meneliti tentang penyakit udang.

Menurut Naim, udang merupakan produk makanan laut paling bernilai tinggi di Indonesia dan menjadi pencarian utama masyarakat pesisir. “Sehingga jika berbicara soal ekonomi kerakyatan, budi daya udang ini sangat mendukung dan potensial,” ungkap istri Dedi Priadi tersebut.

Berdasarkan pengalamannya di Aceh, Naim menjadi mantap untuk mengambil studi lanjutan, yaitu S-3 tentang penyakit udang. Awalnya ia bertanya kepada dosennya di Australia, ke mana sebaiknya pergi untuk belajar tentang riset penyakit udang. “Beliau merekomendasikan saya untuk belajar ke Arizona.

Saya disuruh untuk mencoba berkomunikasi dengan Profesor Donald Lightner dari University of Arizona. Kemudian berlanjut dan saya mendapatkan respons yang baik,” ungkapnya. Semua kian terasa mudah ketika Profesor Donald mengatakan, ada kawannya yaitu Profesor Kevin Fitzsimmons, yang sedang berada di Aceh.

“Setelah bertemu dengan Profesor Kevin, saya terbantu dengan rekomendasinya. Saya merasakan sebuah momentum untuk jalan hidup saya,” jelas Naim. Berbekal surat rekomendasi dari dosen ITB, rekomendasi dari WWF, dan rekomendasi dari Profesor Kevin, Naim akhirnya berangkat ke Arizona dan resmi menjadi mahasiswa University of Arizona, Amerika Serikat.

Awalnya, kedatangan Naim hanya untuk menyelesaikan program doktor lingkungan dengan riset penyakit udang. Tapi karena Naim tidak mempunyai backgroundyang kuat tentang aqua culture, Profesor Donald mengatakan kalau dirinya harus mengambil kuliah yang berhubungan dengan perikanan budi daya. Begitu pula dengan Profesor Kevin. Ia menyarankan agar Naim belajar tentang penyakit.

“Sehingga saya harus ambil mata kuliah yang berhubungan dengan budi daya dan penyakit. Ternyata setelah diakumulasikan, saya sudah berlebihan mengambil mata kuliah. Akhirnya saya bisa mendapatkan satu tambahan gelar S-2 lagi dengan memberikan tesis. Benar-benar di luar dugaan saya,” ungkapnya.

Cemerlangnya prestasi Naim di dunia pendidikan sejalan dengan prestasi penghargaan yang diterima olehnya. Dalam kurun waktu 2009–2014, Naim sangat produktif menghasilkan berbagai karya yang akhirnya mengantarkan dia memperoleh sejumlah penghargaan, baik yang berskala nasional maupun internasional.

Dina Angelina
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8403 seconds (0.1#10.140)